Tentang Oik & Iyo

920 121 25
                                    

"Halo", Rony akhirnya mengangkat telponnya yang sedari tadi berdering tanpa henti. Nomor tidak dikenal.

"maaf pak, ini Fitri. boleh minta tolong nggak pak?"

"iya Fit, ada apa?", suara Rony sedikit melunak saat mengetahui siapa yang menelponnya.

"bapak kalau jemput Alea, saya mau minta tolong, boleh nggak sekalian sama si kembar. saya lagi nganter ibu saya ke rumah sakit, hari ini jadwal kontrolnya", ujar Fitri dari seberang sana.

Rony melirik jam tangannya. masih ada waktu 30 menit dari kantornya ke sekolah anak-anak. Lagipula Rony sejak tadi pagi cuma berkeliling memantau kantor, karena semuanya sudah ditangani oleh Bagas. Jadi dia bisa menjemput anak-anak sebentar lagi.

Ah, anak-anak. Andai Rony tau dimana keberadaan anaknya sekarang, tentu saja Rony ingin sekali menjemputnya pulang sekolah, sama halnya yang biasa ia lakukan untuk Alea. Sayangnya, Rony cuma bisa berandai-andai. Sampai saat ini pun, ia belum juga bisa menemukan dimana Salma berada.

"Oke, biar saya yang jemput mereka", ujar Rony.

"Terima kasih banyak Pak Rony, maaf kalo saya merepotkan bapak", balas Fitri.

"Nggak masalah, mereka sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri", kata Rony jujur. Memang sejak awal bertemu, dia merasa nyaman dengan si kembar.

Rony mematikan sambungan telepon dengan Fitri, lantas bersiap untuk turun.

"Mau kemana lo, Ron? Buru-buru amat?", tanya Bagas yang kebetulan masuk ke ruangan Rony saat lelaki itu bangkit dari duduknya.

"Mau jemput anak-anak", sahut Rony. "Kenapa Bro?"

Bagas menyerahkan satu map dokumen kepada Rony yang langsung disambut oleh lelaki tampan itu.

"Data yang lo minta, Ron. By the way, emangnya Paul nggak bisa jemput Alea ya? Perasaan tadi dia ngomong mau jemput anaknya terus mampir kesini", kata Bagas heran.

Rony mengangkat alisnya sebelah. "Bukan Alea, ada lah anak gue juga, si kembar"

Bagas melongo. "Anak lo sama Salma? Lo udah ketemu, Ron?", dia mendadak heboh sendiri.

"Bukan lah, Gas. Si kembar ini temen sekolah Alea juga. Tapi gue ngerasa familiar banget sama mereka berdua, berasa dekat dari lama", terang Rony.

Bagas menutup mulutnya dengan tangan. "Jangan-jangan itu anak kandung lo, Ron!"

"Ngasal lo kalo ngomong, kan lo tau sendiri, anak gue cewek, kan ada foto Salma di grup meluk anak cewek", Rony memukul ringan bahu Bagas dengan map file ditangannya.

"Yaa, siapa tau kan anak lo kembar? Buktinya lo bisa nyaman sama anak yang bahkan baru lo kenal, biasanya ikatan batin ayah dan anak itu kuat loh Ron"

"Udah ah, gue mau jemput mereka dulu"

"Ajak kesini aja Ron, kan Paul juga mau bawa Alea kesini", tukas Bagas tiba-tiba memberikan ide.

Rony menghentikan langkahnya, menimbang-nimbang saran Bagas.

"Boleh juga", sahutnya kemudian.
***

"Loh, Pak Rony, Aleanya baru saja dijemput sama Pak Paul, emangnya nggak ketemu di depan?", ujar Bu Tika yang keheranan melihat Rony berjalan menuju kelasnya.

Rony tersenyum sopan. "Saya mau jemput Iyo sama Oik, Bu", ujarnya kemudian membuat Bu Tika terheran-heran.

"Sebentar pak, saya panggilkan mereka dulu", ujarnya sambil masuk ke dalam kelas.

Rony hanya menatap dalam diam. Hatinya berkecamuk. Entah mengapa sejak tadi ia kepikiran kata-kata Bagas. Apa iya mereka anak kandung Rony?

Rony mencoba menepis pikirannya. Tidak ada alasan kuat rasa nyaman dengan ikatan batin antara orangtua dan anak. Setidaknya begitu menurut keyakinan hati Rony.

CINTA DALAM AKSARA 🍣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang