04

4.9K 588 21
                                    

Tekan bintangnya dulu baru baca. Sama, agak agak di follow juga biar aku semangat. Makasih

.

.

.

Bel pulang sudah berbunyi dari beberapa menit yang lalu. Sebagian murid-murid sudah pada pulang, ada yang bawa kendaraan sendiri, ada yang di jemput, ada juga yang pesan taxi maupun ojek online.

Tak terkecuali Yasa, Andro, dan Dion. Karena hari ini mereka bertiga tidak ada mood buat merampok, jadi mereka berniat pulang ke rumah masing-masing, tidak berkumpul di base untuk hari ini.

Bunyi mesin-mesin kendaraan saling bersahut-sahutan di parkiran sekolah. Andro dan Dion juga sudah lebih dulu meninggalkan sekolah, karena jalan komplek rumah mereka yang searah.

Tidak lama Yasa juga keluar dari area parkir dengan motor hitam sportnya. Murid-murid yang belum pada pulang mencuri-curi pandang kearah cowok itu. Betapa gagahnya tubuh tinggi yang dibungkus seragam putih abu-abu dan jaket kulit hitamnya.

Mata elangnya tidak sengaja melirik Rean yang tengah duduk di halte depan sekolah menunggu angkot.

Tadi pas pelajaran terakhir selesai, Rean langsung keluar lebih dulu. Malah mungkin jadi orang pertama yang meninggalkan kelas.

Entah punya jiwa cenayang atau apa, Rean merasa ada sepasang mata yang sedang melihatnya. Dia melirik sekitar dan mendapati Yasa di atas motor hitamnya. Walau Yasa memakai helm full face dengan kaca berwarna hitam, Rean yakin bahwa cowok itu pasti melihatnya.

Karena angkot yang daritadi lewat selalu penuh, Rean jadi kesal sendiri. Kapan dia bisa pulang ke rumah kalau begini.

Rean menghembuskan nafasnya kasar dan berjalan kearah Yasa. Tangannya dengan cepat menaikkan kaca helm milik Yasa.

"Kena lo! Dari tadi ngeliatin gue mulu. Di kira gue nggak tau walau lo pake helm?" Sentak Rean percaya diri.

Di balik helmnya, Yasa menatap jengah cowok pendek itu. Tidak lama kemudian, Nara berlari kecil kearah mereka.

"Ayang kok malah ninggalin sih?!" Kesal Nara mengerucutkan bibir berliptint-nya.

"Naik" titah Yasa.

"Bantuin ayang ih motornya tinggi!"

"Bukan lo" Yasa mengkode Rean dengan gerakan matanya.

Tidak menunggu waktu lama untuk Rean yang langsung menginjak pijakan motor dan segera naik ke boncengan Yasa. Tanpa menjelaskan pada Nara, Yasa langsung menstarter motornya meninggalkan area sekolah.

Nara? Cewek itu tidak mampu berkata apa-apa lagi. Mulutnya terbuka tertutup ingin mengeluarkan sumpah serapah tertahan terhadap Rean yang di anggap sudah menggatal pada pacarnya.

"Gue buang lo ke tengah jalan kalo masih meluk pinggang gue" Yasa memperingati Rean yang sedari tadi lengannya bertengger tanpa tahu malu di pinggangnya.

Rean mendengus pelan. Dia mencubit kesal perut keras Yasa sebelum berganti memegang kedua pundak cowok itu.

Rean juga tidak mau bertanya tentang kenapa Yasa malah memilih memboncengnya ketimbang Nara. Menurutnya itu tidak penting. Yang penting uangnya tidak keluar untuk bayar angkot.

ELYASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang