06

5K 503 26
                                    

Follow bisa kali
Tekan bintang sebelum membaca, terima kasih..

.
.
.

Pukul 06.30 pagi Rean bangun dari tidurnya. Ia sedikit mengerjap dan menguap lalu menoleh ke samping. Masih ada Yasa di sana yang memejamkan matanya. Ini hari Sabtu, yang dimana mereka masih harus sekolah.

Rean mengulurkan tangannya dan menggoyang-goyangkan tubuh Yasa untuk bangun. Namun cowok itu masih tetap menutup matanya. Rean berganti menepuk-nepuk pelan pipi Yasa, hasilnya masih tetap.

"Yasa? Bangun, sekolah"

Tak berapa lama Yasa bergerak kecil dalam tidurnya dan membuka matanya yang masih terasa berat. Ia baru tertidur sekitar 30 menit yang lalu karena semalaman penuh tidak tidur.

Yasa menatap langit-langit kamar tanpa menoleh ke yang lebih kecil. Kepalanya terasa pusing berputar-putar. Bahkan saat tangan Rean menyentuh dahinya pun ia tidak bereaksi sama sekali dan tetap diam.

"..Yasa?"

"Berisik!" Yasa berbalik memunggungi Rean dan kembali tidur.

Rean sedikit kaget dan melirik jarum jam di samping kasur yang sudah menunjukkan pukul 06.35, sedangkan sekolah mereka masuk pukul 07.15, mereka akan terlambat. Belum lagi Yasa harus kembali ke rumahnya dulu.

Sekali lagi Rean mengguncang tubuh Yasa, namun secepat kilat tangannya langsung di tarik kedepan dan terjerembab kelantai melewati tubuh Yasa. Untung saja kasurnya tidak menggunakan dipan.

Yasa menatap datar Rean yang sedang meringis sambil mengusap-usap lututnya yang tadi duluan terkena ubin lantai dan menatap kearahnya dengan cemberut. Ia melihat cowok pendek itu hampir menangis. Apakah sesakit itu?

Tatapan Yasa sedikit melunak. Ia bangun dengan kepala yang masih sedikit berkunang-kunang. Menarik tangan Rean dan mendudukkannya di kasur.

Yasa memposisikan dirinya berjongkok di lantai tepat di hadapan Rean. Ia menarik naik celana piyama milik Rean hingga di atas lutut yang sudah memerah. Yasa tersedak ludahnya sendiri saat melihat kaki Rean yang putih dan mulus.

"..Yasa?" Rean hendak meraih belakang Yasa dan menepuk-nepuk punggung cowok yang sedang terbatuk itu. Namun Yasa dengan cepat menghindar.

"Tunggu" titahnya sembari bangkit dari jongkoknya lalu berjalan keluar kamar.

Rean sedikit bingung melihat Yasa yang tiba-tiba terbatuk-batuk.

Tidak lama Yasa kembali dari dapur sambil membawa baskom kecil berisi air hangat dan potongan kain, kemudian menaruhnya di hadapan Rean tanpa mengatakan apa-apa.

Rean tersenyum dan meraih potongan kain, ia membasahi benda itu kemudian di peras lalu mengompres lututnya. Walau airnya tidak terlalu hangat, Rean tidak protes karena Yasa masih mau sedikit bertanggungjawab atas perbuatannya.

Yasa memperhatikan Rean yang menggigit bibirnya menahan perih sambil terus menekan-nekan kain basah kelututnya.

Apa ia sudah keterlaluan?

Akhirnya Rean sudah selesai dengan kegiatannya dan menggeser baskomnya sedikit menjauh. Yasa dengan cepat mengambilnya dan membawa benda itu kedapur.

Melihat sikap Yasa yang sedikit peduli, tiba-tiba Rean jadi malu. Ia menepuk-nepuk pipinya yang sedikit panas.

Setelah menaruh baskom tanpa membuang air bekasannya. Yasa merogoh HP dari dalam saku dan mengetik beberapa bait kata pada Andro, bahwa hari ini dirinya tidak masuk sekolah, begitu pun Rean.

ELYASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang