6 Tahun Kemudian

953 81 9
                                    

Rony memarkir mobilnya di depan sebuah sekolah Taman Kanak-Kanak. Usai merapikan kemeja hitamnya, Rony keluar dari mobil dan melangkah ke dalam melewati gerbang sekolah.

Bibirnya menyunggingkan senyum kala melihat anak-anak kecil berpakaian seragam biru kotak-kotak tengah bermain diberbagai penjuru sekolah. Ada yang sedang bermain perosotan. Ada juga yang tengah bertengkar kecil karena berebut ayunan.

Rony terus melangkahkan kakinya ke arah kantor. ia menyusuri koridor sambil melihat dari luar jendela pada beberapa kelas yang dilaluin. kelas yang penuh dengan hiasan didinding dan langit-langitnya itu menarik perhatiannya. ternyata dunia anak-anak jauh lebih menyenangkan.

Bugh! langkah kaki Rony terhenti karena merasa menabrak sesuatu. Atau mungkin seseorang. ia pun mengalihkan pandangannya ke depan. benar saja, ada seorang gadis kecil dengan rambut dikepang dua menatapnya dengan rasa takut. menyadari hal itu, Rony segera berjongkok dihadapan gadis berparas imut itu.

"Om, maafin Oik ya", ujarnya tertahan. Rony tersenyum. ingin rasanya ia mencubit pipi gembil anak yang mengenalkan dirinya sebagai Oik ini. Rony merasa familiar dengan seseorang yang juga memiliki pipi chubby menggemaskan seperti anak ini.

"nggak papa, om maafin kok", jawab Rony lembut. namun gadis bernama Oik itu masih menatapnya dengan wajah sedih.

"kenapa? Oik ada yang sakit?", Rony menyentuh tangan gadis kecil itu. Khawatir tabrakan tadi menyebabkan rasa sakit pada Oik.

Oik menggeleng, namun tangannya yang memegang kapur tulis menunjuk ke arah Rony. Rony pun menunduk memeriksa dirinya sendiri. Ternyata kapur tulis itu meninggalkan noda putih di kemeja hitamnya. Menyadari hal itu Rony langsung tertawa.

"nggak papa Oik, nanti om bersihkan sendiri", ujar Rony sambil berdiri. ia menepuk pelan pucuk kepala Oik dan berlalu meninggalkan gadis kecil itu.

"Papi Onyyyy", teriak gadis kecil saat melihat Rony berdiri di ambang pintu kelasnya. Rony langsung memeluk gadis kecil kesayangannya itu.

"kenapa kakinya Lea?", tanya Rony pada bu guru Amina, yang sedari tadi menemani anak gadisnya menanti kedatangan Rony. Kaki kanan Lea dibalut perban. nampaknya terkilir.

"maaf pak, Lea tadi terjatuh dari ayunan", sahut Bu Amina dengan wajah penuh penyesalan.

Rony mengangguk paham. "tidak apa-apa bu, namanya juga anak-anak", sahutnya sambil kembali tersenyum.

"sekarang kita pulang ya, Lea mau jalan atau papi gendong?", tanya Rony pada gadis kecilnya.

"gendong", sahut Lea manja sambil merentangkan tangannya. Rony pun segera menggendong Lea dan berpamitan pada bu guru Amina.
***

"kok Lea bisa jatuh, sayang? sakit banget ya kakinya?", tanya Rony sambil memasangkan seatbelt.

"Lea rebutan ayunan, Pi!", sahut anaknya sambil manyun.

"loh kok rebutan, kan bisa gantian?"

"nggak mau, Lea nggak mau gantian sama bocah nakal itu", dumelnya sambil melipat tangan di dada. melihat tingkah Lea, Rony jadi ingat dirinya saat kecil.

"siapa yang nakal?"

"Iyo sama Oik! mereka tuuhhh, iihhhh nyebelin banget"

Oik! Rony ingat gadis imut yang menabraknya tadi. apa yang dimaksud Lea itu Oik yang sama? kok Rony sangsi ya kalau Oik itu bocah yang nakal.

"Oik yang rambutnya berkepang dua bukan?", tanya Rony sambil terus mengendarai mobilnya.

Lea membulatkan matanya. "Kok papi tau?"

"Yaaa, papi tau aja", sahut Rony sekenanya. lagipula Rony tidak berbohong.

"kalo Iyo, papi juga tau?"

CINTA DALAM AKSARA 🍣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang