Terlambat

812 79 20
                                    

Rony memencet sandi apart Salma dengan buru-buru, namun sandi itu tertolak. Diulanginya sekali lagi, tapi sandi itu tetap salah.

Tidak habis akal, Rony mencoba menghubungi Salma, namun yang ia dapatkan hanyalah sambungan telepon yang tidak aktif. Hal ini membuat Rony memutuskan untuk menemui resepsionis di lobby apartemen Salma.

"Maaf mas, Mbak Salma sudah keluar dari kemarin sore. Unitnya juga sudah ditawarkan dari beberapa hari yang lalu untuk dijual", ucap resepsionis pada Rony yang menanyakan perihal sandi yang gagal.

"Oke, makasih ya", balas Rony sambil berlalu.

Pria berusia 23 tahun itu kini berada di dalam mobilnya. Rony memukuli stirnya secara brutal. Pikirannya kalut. Kemana Salma pergi? Bagaimana keadaannya sekarang? Baik-baik saja kah dia dan anak mereka?

Rony butuh beberapa hari untuk menenangkan hatinya setelah mengetahui fakta dari Paul tentang Salma yang kini sedang mengandung anaknya. Sayangnya hal ini justru membuat ia kehilangan Salma. Gadis itu, bukan, wanita itu kini entah sedang berada dimana.

"Sal, kamu dimana, sayang?", lirih Rony ditengah isak tangisnya.
Rasa kehilangan mendera hati Rony, dan dia sudah terlambat untuk membuat Salma tetap berada di sisinya.
***

Hueeekkk..
Hueeeekkk..

Rony memuntahkan isi perutnya ke wastafel. Kepalanya pening. Ini sudah yang kelima kalinya sejak tadi pagi. Paul memandang iba pada Rony dari pintu kamar mandi.

"Ron, kayaknya kondisi Salma sama deh kayak lu sekarang", imbuh Paul sambil membantu memijat punggung Rony. Laki-laki itu kini kembali memuntahkan cairan bening dari perutnya.

Rony menatap Paul nyalang. Keadaannya sekarang saja sudah sangat tidak nyaman. Bagaimana dengan Salma-nya? Iya, Salma-nya, wanita yang kini tengah mengandung buah hatinya.

Sudah satu bulan Rony dan Paul berusaha mencari keberadaan Salma, namun wanita itu tidak kunjung ketemu. Nihil. Salma menghilang bak ditelan bumi. Tanpa kabar berita. Bahkan orangtuanya di Jogja, tahunya Salma masih berada di Jakarta. Hal ini membuat Rony enggan membuka kenyataan tentang ia dan Salma. Setidaknya sampai semua permasalahan ini selesai.

Ting Tong!
Suara bel menghentikan pikiran dua laki-laki itu.

Paul beranjak membuka pintu Ada Kayla di depan pintu. Gadis cantik itu melenggang masuk ke dalam apart milik Paul. Semenjak 'mabuk', Rony memang menginap di tempat Paul. Dia tidak bisa berada di apartemennya sendiri karena membuat dirinya pusing dan muntah-muntah parah karena aroma ruangannya. Padahal dulu Rony sangat menyukai aroma ruangan yang dipilihkan oleh Salma.

"Rony sakit apa, Powl?" tanya Kayla setelah duduk di sofa ruang tamu.

"masuk angin, bentar gue panggilin", Paul berlalu. Sebenarnya dia juga tidak sanggup berlama-lama menatap mata Kay. Paul merasa tidak tega pada perempuan yang telah dikhianati Rony itu. Rasa ibanya menyeruak begitu saja.

"sayang", perempuan itu langsung bangkit saat melihat Rony keluar dari kamar Paul.

"kamu baik-baik aja kah? kamu kurusan, Ron", ujar Kay saat memeluk tubuh Rony yang tampak kurus dari sebelumnya.

Rony hanya tersenyum. Rasa bahagianya yang dulu selalu muncul bersamaan dengan kehadiran Kay, kali ini tidak lagi ada. Pikirannya justru melayang pada Salma. Bayangan perempuan yang kini tengah mengandung anaknya itu menghantui perasaannya.

Kay mengajak Rony duduk. Paul beranjak dari sana, memberi ruang pada dua insan yang dua bulan lagi akan melangsungkan pernikahan.

Ya, dua bulan lagi Rony dan Kayla akan menikah. Hal ini yang membuat Rony kelimpungan. Segala persiapan sudah berjalan dan ia tidak mungkin membatalkannya begitu saja, meski hatinya ingin. Bukan masalah uang yang mungkin akan terbuang sia-sia, namun lebih kepada bagaimana cara agar hal ini tidak melukai pihak manapun.

"nggak ada batal-batalan ya Ron! lanjutin keputusan yang udah lo pilih!" tegas Paul kala itu. ia tau sahabatnya itu juga mati-matian menahan perasaan. entah marah, entah benci padanya. Rony pasrah.

"tapi gue punya anak sama Salma, Powl"

"terus lo mau gimana?"

"gue bingung, Powl. pikiran gue bercabang dua. gue mau Kay, tapi gue juga mau Salma"

Paul menghela nafas lelah. "biar gue kasih paham ya. lo mau Kay, itu obsesi. lo mau Salma, itu rasa bersalah, lo terlalu berantakan Ron, pilih salah satu, lalu ikhlaskan yang lainnya"

"maafin gue, Powl"

"lo nggak salah sama gue, Ron, sorry kalo gue marah-marah. tapi yang gue omongin, itu fakta. tangan lo emang dua, tapi lo nggak bisa menggenggam semuanya"

Kayla mengelus rambut Rony perlahan. "ngelamunin apa sih?", tanyanya.

"nggak ada kok"

"oh ya, Sayang, aku udah cek gedung kita kemaren, maafin ya nggak bareng kamu, soalnya kamu belum fit"

Rony cuma mengangguk. Dia sudah kehilangan minat, tapi inilah keputusan yang ia pilih. ia akan tetap melanjutkan rencana pernikahannya dengan Kayla.  Dan soal Salma, semoga semesta kelak berkenan memberinya kesempatan untuk menebus kesalahannya.
***

"ini Salma kan?", tanya Nabila sambil mengangsurkan foto yang ada di hapenya.

Paul menatap foto perempuan dengan perut membuncit itu bersama rasa iba. Pernikahan Rony tinggal sebulan lagi, artinya usia kandungan Salma sudah 5 bulan.

"Powl, Salma hamil anak siapa?", cecar Nabila. dia kaget setengah mati saat sepupunya mengirimi foto sahabatnya yang sudah lama menghilang itu. keadaan Salma saat ini sungguh diluar dugaan Nabila. dia sangat tidak menyangka saat melihat kondisi Salma sekarang. hal ini membuat Nabila berspekulasi sendiri, Salma hamil, namun belum menikah. oleh sebabnya dia langsung menanyakan hal itu pada Paul.

"Anak Rony, Nab", sahut Paul kelu. Dia tidak mungkin lagi menutupi semua fakta ini terhadap pacarnya. Paul butuh teman berbagi walau yang dihadapinya bukanlah masalahnya sendiri.

Nabila ternganga. "Apa?!! kita harus bilang Rony, dia harus tanggung jawab!"

Paul menahan tangan Nabila yang hendak berdiri. lantas menggelengkan kepalanya pasrah. "udah telat, Nab. Rony bakal nikah sama Kay sebulan lagi, dan kita nggak tau Salma sekarang dimana"

"belum terlambat, Powl! Rony cuma baru mau nikah, bukannya sudah nikah", bantah Nabila. ia pun mulai menitikkan airmata.

"Rony bajingan!"

"udah, kamu nggak boleh gitu, mereka memang sama-sama salah, Nab"

"kita harus cari Salma, Powl! Harus! dia butuh kita sekarang!"

"kamu mau gimana, aku sudah janji sama Salma, untuk dukung apapun keputusan Rony, semua itu demi anak mereka. Salma juga sudah janji ke aku kalo dia bakal mempertahankan anak itu, meskipun tanpa Rony", jelas Paul sambil mengusap airmata Nabila.

"meskipun itu harus mengorbankan perasaan Salma?"

Paul hanya bisa menghela nafas. Nabila pun juga terengah. Dadanya sesak menyesali keterlambatannya peka atas keadaan Salma. Gadis itu kini lagi-lagi menangis sesenggukan dalam pelukan Paul yang juga merasa bersalah.

Lo bukan malaikat, lo manusia biasa, Sal! Lo nggak perlu berkorban untuk bajingan kayak Rony! Bagi gue lo selalu berharga, Sal! batin Nabila.
***

haii bayikreaders, jangan lupa streaming lagu Salma yang terbaru ya, si Affa Iyah? yang baru aja rilis hari ini. Angin rindunya Rony juga jangan dilewatin ya!

mari berjumpa di bab selanjutnya!
see u 💙

CINTA DALAM AKSARA 🍣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang