Tunangan

1K 66 10
                                    

Berbulan-bulan setelahnya...

"Sal, lo mau kemana?", tanya Paul. Sahabatnya itu menatap Salma dengan penuh pertanyaan.

"Pulang", sahut Salma. Singkat dan jelas.

"Loh, bukannya kita mau ke ultahnya Kay ya? Kan Rony udah kirim undangan di grup kita", celetuk Nabila tanpa rasa berdosa.

Ya, bukan salah Nabila, atau Paul. Mereka tidak mengetahui kenyataan sebenarnya. Salma lah yang salah menaruh rasa selama ini.

Salma mennggelengkan. "Gue kayaknya nggak ikutan. Mamah mau datang", ujarnya kelu.

Nabila merangkul pundak Salma. Entah kenapa sejak seminggu terakhir dia merasa Salma begitu gelisah. Tapi Nabila merasa tidak berhak bertanya lebih dalam. Biarkan Salma saja yang bercerita dengan sendirinya.

Paul juga menangkap keanehan dari kedua sahabatnya itu. Bukan hanya Salma. Rony juga. Keduanya sudah tidak berbicara beberapa hari ini. Seperti ada rahasia yang mereka sembunyikan rapat-rapat. Tapi Paul enggan merusak persahabatan mereka dengan prasangka yang tidak-tidak.

***

Sebenarnya Salma tidak pulang ke apartnya, melainkan menemui Rony di kafe milik lelaki itu. Ada yang ingin dibicarakannya. Penting!

Kini keduanya duduk berhadapan di ruangan pribadi Rony yang ada di kafe itu. Salma menatap dalam laki-laki yang kini menghindarinya lebih dari seminggu. Rony tidak lagi menghubunginya, tidak lagi datang ke apartnya, bahkan saat berkumpul dengan Paul dan Nabila, Rony hanya sibuk dengan telepon Kay.

"Aku mau ngomong", ujar Salma. Tangannya mencengkram kotak kecil persegi panjang.

"Aku duluan", potong Rony. Akhirnya laki-laki itu bersuara.

Rony mengeluarkan kotak yang lebih kecil daripada milik Salma. Dibukanya, ada sebingkai cincin bermata berlian di sana. Rony menatap Salma. Ia harus mengatakannya sekarang juga.

"Aku mau tunangan sama Flo, Sal. Malam ini, diacara ulang tahunnya"

Salma menatap nanar kearah cincin yang ada di depannya. Itu model cincin impian Salma, dan Rony tau sekali soal itu. Salma menunduk. Kotak yang ia pegang perlahan Kembali masuk ke dalam tasnya. Tidak ada lagi gunanya benda itu disaat ini. Salma kalah. Bahkan saat dia punya alas an kuat untuk tetap Bersama Rony, dia tetap tersingkirkan.

Mereka saling cinta, Sal. Sedangkan kalian, hanya kamu yang cinta, laki-laki itu tidak.

"Selamat Ron. Semoga Bahagia", tanpa aku sambung Salma dalam hati. Ia bangkit lalu pergi tanpa pamit.

Airmata Salma mengalir tanpa aba-aba. Rony bahkan tidak mengejarnya. Tidak bertanya apa yang ingin dia sampaikan. Sesakit inikah jadi yang kedua?

***

Paul dan Nabila memandangi Rony dan Kayla yang kini tengah bertukar cincin. Ini acara ulang tahun Kay, sekaligus pertunangannya dengan Rony. Keduanya Nampak Bahagia. Seharusnya Paul dan Nabila juga begitu, namun ada yang mengganjal di pikiran mereka.

"Nab, kamu tau nggak? Aku selalu membayangkan yang berdiri di samping Rony itu Salma, bukan Kayla", lirih Paul.

Nabila tercengang. Pikiran mereka kali ini sama.

"Powl, mungkin nggak sih salah satu dari mereka punya perasaan yang lebih?"

"Aku tau Nab, tapi aku gak tau mereka sedalam apa"

"maksudnya?"

Paul menghela nafas. "mereka berdua punya rahasia yang kita nggak tau Nab, dan kita nggak pernah sadar soal itu", tukasnya kemudian.

"ayo kita cari Salma. Dia pasti butuh kamu", ajak Paul sambil menggandeng tangan Nabila. Keluar dari hiruk pikuk pesta yang menyesakkan hati mereka.

***

"Makasih ya Ron, aku bahagia banget", ujar Kay sambil memeluk lengan Rony yang hanya membalas ucapannya dengan senyum tipis.

Pikiran Rony sedang tidak pada raganya saat ini. Entah mengapa ia justru merasa sesak, alih-alih seharusnya merasa Bahagia karena telah bertunangan dengan kekasihnya.

Mata Rony mencari-cari Paul dan Nabila di tengah ramainya tamu undangan. Tapi dua sahabatnya itu tidak kelihatan. Apa sudah pulang ya?

Rony menatap cincin yang terpasang di jari manisnya itu, lalu melirik ke arah Kayla yang kini sedang berkeliling menyapa teman-temannya yang hadir di acara mereka. Cincin berlian terlihat cantik melingkari jemarinya. Cincin yang sama seperti yang seseorang inginkan. Perasaan Rony tiba-tiba kelu. Dia senang bertunangan dengan Kayla, tapi separuh hatinya seakan menolak perasaan itu. Entahlah, Rony juga sedang tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

CINTA DALAM AKSARA 🍣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang