Bocil Kematian

1K 111 29
                                    

"Oik, ayo sarapannya dihabiskan", ujar Salma saat melihat piring putrinya masih penuh. Sementara Iyo sudah habis separuh.

"Nggak mau, Oik mau disuapin Papi"

Salma berjengit. Tidak pernah ada dalam kamus hidupnya Oik akan meminta hal seperti ini.

"Nggak bisa sekarang Oik, papi lagi sibuk. Ayo kamu makan dulu, nanti terlambat loh ke sekolah", bujuk Salma.

"Mi, Iyo juga nggak mau ke sekolah kalo nggak diantar sama papi", ujar Iyo tiba-tiba, membuat Salma seketika memegang kepalanya, pusing secara harfiah.

"Iya, Oik juga"

"Sebenarnya siapa sih yang ngajarin kalian ngomong papi-papi ini? Mami pusing tau nggak?"

"Om Bagas", ujar Iyo.

"Kak Fitri juga", sambung Oik. Salma terperangah mendengar jawaban kedua anaknya.

"Fitriiiiii"

Fitri datang tergopoh-gopoh dari arah dapur. Ia memang sedang menyiapkan bekal makan siang anak-anak saat nyonya mudanya itu berteriak memanggilnya.

"Iya Bu?"

"Tanggung jawab kamu, mereka nyariin papinya", ujar Salma dengan wajah tidak santainya. Dia panik, tapi juga enggan untuk menghubungi Rony terlebih dulu.

"Loh, kan yang istrinya bapak tu ibu, bukan saya", sahut Fitri asal jeplak. Ia tidak tahu bagaimana pusingnya Salma saat ini.

Salma melirik tajam, sejak kapan ia dan Rony menikah. Mulut Fitri terkadang memang harus disekolahkan. "Kamu pikirin gimana caranya anak-anak mau pergi sekolah, mereka maunya di antar bapak"

"Ya tinggal telpon bapak lah bu", ujar Fitri kembali menguji kesabaran Salma.

"Nggak segampang itu, Ya Allah Fitriii", Salma kini memegang kepala dengan kedua tangannya. Salma berusahan menebalkan kesabarannya menghadapi tiga orang di rumah ini.

"Maaf Bu, biar saya yang hubungin bapak"

"Enak aja kamu, main hubungin bapak sembarangan, yang istrinya kan saya, nggak ada ya kamu nelpon-nelpon bapak setelah ini", ujar Salma tiba-tiba. Timbul sebersit rasa tak rela di dalam hatinya.

Fitri melongo. Sebenarnya kehendak nyonya mudanya ini bagaimana? Ia jadi serba salah.

"Iya bu, maafin Fitri"

"Jadi gimana?", tanya Salma menunjuk kedua anaknya yang sedari tadi melipat tangan di dada sambil merengut.

"Oik, Iyo, kak Fitri yang antar ya, papi kalian lagi kerja, nyari uang yang banyak buat beli mainan, oke?"

Kedua bocah kembar itu kompak menggeleng lalu membuang pandangannya kearah lain. Fitri jadi kelabakan. Ia memandang Salma untuk meminta bantuan tapi yang ditatap malah melengos. Memang buah jatuh sepohon-pohonnya ini, batin Fitri yang gemas melihat tingkah serupa ketiga majikannya ketika merajuk.

"Bu, hubungin bapak lah bu", mohon Fitri, masalahnya anak-anak sudah terlambat.

"Ya kamu lah"

"Kan ibu tadi nggak bolehin"

Ck, Salma berdecak sebal. Bukan pada Fitri, tapi pada dirinya sendiri yang ternyata blunder.

"Kamu telpon, saya yang ngomong", putus Salma akhirnya.
***

Rony sedang bersiap pergi ke kantor saat handphonenya berdering. Tertera nama Fitri. Rony buru-buru mengangkatnya karena dia yakin pasti ada hubungannya dengan si kembar.

"Iya Fit?"

"Ron"

Rony memeriksa ulang nama penelponnya. Fitri memang, tapi mengapa suaranya berbeda?

CINTA DALAM AKSARA 🍣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang