TIMEZONE

800 98 14
                                    

"Ron!"

hmmmm..

"Ron!!"

Rony menggaruk telinganya yang tidak gatal untuk mengusir suara yang mengganggu tidurnya. dia masih mengantuk. malam tadi tidurnya tidak nyenyak akibat overthinking. bayangan Salma dan anak mereka membuat Rony gelisah sampai tidak bisa memejamkan mata.

"Rony!"

"iya Salma!", sahut Rony sembari membuka matanya. sayangnya bukan wajah Salma yang ia lihat pertama kali, melainkan wajah Paul yang sedang menahan tawa.

"heh, ngagetin aja lo!", ujar Rony sambil melempar gulingnya.

"Ron, gue titip Lea, jemput dia entar siang ya", ujar Paul to the point.

Rony mengangguk. dia memang sering dititipi oleh Paul dan Nabila jika keduanya kerja di luar kota, atau saat mereka sama-sama tidak bisa menjemput anak semata wayangnya.

"kemana lagi lo kali ini?", tanya Rony sambil bangkit dari tempat tidur.

"Bandung, kayaknya balik sore atau malam"

"bareng Nab?"

Paul mengangguk. ia melirik ke arah Rony yang nampak kuyu.

"kenapa sih Ron? jangan banyak pikiran, perusahaan lo tuh urusin"

"gue kepikiran Salma, Powl. sama anak gue", jawab Rony jujur.

"soal perusahaan kan ada Bagas yang jalanin", sambungnya menyebut nama tangan kanan kepercayaan Rony. Bagas juga salah satu sahabat Rony dan Paul di akhir-akhir masa kuliah dulu.

"iya, tapi Anggis misuh-misuh ke bini gue, katanya Bagas lembur mulu"

Rony hanya tertawa mendengar hal itu. Anggis adalah sahabat Nabila setelah perginya Salma. Sedangkan Bagas adalah pacar Anggis yang kini jadi suaminya. Hal ini pula yang membuat Rony dan Paul akrab dengan mereka berdua.

"Salma tinggal di Jakarta, Ron", ujar Paul tiba-tiba, membuat Rony tidak jadi meneguk air minumnya.

"darimana lo tau?"

"ya menyimpulkan aja, temen kita ketemu dia di salah satu mall Jakarta, berarti dia tinggal disini"

Benar juga, pikir Rony. Wajahnya mendadak cerah meskipun belum mandi. Hal ini mungkin akan memudahkan Rony untuk mencari Salma. Mereka tinggal di kota yang sama. Peluang untuk bertemu semakin besar. Setidaknya begitu pikiran Rony.

"udah ya, gue mau berangkat, jangan lupa jemput anak kita di sekolahnya", ujar Paul menepuk bahu Rony. mereka berdua kontras sekali. Paul sudah rapi dengan setelan jasnya, sedang Rony dengan piyama tidur dan rambut acak-acakannya.

"gue merasa ada yang salah dari ucapan lo, Powl. kalo orang lain denger, mereka bakal nyangka gue bini lo", ujar Rony.

"ogah banget gue punya bini brewokan macem lo, Ron!", sahut Paul sambil masuk lift.
***

"Pak Rony! syukurlah bapak sudah datang", ujar salah satu guru di sekolah Lea saat Rony baru saja memasuki halaman sekolah itu.

"ada apa ya, Bu?"

"si Lea kelahi Pak, sekarang lagi nangis, katanya mau sama bapak"

Rony langsung mempercepat langkahnya menuju kelas Lea. Disana ia melihat Lea tengah menangis sesenggukan sambil dipeluk oleh seorang guru.

"Lea, Papi datang", ujar Rony sambil mengambil alih Lea. Gadis kecil itu langsung memeluk Rony dan menghentikan tangisannya.

"ini kenapa bu Tika?" tanya Rony pada guru yang ia ketahui sebagai wali kelas Lea. ia menunjuk pergelangan tangan Lea yang memerah.

CINTA DALAM AKSARA 🍣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang