21

5.4K 554 82
                                    

Vote sebelum membaca.

.
.
.

Lima bulan kemudian

Ibu Rean terbangun tengah malam karena merasa haus. Wanita paruh baya itu menoleh kesamping dan tidak mendapati sang putra disana. Wajahnya seketika berubah panik, ia segera bangkit dari tempat tidur dan hendak keluar, namun sebuah suara isakan kecil dari arah kamar mandi yang tidak tertutup rapat membuatnya berbalik menuju tempat tersebut.

Wanita yang sudah berusia akhir 40 tahunan bernama Rima itu membuka pintu dan masuk dengan perlahan kedalam kamar mandi.

Disana, putranya tanpa mengenakan pakaian tengah duduk menangis sambil memeluk kedua lututnya di bak mandi yang terisi air.

Rima meraih jubah mandi yang tergantung didinding lalu menghampiri sang putra. Ini bukan lah pertama kalinya Rima mendapati Rean menyendiri sambil menangis seperti ini. Sudah beberapa bulan ke belakang Rean selalu melakukan hal yang sama beberapa kali hingga matanya selalu bengkak dan sering mengalami demam dengan kondisinya yang tengah berbadan dua.

Tentu saja Rima sangat sedih melihat keadaan putra semata wayangnya yang seperti ini.

"Sayang..? Udah ya? Kamu sama Tomato nanti demam lagi loh.." Rima memencet tombol didekat bak mandi agar airnya menyusut.

Rean menoleh pada ibunya dengan airmata yang sudah mengering serta matanya yang bengkak. "Ibu.. Rean jahat ya Bu? Rean jahat kan? Rean bohongin Yasa biar bisa masukin Yasa ke penjara__"

"Sayang!" Rima menitikkan airmatanya dan memegang pipi Rean "dengar ibu. Kamu anak ibu gak jahat, bukan orang jahat. Kamu sudah melakukan pekerjaan kamu dengan benar dan amanat tanpa mengkhianati orang-orang yang sudah mempercayai kamu. Walau ibu tau semua ini berat buat kamu, tapi ibu mohon.. jangan pernah menganggap kamu jahat dan jangan pernah salahin diri kamu atas apa yang sudah terjadi hanya karena kamu mencintai Yasa" Rima menjeda kalimatnya dengan mengusap airmata yang kembali turun dipipi Rean. "Percaya sama ibu, Yasa juga pasti akan sangat sedih kalau melihat kamu seperti ini sayang.."

"Sekarang ayo ibu bantu berdiri, kita kembali ke kamar" Akhirnya Rima membantu Rean berdiri lalu memakaikan jubah mandi pada tubuh putranya itu lalu segera keluar dari sana.

Rean duduk di pinggiran kasur dengan Rima yang mengoleskan minyak kayu putih ke perut serta area dada putranya, kemudian membantu memakainya baju tidur.

"Mau ibu pijit-pijitin kakinya?" Tanya Rima.

Rean menggeleng pelan. "Mau elus-elus perut aja"

Rima tersenyum lembut dan mengangguk, lalu mengatur posisi tidur mereka. Setelahnya pasangan ibu dan anak itu kembali tidur dengan sang ibu yang mengelus-elus perut Rean pelan.

.
.

Esoknya, Rean dan ibunya kembali menjaga toko kue yang telah dibukanya beberapa bulan lalu. Iya, toko kue miliknya. Tiga bulan yang lalu Rean memutuskan resign dari pekerjaan yang merupakan cita-citanya dari kecil tersebut dan memilih membuka toko kue sederhana tepat disamping rumahnya.

Rean saat ini tengah melayani beberapa pelanggan yang mengantri untuk membayar di bagian kasir. Adapun ibunya dan satu karyawan perempuan yang mereka pekerjakan sedang berada didapur bertugas memanggang kue.

Saat pengunjung tokonya mulai semakin berkurang dan akhirnya menjadi sepi, Rean baru bisa duduk di kursinya lalu menenggak sebotol air mineral untuk membasahi kerongkongannya yang sudah berteriak minta dibasahi sedari tadi.

Tentu saja pada kandungannya yang sudah menginjak usia enam bulan itu, Rean cepat merasa lelah walau tidak banyak melakukan aktivitas yang berlebih. Apalagi kehamilan ini merupakan yang pertama untuknya, dan terlebih lagi ia adalah seorang laki-laki. Untunglah Rean mempunyai sesosok ibu yang begitu sayang dan mendukungnya dalam keadaan apapun.

ELYASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang