16

4.6K 454 45
                                    

Vote sebelum membaca.

.
.
.

Sekitar jam sembilan pagi, Rean bangun lebih dulu. Namun hanya membuka mata di tempat tidur, tidak bangkit dari kasur, karena seluruh tubuhnya terasa lemas dan kaku. Rean merasa seperti dirinya benar-benar terkena stroke ringan saat ini.

Ia menoleh kesamping pada Yasa yang masih berkutat dengan mimpinya. Melihat wajah Yasa yang damai tentram sentosa, sedangkan ia yang tidak baik-baik saja, Rean serasa ingin menangis keras sekarang.

"Pagi.." suara dalam dan serak khas orang bangun tidur itu membuat Rean sontak membalik tubuhnya membelakangi Yasa. Ia kesal.

Yasa terkekeh pelan dan memeluk tubuh yang masih terbungkus jubah mandi itu dari belakang, "Maaf, gue khilaf semalam" sambil mengecup kecil-kecil puncak kepala Rean.

"Badan gue sakit semua.." beritahu Rean lirih.

"Itu pertama kali?"

Rean mengangguk, "Ya. Lo pikir siapa yang mau ngelakuin itu kalo belum nikah? Gak semua orang kayak lo!"

Yasa tidak merasa kecil hati dengan perkataan Rean. Ia memang sudah sering melakukan hal seperti ini pada beberapa perempuan. Namun ini adalah pertama kali ia melakukannya dengan seorang cowok.

Tidak ingin munafik, Yasa merasa tidak bisa berhenti saat melakukan itu ke Rean. Karena memang senikmat itu.

Karena ia dan Rean sudah memiliki status, yakni pasangan kekasih. Yasa tidak ingin menyakiti hati cowok pendek itu dengan melakukan tabiat buruknya menyetubuhi sembarang perempuan lagi.

"Iya.. gue minta maaf, jangan ngambek dulu. Sekarang bisa bangun gak? Pake baju terus kita pergi dari sini" ujar Yasa.

Rean sedikit menoleh ke belakang dan menggigit kecil bibirnya kemudian mencicit pelan, "Itu.. b-bukannya genit ya? Tapi bisa pakein gue baju gak? Badan gue bener-bener berasa remuk semua ini"

Yasa ingin tertawa, tapi takut. Takut si Rean makin ngambek terus berubah jadi singa betina kelaparan. Apalagi mereka baru habis masa 'kawin' semalam.

Tanpa berlama-lama Yasa bangkit, lebih dulu meraih pakaian yang ia kenakan sebelum datang ke hotel dan memakainya, lalu mengambil pakaian Rean serta jaket kulit hitam miliknya untuk di pakaikan pada cowok itu.

Yasa menuntun Rean bangun dari tempat tidur hendak keluar setelah mendapat pesan dari Andro bahwa dua temannya itu sudah pulang lebih dulu, namun tidak bisa, tubuh Rean gemetar dan kesusahan berjalan, seluruh tubuhnya benar-benar mati rasa. Yang benar saja dirinya di gempur sampai pingsan. Yasa bajingan gila!.

Rean mendongak menatap Yasa pias, "Iss! Gendong!" Kesalnya karena Yasa seperti tidak peka untuk menggendongnya.

Yasa menyempatkan diri untuk terbahak sebentar, lalu mengangkat bridal Rean dan membawanya keluar.

Menurut Yasa, Rean itu definisi imut yang alami, bukan tingkah yang di buat imut. Apalagi kalau lagi kesal.

.
.

Tiga minggu sudah berlalu semenjak Yasa dkk menjalani misi di hotel. Mereka juga telah di beri imbalan sebesar tiga milyar oleh sang konglomerat, yang seluruh uangnya sudah mereka bagikan kepada masyarakat.

ELYASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang