17

4.4K 443 30
                                    

Vote sebelum membaca.

.
.
.


Setelah mengantar Bian pulang ke rumah, Yasa lanjut membawa Rean ke rumahnya, bukan kost-an Rean. Sebenarnya ini permintaan Rean sendiri karena cowok itu merasa tidak ingin jauh-jauh dengan Yasa. Entah kenapa, Rean beberapa hari ke belakang ini seperti ingin terus-terusan berdekatan dengan cowok jangkung itu. Rean sendiri juga bingung.

Mobil Yasa berhenti di pekarangan rumah besarnya. Usai memarkir mobil, ia dan dan Rean segera turun dan masuk ke dalam rumah.

Rumah tidak terlalu sepi karena ada beberapa pelayan sibuk mondar-mandir kesana kemari  mengerjakan tugas mereka masing-masing. Dan seperti biasa, pada jam-jam ini ayah Yasa masih berada di kantor.

Setelah menyuruh salah satu pelayan untuk membawa camilan dan minuman ke kamarnya nanti, Yasa dan Rean segera naik ke atas.

"Yasa" panggil Rean yang sudah mendudukkan dirinya di pinggir kasur.

Yasa yang kini sudah disibukkan dengan acara mengganti seragam sekolahnya menoleh tanpa bersuara sambil mengangkat satu alisnya.

Pandangan mata Rean turun pada gambar hitam bercorak estetik yang berada di dada dan bawah rusuk pria jangkung itu. Rean sedikit penasaran, kapan Yasa membuat tato-tato tersebut.

"Umur lo masih 17 tahun, tapi lo udah punya tato-tato itu. Sejak kapan?" Sebenarnya Rean sudah melihatnya sejak mereka di hotel tempo hari, namun tentu saja Rean tidak punya kesempatan untuk bertanya, tahu sendirilah kenapa.

Yasa yang sudah selesai dengan berganti seragamnya kini duduk di samping Rean. Menatap pipi gembil yang terlihat makin gembil akhir-akhir ini, namun wajahnya sedikit pucat. Apa Rean sakit? Tapi kenapa berat badannya nampak tidak turun?

Yasa gemas. Ia memajukan wajahnya dan menggigit sekilas pipi Rean kemudian menjawab, "dua tahun lalu, pas ulang tahun gue yang ke 15. Napa emang?"

Rean menggeleng pelan lalu menggeser tubuhnya untuk berbaring di kasur. 15 tahun adalah usia yang sangat muda untuk mencoret-coret badan seperti itu. Menurut Rean, Yasa ini memang definisi berandalan. Tapi.. tato-nya bagus dan tampak mewah, cocok untuk bentuk tubuh orang-orang seperti Yasa ini.

Tok
Tok
Tok

Yasa berdiri dan berjalan membuka pintu. Mengambil nampan berisi camilan serta minuman yang di bawa pelayannya lalu masuk lagi setelah mengunci pintu kamarnya.

Setelah menaruh nampan di atas nakas, Yasa kembali duduk di kasur. Rean yang melihat itu sontak bangun dari rebahannya mengambil toples keripik kentang dan membukanya lalu makan.

Yasa melirik Rean yang kini sudah menyodorkan keripik ke depan mulutnya. Masih menatap cowok manis itu, Yasa membuka mulutnya menerima suapan keripik di tangan Rean.

"Kenapa lo liatin gue kayak gitu? Bikin takut" Rean menjilat sisa bumbu di jari-jarinya setelah menyuapi Yasa.

"Lo tambah montok"

Rean agak kaget dengan jawaban asal itu. Yasa  ini apa-apaan? Bentuk badannya memang seperti ini.

"..tapi pucat. Lo sakit?" Lanjut Yasa, mengusap bumbu keripik yang ada di ujung hidung Rean.

Rean menggeleng sambil menelan kunyahan di dalam mulutnya, ia tidak sakit. Rean mengalihkan pandangan ke tempat lain untuk berpikir sejenak. Dan beberapa detik kemudian  matanya mengerjap cepat saat mendapat jawaban.

"Gue akhir-akhir ini sering muntah, trus lebih gampang capek dan lesu juga. Tapi gue gak ngerasa sakit apa-apa kok, karena makan gue juga normal. Mungkin efek kelelahan kali ya..?"

ELYASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang