Scam

1.7K 82 8
                                    

Lelaki bersurai ginger itu masih terus bergerak, dengan geraman berat setiap kali milik Tsanna memijatnya tanpa di sengaja. Ia membawa Tsanna untuk berpindah berulang kali, mengusap pipi Tsanna yang bersemu merah, kemudian mengecupinya berulang-ulang.

Tsanna, merasa disayangi.

Mata sabit itu sayu memandanginya, tangan besar yang penuh untuk menangkup seluruh wajahnya, kini bergerak mengusap air mata Tsanna dengan ibu jarinya yang putih pucat.

'It's okay, don't cry... i'll be more gentle...'

Terus kalimat-kalimat penenang di ucapkan si ginger, kendati ia terus menyiksa Tsanna dengan kenikmatan yang tidak mampu untuk ia utarakan. Sebab selatan si ginger yang terus mengacung, dan mengancurkan Tsanna dalam neraka cinta satu malam—ah, maksudnya bercinta satu malam, hehe.

Tidak ada hangat yang dirasakan Tsanna, sebab pelapis yang terus berganti, disetiap robekan plastik fleksibel itu akibat pergerakan si ginger yang terlalu brutal. Lalu, berakhir dengan siraman hangat yang menyembur ke wajah Tsanna—tidak—tapi ini dingin?

Dingin?

Dan—

"Wake up! Bitch!"

Tsanna tersentak bangun, sadar dari mimpi kotornya tentang si ginger boy, teman one night standnya. Matanya terbelalak, mengusap kasar wajahnya dari air yang disiramkan oleh lelaki yang kini berdiri disisi tempat tidur.

"Lo siapa?" Tanya Tsanna masih dengan dada yang bergemuruh akibat kaget dengan apa yang dilakukan oleh lelaki tersebut.

Matanya menyipit sebab ada perasaan familiar saat melihat wajah tampan itu, Tsanna mengucek matanya, kemudian membenarkan kembali letak kacamatanya, dan, benar—ia salah mengira. Itu bukan si ginger, karena rambutnya hitam berkilau.

Namun gummy smile yang terlihat saat lelaki itu terkekeh sinis, begitu mirip dengan— "lo nanya gue siapa? Terus lo pikir ini ranjang siapa yang lo tidurin, tolol!"

Sebab dia tampan dan merupakan tipe nya, meskipun ia bukan si ginger, agaknya Tsanna melupakan bahwa ia harus mendebat lelaki sombong yang tidak memiliki kelembutan sama sekali.

"G–gue, penyewa baru apartement ini, teng—"

"Lo kira gue Ateng! Gue Diego!"

Benarkan? Sepertinya orang tampan namanya selalu berakhiran dengan Go? Seperti si ginger boy, Ego.

"Ganteng maksudnya, Diego, hehe."

"Shit! Memang pelacur lo ya?" Kekeh Diego sinis, "lo kira gue semiskin itu sampe-sampe gue harus nyewain apartement gue buat stranger!"

"Loh, gue emang sewa apartement ini buat setahun kedepan? Tapi mbak Fara kayaknya nggak bilang deh, kalo lima juta sebulan itu buat sharing? Tapi—kalo ganteng kaya lo sih, gue nggak keberatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Loh, gue emang sewa apartement ini buat setahun kedepan? Tapi mbak Fara kayaknya nggak bilang deh, kalo lima juta sebulan itu buat sharing? Tapi—kalo ganteng kaya lo sih, gue nggak keberatan."

"The fuck??" Kekeh Diego tak habis pikir, "Fara? Faradina maksud lo? Apart gue di sewain lima juta perbulan? Hell, lo nggak tau berapa ayah gue beliin unit ini hampir satu miliar, dan lo seenaknya nyewa super under price?"

"Gue nggak tau dan gue nggak peduli. Jadi intinya gue disini ya karna gue bayar sewanya—"

"—for your information, Faradina bukan pemilik apartement ini." ucap Diego dengan seringai di wajahnya.

Deg!

Tsanna terbelalak menatap Diego yang melihatnya dengan pandangan yang meledek. Kembali mata Tsanna hampir melompat keluar, saat melihat sepasang tangan yang menelusup dari sela tangan Diego, kemudian memeluknya dari belakang.

"Kenapa sih, Diego? Kok marah-marah?"

Damn. Mengapa nek lampir berambut silver itu muncul tiba-tiba? Sungguh merusak pemandangan mata Tsanna yang sedang menikmati salah satu keajaiban dunia, Diego–nya yang tampan meski sedikit pedas, dan—panas.

"Amara, gue lagi ada problem. Lo bisa balik sendiri dulu nggak? Next gue chat lo buat atur waktu lagi," ucap Diego mengusap jemari wanita cantik itu.

"Why? Gue lagi pengen banget—"

"—stop kecentilan, sebelum lo gue kick dari daftar cewe yang mau gue tidurin!"

Amara tampak mendengus kesal, terang saja ia tau apa yang terjadi sebab ia mendengarkan kedua manusia itu bertengkar sejak tadi. Namun karena tidak ingin kehilangan kesempatan ditiduri oleh Diego, maka wanita itu pun mengalah.

Amara mengecup pipi Diego, "call me," ucapnya, lalu meninggalkan apartement Diego.

"Eww," geli Tsanna sambil bergidik.

"Keluar dari kamar gue!"

"Nggak mau! Gue kan udah bilang kalo gue udah nyewa unit ini selama setahun!" ucap Tsanna berkeras.

Diego merogoh sakunya, kemudian membuka lemari miliknya untuk mengeluarkan sertifikat kepemilikan, dan menunjukkannya pada Tsanna, "lo liat siapa namanya?"

"Diego Putera Dewa? Lo anak Dewa? Pantes gantengnya kelewatan—"

"Sigh! Lo bisa serius nggak?"

"Bisa? Lo mau kapan? Tapi gue yatim piatu, harus ke Surabaya kalo lo mau lamar gue sama kakek gue," ucap Tsanna santai.

"Orang gila!"

Tsanna terkekeh sebab kasihan melihat Diego yang frustasi, "okay apartement ini punya lo. Tapi gue udah nyewa sama mbak Fara sebesar 55 juta, dan gue bayar kontan. Gue juga punya bukti pembayarannya."

"Lo mending hubungi Fara! Gue nggak punya lagi nomernya! Minta balik duit lo dan angkat kaki dari sini!" Ucap Diego marah.

Tsanna mencoba sedikit tenang, kemudian mendial nomor Fara, namun sayangnya nomor itu tidak lagi aktif. Pesan yang ia kirimkan sejak ia mencari kunci lemari kamar juga masih bercentang satu. Dan terjawab sudah kenapa kamar ini begitu maskulin, sebab memang pemiliknya adalah seorang pria. Dan apa ini? Apakah Tsanna baru saja terkena—scam?

"N–nomernya, nggak aktif? Mungkin dia lagi tidur ya? Atau, g–gue kena scam?" Tanya Tsanna dengan suara yang bergetar. "G–gue punya mutasi rekeningnya."

Ketampanan Diego tidak lagi mampu menutupi ketakutannya. Kini ia membuka salah satu mobile banking untuk menunjukkan pada Diego mutasi rekening dimana ia mengirimkan uang untuk membayar sewa apartement ini untuk setahun kedepan.

Namun kembali matanya terbelalak, sebab tidak ada transaksi hari itu. "What?"

Diego terkekeh sinis, "dia yang scam, atau lo yang emang niat nipu? Nggak ada kan resinya?" Tebak Diego asal.

Tangan Tsanna bergetar hebat, ia membuka aplikasi mobile bankingnya yang satu lagi, tempat sisa warisan dari kedua orang tuanya, dan juga tabungannya yang tidak ingin ia usik yang berada di Treasure Bank. Tsanna spontan terbelalak terkejut saat melihat recent transaksi dibagian mutasi rekening tersebut.

Ia, mentransfer Faradina, sebesar— Rp. 550.000.000,00

"M–mama..." lirih Tsanna menangis terisak-isak.

Ia ingin menyalahkan siapa? Ia mengingat sekali bahwa hari itu ia mentransfer dalam keadaan—mabuk? Bagaimana ia bisa menuntut jika ia melakukan itu dengan tangannya sendiri?

"MANA!" Bentak Diego pada Tsanna.

Dengan tangan yang gemetar, Tsanna memberikan ponselnya untuk Diego lihat. Diego merampas kasar ponsel itu dari tangan Tsanna, dan semakin terbelalak saat melihat nominal uang yang dikirimkan oleh Tsanna, pada Faradina, mantan kekasihnya.

"Lo tolol apa gimana? Lo nyewa 55 juta, dan lo transfer setengah miliar?"

"G—gue, mabok berat hari itu—hiks, tabungan gue..." Tsanna memeluk lututnya, dan menangis terisak-isak sambil membenamkan wajahnya.

"Hell..." ucap Diego, merotasikan bola matanya malas.

Hello! Badboy [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang