Bab 9. Trauma

111 9 0
                                        

"Apa kita pernah saling mengenal sebelumnya?" Tanya Elina begitu saja menatap Kim Mingyu.

Mingyu terbatuk hingga membuatnya mengambil segelas air kemudian meminumnya. Pandangan mata mereka bertemu. Tatapan Elina bingung dengan raut muka yang terlihat jelas di wajahnya.

"Apa maksudmu?" Mingyu balik bertanya dengan ekspresi datar.

"Aku seperti tidak asing denganmu, Pak. Tapi aku tidak bisa mengingatnya jelas karena suatu hal." Jawab Elina.

"Apa itu?" Tanya Mingyu dengan wajah serius.

Elina kemudian sedikit menjauhkan tubuhnya saat menatap Mingyu.

"Ah tidak, Pak. Kalau begitu bolehkah aku pergi ke ruanganku. Aku akan melanjutkan pekerjaanku." Pinta Elina.

Mingyu menatap Elina penuh curiga. Ia paling tidak suka dibuat penasaran. Namun, ia terlalu gengsi untuk bertanya pada Elina mengapa ia tidak mengingatnya sama sekali.

"Baiklah, kau boleh melanjutkan pekerjaanmu. Jika kau masih mengulanginya dan tidak ada sarapan di mejaku besok pagi, aku akan memberikan hukuman padamu."

Elina menelan salivanya. Ia sangat takut dengan ancaman yang diberikan oleh Mingyu. "Ba..baiklah pak. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Kalau begitu aku permisi."

Elina sudah menuju ruangannya. Ia mulai menaiki lift menuju lantai dasar untuk kembali melayani tamu hotel. Saat pintu lift terbuka, ternyata menampilkan sosok pria yang sangat tampan tak kalah dari bosnya itu. Pria itu datang bersama sekretaris Mingyu—Jeon Soobin. Ia segera menundukkan kepalanya untuk menyapa atasannya itu. Sekretaris Mingyu pun membalas sapaan dari Elina. Tapi tidak dengan pria yang berada di sebelahnya, ia berjalan keluar lift dengan acuh tanpa memikirkan orang lain.

Elina melihat sekilas keduanya sebelum ia menaiki lift. Ternyata kedua pria itu menuju ruangan Kim Mingyu. Elina mengangkat bahunya masa bodo dengan urusan bosnya itu.

Kedua pria itu sudah sampai di depan ruangan Kim Mingyu. Sekretaris Mingyu mengetuk pintu terlebih dahulu kemudian memasuki ruangan bosnya disusul oleh seorang pria di belakangnya.

Mingyu baru saja menyelesaikan sarapannya. Ia hendak merapikan beberapa sisa makanan dan menaruhnya pada lemari makan yang berada pada ruangan Mingyu. Saat kedua pria itu masuk ke ruangannya, Mingyu menoleh untuk melihat siapa yang datang menuju ruangannya. Ia cukup terkejut dengan kedatangan pria itu.

Soobin menganggukkan kepalanya untuk menyapa bosnya itu. Sementara itu, pria di sebelahnya menatap Mingyu dari mulai ujung kaki sampai rambutnya.

"Kau?" Panggil Mingyu.

Pria itu adalah Kim Joshua—sepupu dari Mingyu. Ia merupakan anak pertama dari bibi—adik sari ayah Kim Mingyu yang kelahirannya hanya berbeda satu bulan saja darinya. Sejak kecil, Mingyu dan Joshua tidak pernah akrab. Joshua selalu iri kepada Mingyu. Ia beranggapan bahwa kakeknya lebih menyayangi Mingyu daripada dirinya. Hal itu membuat mereka selalu berselisih bahkan tidak pernah akur sama sekali. Beda sekali dengan adik kandungnya—Kim Woonwoo. Justru Woonwoo sangat akrab dengan Kim Mingyu.

 Justru Woonwoo sangat akrab dengan Kim Mingyu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Dear, ElinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang