"Apa kau bilang?" Tanya Mingyu saat Elina berkata demikian.
Elina mendengus kesal kemudian ia mengulangi kalimatnya, "aku akan menuruti keinginanmu tuan Kim Mingyu.. aku akan resign dari hotel The Queen milikmu." Tegas Elina menatap kedua mata Mingyu yang masih ditutupi dengan kaca mata hitamnya.
Mingyu tersenyum miring lalu ia tertawa. "Hahaha resign dari hotel? Apa aku tidak salah dengar? Banyak sekali yang ingin mendapatkan pekerjaan di hotel The Queen. Kau pun begitu. Kau sangat bersusah payah mendapatkan pekerjaan ini. Setelah kau mendapatkannya, kau memilih resign hanya karena sikapku yang kejam padamu?" Tanyanya sambil terlihat sinis pada Elina.
Baru kali ini Elina melihat seorang Kim Mingyu tertawa. Namun, tawa Mingyu kali ini terlihat menyeramkan. Tawanya bagaikan seorang psikopat yang hendak menguliti mangsanya. Mental Elina seketika menciut mendengar tawa villain dari Mingyu.
Mingyu kembali mendekatkan wajahnya pada Elina. Wajah mereka begitu dekat bahkan aroma mint dari mulut Mingyu menusuk indra penciuman Elina. Ia reflek memundurkan kepalanya agar wajah mereka tidak terlalu dekat.
Mingyu sudah berhenti tertawa. Ia kembali menatap Elina dingin. Dari raut wajahnya, Mingyu terlihat kesal dengan wanita yang berada di hadapannya.
"Dengar Elina.. tidak semudah itu kau bisa keluar dari perusahaan kami. Kau sudah masuk untuk bekerja di hotel The Queen, berarti kau siap dengan segala resikonya. Kau ingin berhenti bekerja hanya karena sikapku yang kejam padamu? Apa di luar sana kau bisa menjamin atasanmu akan bersikap lemah lembut padamu?" Ucapnya sambil menatap tajam Elina.
Elina semakin terlihat gemetar. Peluh keringat mulai bercucuran dari keningnya padahal cuaca sore ini cukup dingin. Ia meneguk salivanya berkali-kali. Ia sangat takut mendengar dan menatap bosya itu.
"Lagi pula.. kau harus membayar denda jika keluar dari perusahaan kami sebelum waktunya." Tambah Mingyu sedikit melembut namun masih terkesan dingin.
"De..den.da?" Eja Elina dengan mulut yang terbata.
"Iya denda. Kau harus membayar sebesar satu milyar jika kau berhenti bekerja saat ini juga?"
"Mm..mw..mwoo? Sa..saatu mi..milyar?" Tanya Elina dengan mulut yang terbuka dan mata yang membelalak.
"Apa sebelum menandatangani kontrak kau tidak membacanya terlebih dahulu? Dasar bodoh!"
Baru saja Mingyu hendak menyentil kepala Elina, tiba-tiba DWAAARRR suara petir terdengar cukup keras karena mereka di tanah lapang yang hanya berisikan ilalang saja.
Elina reflek menutup telinganya kemudian ia masuk ke dalam pelukan Mingyu yang sedang berjongkok. Mingyu terkejut dengan sikap Elina. Jantung Mingyu berdegub kencang. Bukan karena suara petir, namun karena Elina yang tiba-tiba saja masuk ke dalam pelukannya. Suara petir semakin bersahutan membuat Elina semakin menduselkan kepalanya pada dada bidang Mingyu.
"Ayo kita pergi dari sini!" Ajak Mingyu membangunkan Elina. Ia membawa Elina menuju mobilnya mendudukan wanita itu di sampingnya. Ia masih meneliti wajah Elina yang terlihat sangat takut akan suara petir itu. Dengan paksa ia memasangkan sabuk pengaman untuk Elina setelah itu ia melajukan mobilnya. Baru beberapa langkah ia mengemudi, hujan turun dengan derasnya. Suara petir masih bersahutan di atas sana, namun tidak sekencang saat mereka berada di area ilalang tadi.
Elina tidak sadar ia sedang berada dimana. Karena sedari tadi ia hanya memejamkan mata dan menutup telinganya mengusir rasa takutnya akibat trauma yang terjadi 14 tahun yang lalu. Perlahan Elina membuka mata dan melepaskan tangan yang menutup telinganya. Barulah ia sadar bahwa dirinya berada di mobil dan tidak terkena hujan sama sekali. Ia menengok ke arah sebelah kiri kemudian terkejut melihat bosnya itu yang mengendarai mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear, Elina
RomancePark Elina adalah seorang gadis bawel, ceria dan sedikit gila yang selalu mengejar-ngejar cinta pertamanya yaitu Kim Mingyu. Ia selalu mengganggu kegiatan seorang Kim Mingyu dengan cara bersikap aneh hanya untuk mencari perhatian darinya. Hingga pa...