07

4.8K 495 47
                                    

Vote sebelum membaca, terima kasih..


.
.
.

Dokter UKS tengah membantu Rean untuk menghentikan pendarahan di hidungnya. Yasa masih berada di sana melihat Rean di tangani.

"Yasa? Masih jam olahraga kan? Kamu boleh pergi lanjutkan pembelajarannya, Rean sudah aman kok" ucap dokter perempuan 30 tahunan itu ramah.

Yasa menurut, sebelum berjalan keluar, ia melirik sekilas pada Rean yang juga tengah melihatnya sambil senyum kecil.

"Kamu pacar Yasa?" Tanya dokter itu kembali setelah Yasa keluar dari ruangan.

Rean sedikit kaget mendengar pertanyaan dokter cantik itu, kemudian menjawab malu-malu. "Em, masih calon pacar dok.."

Dokter bernama Tissa itu mengangguk sembari tersenyum. "Dokter doakan, semoga kalian cepat official deh.."

Mendengar itu Rean semakin malu dan menyengir canggung. "Ehe, makasih dok.."

.
.

Setelah pelajaran olahraga selesai, para murid kembali ke ruang loker untuk mengganti pakaian. Dion yang tengah asik mengenyot lolipop rasa strawberrynya menoleh saat mendapat sebuah sodoran telapak tangan, yang ternyata milik Andro.

"Apa?" Sewot Dion pada sepupu dua kalinya itu.

Andro cuma nyengir tanpa dosa. "Hehe, minta"

"Gak! Cuma satu! Beli sendiri!"

Yasa yang sudah berganti pakaian hanya memilih diam dan menatap dua temannya. Lucu saja menyaksikan dua cecunguk itu berseteru, walau hampir tiap hari.

"Itu aja, bekasan lo elah" Andro masih memaksa.

"Nggak! Itu sama aja kita ciuman secara gak langsung bego!"

"Lah? Emang napa? Bukannya udah sering tukar keringat juga?"

Mendengar ucapan Andro, Yasa yang awalnya antusias melihat perseteruan itu, kini wajahnya sudah sedatar tembok sekolah.

"Babi.. babi.." maki Yasa sembari berjalan keluar ruang loker meninggalkan Andro dan Dion.

"Andro mah!" Sungut Dion kesal. Yang hanya mendapat cengiran menjengkelkan dari sepupu sekaligus pacarnya itu.

Setelah berbaikan dalam dua detik, keduanya segera menyusul Yasa yang diketahui ke kantin.

Langkah Yasa berhenti saat seseorang menghalau dirinya. Orang itu merentangkan kedua tangannya di hadapan Yasa dengan ekspresi wajah yang datar. Yasa menaikan satu alisnya bingung kenapa ia hadang.

"Napa?"

"Ikut gue"

"Penting?" Tanpa menjawab, orang yang jauh lebih pendek dari Yasa itu segera menarik tangan Yasa ke belakang sekolah.

Belum sempat Yasa lanjut bertanya, orang itu dengan cepat memeluk tubuh Yasa dan membenamkan wajahnya di dada Yasa.

Hal itu tentu membuat Yasa kaget dan bingung, juga tidak terima. "Lo apa-apaan?"

ELYASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang