21. Ilusi untuk nyata

297 33 9
                                    

Hari libur pertama Chaka dihabiskan untuk mengurus perusahaan mamanya. Bahkan ia sudah merasa jengah dengan hal dihadapannya.

"Tuan?"

"Iya? Apa mama memberitahu sesuatu atau apa?"

"Tidak ada, hanya saja Tuan sepertinya terlihat sangat stres."

Chaka menghela napas dan melihat jam yang terpasang apik di pergelangan tangannya. Dia ingat, dia harus mencari tau sesuatu.

"Bisa tolong hubungi Galang untuk bertemu di cafe Dream High pukul 1 siang?"

"Bisa Tuan."

Chaka benar-benar harus mencari tahu keganjilan ini. Ia masih dibuat penasaran dengan semua yang terjadi. Mengapa ada saat tertentu dimana ia tak mengingat apa yang sebelumnya terjadi. Tapi yang menjadi utama adalah bagaimana ia bisa berpindah atau bersama orang lain tanpa ia ingat satupun rentetan kejadian sebelumnya.

"Kayaknya lo emang mau bahas sesuatu ya?" Tanya Galang

Mereka kini tengah telah duduk berhadapan dengan pesanan masing-masing.

Sebelumnya Galang mengira bahwa pesan dari kakaknya hanyalah candaan belaka. Ternyata benar, Chaka memang meminta kakaknya untuk mempertemukan Chaka dengannya.

"Lo lihat ini," menunjukkan sebuah rekaman

"..."

"Bang, gua tau lo tau apa yang terjadi sama gua, Bang. Gua cuma mau lo jujur karena kalaupun gua pergi ke tempat yang seharusnya, yang ada gua nggak ditangani," ucapnya yang seakan tau semua

"Lo punya kepribadian ganda, Chaka."

Chaka terdiam, dia sedang memproses semuanya. Kepribadian ganda? Apakah komedi sedang berjalan?

Dia bukan orang bodoh yang tidak tau apa itu kepribadian ganda. Tapi memangnya ia punya? Ia tau mentalnya buruk, tapi apa separah ini?

Seenggaknya semua rasa penasaran itu terbalas.

"Apa gua harus berobat?"

"You should," sahut Galang dengan cepat

"Buat apa? Mereka aja nutupin dari gua, Bang. Lalu gunanya gua berobat buat apa?"

"Demi diri lo lah."

"Bullshit," pergi


....


Chaka berada di rumah sang mama. Tampak sepi karena para penghuninya sedang berada di luar. Tapi tak semua, buktinya di meja makan ada Yudha yang sepertinya baru akan makan.

"Lo dah makan?" Tanyanya entah pada siapa

"Tanya gua?"

"Menurut lo?"

"Udah," mengambil minum di kulkas

Minuman soda adalah pilihannya. Awalnya ia akan memilih kopi, tapi ia ingat bahwa sejak kemarin ia terlalu banyak mengkonsumsi kafein itu dan itu tak baik untuk tubuhnya.

"Bocah dah minum soda, banyak penyakit aja lu," sindirnya entah pada siapa

Chaka abai dan memilih naik ke kamarnya. Setibanya dikamar, Chaka mengunci pintu dan membuka pintu balkon. Duduk lesehan dan menyandar pada dinding seraya menatap langit kelabu adalah rutinitasnya beberapa hari ini. Entahlah, Chaka sepertinya menjadi si penyuka langit senja.

Pikiran Chaka terpecah. Dugaannya benar memang ada yang tidak beres dengan dirinya. Kenyataan itu tak membuatnya goyah, hanya saja kenapa keluarganya memilih untuk menutupinya. Tapi ia rasa sang mama tak mengetahuinya. Buktinya saja mam nya masih terus menyiksa dan tak mempedulikan dirinya. Apakah ia harus bersyukur atau apa?

Chaka, Congrats!! || ZHONG CHENLE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang