enam : pasangan

2.1K 162 16
                                        

Malam Harinya

Jonathan memanggil Felix dari ruang tamu. "Felix, turun sayang, ada yang ingin ayah bicarakan sama kamu," teriak Jonathan.

"Iya, ayah. Bentar," jawab Felix sambil buru-buru menuju lantai bawah menghampiri ayahnya.

"Kenapa, yah?" tanyanya setelah melihat ayahnya duduk sendirian di sofa lebar ruang tamu.

"Sini duduk di samping ayah," kata Jonathan sambil menepuk ruang kosong di sebelahnya.

"Gimana sekolah kamu, sayang? Lancar?" tanya Jonathan.

"Baik, ayah! Semuanya lancar. Nilai Fey juga semakin meningkat," jawab Felix bangga.

"Keren banget sih, anak Jonathan," Jonathan mengelus lembut kepala anaknya, menandakan rasa bangganya.

"Tapi ada hal penting yang ingin ayah bicarakan," lanjutnya dengan tangan di pundak Felix dan wajah serius. "Bulan depan kamu sudah kenaikan kelas, berarti tidak lama lagi kamu lulus."

Felix hanya diam memperhatikan dengan seksama pembicaraan ayahnya.

"Karena kamu anak ayah satu-satunya, ayah sering merasa khawatir," kata Jonathan.

Felix mendekat dan menggandeng salah satu lengan ayahnya, mengusapnya perlahan untuk menenangkannya. "Ayah jangan khawatir, Fey sudah besar. Fey juga bisa jaga diri. Kalau ada yang jahat, Fey sudah bisa balas!" katanya dengan muka serius, mencoba menghilangkan rasa khawatir ayahnya.

"Iya, ayah percaya. Tapi..."

"Tapi apa, yah?"

"Ayah mau ada seseorang yang bisa menjaga kamu menggantikan ayah."

"Kenapa ngomong begitu? Memangnya ayah mau ke mana?" tanya Felix, matanya mulai berkaca-kaca.

Jonathan segera membantah. "Enak aja kamu, biar tua-tua gini umur ayah masih panjang," katanya sambil menepuk dahi Felix dan terkekeh karena kepolosan anaknya.

"Ya terus, ayah sendiri tadi ngomong ngegantiin. Felix kan nggak mau ada yang gantiin ayah," kata Felix sedih, bibirnya semakin turun ke bawah.

"Iya juga ya," kata Jonathan sambil menyengir tanpa dosa. "Salah kalimat, maksud ayah itu orang yang bisa selalu ada di samping kamu."

"Kamu mau ayah jodohin," kata Jonathan akhirnya.

"HAH? AYAH, AKU NGGAK MAU! FELIX NGGAK MAU!" teriak Felix kaget dengan perkataan ayahnya.

"Ih, kamu ya jangan teriak-teriak gitu, bisa budeg ayah dengar teriakan kamu," kata Jonathan sambil memegang telinganya yang berdengung.

"Maaf, yah, tapi serius, Fey nggak mau dijodohin," kata Felix dengan suara setenang mungkin.

"Ayo ketemu sama orangnya dulu, sayang, pasti kamu suka," kata Jonathan mencoba meyakinkan anaknya.

"NGGAK MAU! NGGAK MAU! NGGAK MAU!" tegas Felix di setiap ujung kalimatnya.

"Felix menolak keras yang namanya perjodohan!"

"Kamu nggak sayang sama ayah lagi ya? Fey sudah nggak mau dengerin ayah?" kata Jonathan dengan ekspresi seolah kecewa. "Ayah doang kayaknya yang sayang sama anak ayah, anaknya mah nggak sayang."

"AAAAAAA Fey sayang ayah!!! Sayang banget!!!!" bantah Felix berusaha membujuk ayahnya.

"Tapi kamu nggak mau dengerin ayah tuh," masih dengan aktingnya, Jonathan.

Felix mendengus dengan kasar. Dia tahu kali ini keputusan ayahnya tidak bisa diganggu gugat. Dia hanya bisa membuat syarat pada ayahnya.

"Yaudah... tapi Fey harus ngeliat orangnya dulu. Kalau nggak sesuai, Fey bisa nolak, ya... deal?" kata Felix sambil mengacungkan jari kelingkingnya untuk mengikat janji.

ℝ𝕖𝕥𝕦𝕣𝕟𝕚𝕟𝕘 𝕥𝕙𝕖 𝕔𝕠𝕣𝕣𝕖𝕔𝕥 𝕞𝕚𝕤𝕥𝕒𝕜𝕖𝕤 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang