Peanut Cake

1.3K 69 25
                                    

Saat ini situasi tegang sedang menyelimuti ruang tamu apartement Diego. Diego mengira bahwa ayahnya tidak mengetahui segala kenakalan yang ia perbuat selama di Jakarta. Sementara pada kenyataannya, Gael mengetahui semuanya.

Hanya saja Gael mempercayakan semua kepada Diego, ia tau bahwa Diego mampu mempertanggungjawabkan segala perbuatannya, karena Diego telah dewasa.

Namun Diego tidak mengetahui, bahwa sang ayah mengetahui kenakalannya. Sang ayah tidak pernah memarahinya sama sekali, sejak kecil, hanya kalimat tenang yang selalu keluar dari mulut sosok yang begitu Diego kagumi.

Gael terlihat mendesah pelan, "jadi Ego–nya udah nakal sekarang ya? Tidurnya sekamar sama Tsanna?"

"Pffftt..." Tsanna menutup mulutnya, menahan tawa saat ayah Diego berbicara pada Diego, seolah tengah berbicara pada seorang balita. "S–sorry," cicit Tsanna seraya mengangguk tengkuknya.

Diego menatap tajam pada Tsanna, menyuruhnya untuk diam.

"Bukan gitu—"

"Terus gimana, Ego?" Tanya sang ayah dengan tenang. Tidak ada emosi di dalamnya, hanya senyum kecil dengan nada lembut di setiap pertanyaan yang ia layangkan.

Diego menggigit bibirnya, dan membuang pandangannya sembarangan. "Kemarin tuh si Tsanna kan duitnya baru ilang, duit Ego juga lagi ress banget. Jadi yaudah deh Tsanna Ego suruh tidur di kamar, terus Ego tidur di—"

"Sofa?"

"Ya kamar juga lah, rugi dong! Ini kan apart Ego, ayah," ucap Diego sebal.

Tsanna tidak tahan lagi, ia memegang perutnya dan tertawa terbahak-bahak. Segala laku Tsanna tidak lepas dari ayah Diego yang memandangnya dengan sesekali tersenyum kecil. Mirip sekali, segala yang ada pada gadis di hadapannya begitu mirip dengan mendiang sang istri ketika masih di usia belia.

"Maaf om, aduh—kelepasan." ringis Tsanna seraya memegang perutnya dan meringis.

"Nggak apa-apa, panggil ayah aja. Ayah Gaga ya?" ucap Gael pada Tsanna. "Sama tante El juga panggilnya, ibu."

"A–ayah, ibu?" ucap Tsanna untuk pertama kalinya.

"Good," ucap Gael, kemudian menoleh lagi pada sang putera. "Jadi si Ego yang masih dikirimin ayah 30 juta sebulan, punya studio tattoo yang rame, kurang duitnya buat beli bed yang harganya 15 juta selama tujuh bulan lamanya?"

"Ayah..." ucap Diego menunduk. "Maaf..." ucapnya begitu pelan.

Tsanna berdeham pelan, kali ini, ia tidak ingin bercanda. Ia merasa bahwa Diego begitu menghormati sang ayah, kendati lelaki itu terlihat begitu manja kepada Gael.

Badboynya hilang total, dan ia mempunyai rasa takut untuk mengecewakan sang ayah atas segala kenakalannya.

Gael tersenyum hangat, "having sex, tukar-tukar pacar, dugem tiap malem, semuanya sejak kamu pergi dari rumah, ayah juga tau."

Diego mengangkat pandangannya dan menatap nanar pada sang ayah. Namun hanya raut teduh yang dipancarkan oleh sang ayah.

"Tapi ayah percaya kamu bisa main aman, dan tau resiko semua hal yang kamu lakuin. Bukan berarti ayah nggak peduli, tapi ayah mau kamu belajar bertanggung jawab sama diri sendiri."

"Maafin Ego, ayah." ucap Diego begitu pelan.

"Nggak ada yang perlu dimaafin," ucap Gael. "Ayah kira kamu udah nggak nakal lagi, ternyata obatnya ada di apartement ya?" Goda Gael pada sang putera.

"Tapi tujuh bulan tuh nggak ngapa-ngapain ayah!" Ucap Diego tidak terima.

"Yakin?"

"Elus dikit doang—"

Hello! Badboy [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang