Felix baru saja pulang dari kampus ketika ia melihat sesuatu yang tidak seharusnya di taman belakang rumahnya. Dia melihat pacarnya, Milo, sedang bersama Jade, sahabat terbaiknya. Mereka tampak sangat dekat, lebih dekat dari yang seharusnya. Hatinya mencelos, tidak ingin percaya dengan apa yang dilihatnya. Namun, ketika mereka berciuman, tidak ada lagi ruang untuk keraguan.
"Lo bedua anggap gue apa sih?" ucap Felix yang memergoki pacar dan sahabatnya selingkuh.
"Gue... Memangnya salah kalau gue jatuh cinta? Gue juga berhak bahagia," jawab cewek itu tak mau disalahkan.
"Salah lah tolol! Dia itu cowok gue. Dan lo ngerebut cowok sahabat lo sendiri? Situ sehat?"
"Lo juga gatau malu ya anjing!!"
Felix menunjuk dada pacarnya yang sedari tadi menunduk diam. Milo, yang mendengar umpatan itu, rahangnya mulai mengeras, kemudian memandang Felix dengan pandangan tak suka dan tak terima.
"Kenapa? KENAPA LO SELINGKUH SAMA SAHABAT GUE!!" teriak Felix dengan seluruh badannya bergetar karena emosi, dua orang yang dia sayangi mengkhianatinya.
"JAWAB BEGO JAWAB!" Felix mendorong badan pacarnya itu.
Milo, yang didorong, mulai merasa kesal. "YA GUE BOSAN SAMA LO!! MASA LO GASADAR-SADAR? SELAMA INI GUE CUMA MAU MANFAATIN LO BEGO!! GINI DEH SEKARANG LIAT WAJAH LO..."
Milo mencengkram wajah Felix dengan sangat keras dan menolehkan ke arah Jade yang berdiri di samping. "BANDINGIN SAMA DIA!! LO ITU GA SEBANDING!! SOK BERTINGKAH IMUT COWOK JELEK GATAU DIRI!!" bentak Milo sekeras mungkin.
"Jadi gak salah dong gue milih yang lebih pantas? Yakali pacaran sama cowok kayak lo! Malu-maluin tau ga??" Milo mendorong Felix hingga terdengar benturan yang cukup keras akibat hantaman di kepalanya dan menarik Jade menjauh dari sana sambil berkata, "Kita putus."
Mereka meninggalkan Felix sendirian...
Tubuhnya tersungkur lemah, tangisan yang dia tahan dari tadi pun kini pecah. Sakit, sangat sakit. Menyadari kebenaran bahwa cowok yang selalu dia sayangi ternyata hanya memanfaatkannya. Begitu lama ia pacaran dengan Milo, hampir 5 tahun.
Ketika menutup matanya, Felix teringat kembali awal pertemuan mereka, saat Milo menembaknya, saat itu pacarnya sangatlah manis.
Perlahan ia merasakan nyeri serta aliran darah dari pucuk kepala yang melewati dahinya. Felix mengusapnya sedikit dan melihat darah di telapak tangannya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan kemudian tersenyum, menertawakan kebodohan akan mimpi-mimpinya terhadap kekasihnya selama ini.
'Lelah, sungguh lelah'
Luka yang didapat memang sakit, tetapi hatinyalah yang lebih sakit.
Felix berdiri dengan gemetar, menahan nyeri yang menyengat. Dengan langkah tertatih-tatih, ia mulai berjalan pulang. Setiap langkah terasa berat, bahkan jalanan yang biasanya tampak ramai kini terasa sunyi dan sepi, seolah ikut merasakan kesedihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ℝ𝕖𝕥𝕦𝕣𝕟𝕚𝕟𝕘 𝕥𝕙𝕖 𝕔𝕠𝕣𝕣𝕖𝕔𝕥 𝕞𝕚𝕤𝕥𝕒𝕜𝕖𝕤 (END)
RomanceFelix yang hancur karena orang sekitar yang dia percaya, keluarga, sahabat, kekasihnya mengkhianati dan menyakitinya. Sebelum kematiannya dia bertemu dengan Garreth orang yang membullynya dulu dengan pribadi yang jauh lebih baik. Setelah kecelakaan...