Sepanjang lorong menuju kamar, dua insan yang sedang dilanda mabuk itu berciuman begitu serampangan. Jemari Diego menelusup masuk ke sela gaun Tsanna.
Mata Diego nanar menatap angka demi angka di setiap pintu kamar yang mereka lewati, lalu—
"019, itu ruangannya, Sa..." ucap Diego menyeringai, kini tangannya nakal menyelinap masuk kedalam gaun Tsanna dari bawah, dan meremas inti tubuhnya dengan gemas.
"Masuk dulu Ego.. eunghh... malu diliat orang..." ucap Tsanna menggeliat geli.
Namun Diego tidak mempedulikannya, ia membawa kaki Tsanna untuk memijak sepatunya, dan membawa gadis itu berjalan seraya menelusupkan jemarinya pada inti tubuh Tsanna di bawah sana. Tentu saja Tsanna meringis sakit, namun untungnya Diego hanya menggunakan ujung jari tengahnya.
Diego menempelkan kartu akses, kemudian membawa Tsanna masuk kedalam kamar yang ia sewa. Setelah menutup pintu, Diego mengeluarkan jari tengahnya dari milik Tsanna, lalu menghirupnya, dan terkejut saat mencium aroma vanilla cake yang menggoda dari jari tengahnya.
"Your smelling so good..." bisik Diego menyeringai, mengulum jari tengahnya, kemudian meraih tengkuk Tsanna untuk ia ajak berciuman lagi.
Diego memundurkan tubuhnya, kemudian menelan ludahnya kasar melihat cantiknya tubuh Tsanna yang di terpa lampu temaram saat itu. Ia berjongkok untuk melihat sesuatu yang sejak tadi membuatnya penasaran.
"Jangan dirobek, Ego... pantynya cuma ada satu di dunia..." ucap Tsanna dengan nada yang lemah nan menggoda.
"Kenapa, sayang?"
"Karena—Ahnghh... Ego..." Tsanna mengerang sebab Diego menggigit miliknya dengan gemas dari luar celana dalamnya.
"So wet, smell so good... gue suka banget..." ucap Diego yang mengecupi panty Tsanna, kemudian menurunkan panty milik Tsanna dengan begitu perlahan, seolah takut merusaknya.
Berbeda hal dengan ia yang memperlakukan panty Tsanna bagai benda fragile, Diego malah menyudutkan Tsanna ke pintu, berjongkok dibawahnya, dan membiarkan kedua paha Tsanna menduduki dua bahunya hingga ia bisa melumat milik Tsanna dengan puas dan begiturakus.
"Hnghh... Ego..."
Gila! Tsanna mendesah memanggilnya dengan panggilan yang begitu manja, Tsanna mengangkat pinggulnya berkali-kali meremas surai ginger Diego saat lelaki itu menyedot dan menggigit terlalu kuat.
"Please be more gentle, babe..." ucap Tsanna mengerang sesekali.
"I can't, gue suka banget punya lo." ucap Diego kemudian melumat lagi daging memerah di sela lipatan Tsanna hingga Tsanna menggelinjang tidak karuan.
"Sasa nggak tahan lagi... Ahh..." Tsanna menggerakkan pinggulnya berantakan, dan Diego semakin gila melumat miliknya.
"Fuck! Ego...""Hng? I'll fuck you, cum on me first..." titah Diego.
Tubuh Tsanna gemetar hebat, ia semakin bergerak gelisah dengan jemari yang meremas surai Diego dengan kuat, "AH babe i'm sorry!! I can't hold—" lirih Tsanna saat cairannya menyembur ke wajah Diego.
"It's okey, gue jilatin sampe bersih." ucap Diego.
"Kotor..."
"Suka. Gue suka..." ucap Diego menyeringai, lalu menjilati milik Tsanna yang bersih dari bulu.
Diego menurunkan Tsanna yang lemah dan gemetar, kemudian membuka kaosnya untuk mengelap wajahnya yang basah. Kemudian ia kembali menggendong Tsanna, dan melingkarkan kakinya di pinggangnya, membawanya berjalan ke menuju ranjang sambil berciuman.
Tsanna memagut ranum Diego dengan lembut, menyesapi bibir lelaki yang menjadi candu pertama untuknya. Apa berciuman memang seenak ini? Lalu kenapa Brandon, mantan kekasihnya tidak ingin berciuman dengannya? Apa ia tidak menarik?
Diego merebahkan Tsanna perlahan, ciumannya turun menuju dada, kemudian menyesap puting payudara Tsanna dengan begitu lembut, sambil melepas celananya.
Ciumannya kembali turun menuju perut, ia menekuk kedua kaki Tsanna, dan melebarkan kedua kakinya. Lalu ia menjilati lagi dan menghirup aroma vanilla cake kesukaannya sambil mengurut mandiri perkasanya di bawah sana.
Kesadaran Tsanna sudah total hilang, hingga ia tidak menyadari saat Diego menggesek miliknya pada pintu senggamanya.
Sepertinya Diego begitu hapal letak-letaknya, hingga dalam sekali sentakan kuat, Diego berhasil memenuhi Tsanna.
Krrkkkkk!!
Tsanna menggigit bibirnya hingga berdarah, Diego tidak kalah kagetnya saat mendengar suara robekan itu, disertai dengan kedutan dan remasan kuat dari dalam milik Tsanna.
"Don't—bite—your—lips... love..." ucap Diego gemetar, kemudian mengusap bibir bawah Tsanna dengan ibu jarinya, "relax, i'll be more gentle... nggak apa-apa kalau mau teriak, it's okay, Ego tau itu sakit..." ucap Diego untuk pertama kalinya menjadi lebih lembut pada seorang wanita, dan memanggil dirinya dengan sebutan yang menggelikan itu.
Tsanna mengerang tertahan, mendesah berkali-kali, di setiap hentakkan yang lelaki itu lakukan. Sayangnya, Diego merasa rugi saat ia tidak mendengar erangan manja nan seksi yang menyebut panggilan menggelikan itu dari mulut Tsanna.
"Moan my name... if i fuck you—like this.."
"Ego... hnghhh..." Tsanna mengerang ketika Diego menyentak dengan kuat, berulang kali melemparkan tubuhnya ke belakang, gila sekali rasanya, sakit itu berubah menjadi nikmat yang luar biasa untuknya.
Diego menikmatinya, bagaimana gerakan sensual Tsanna yang kini sudah bisa bergerak lincah di atas tubuhnya, atau ia hujam dari belakang, dengan surai yang ia jambak hingga gadis itu mendongakkan kepalanya.
Permainan mereka berakhir pukul empat pagi, dengan Tsanna yang jatuh terlelap dalam dekapan Diego yang memeluknya dengan erat.
"I think, I like you, Sasa..."
"You're so handsome, ginger boy... I think, I like you—too..." balas Tsanna, kemudian mulai bernapas dengar begitu teratur, dalam dekap hangat Diego, yang tersenyum hangat.
Both of them, fell in love for the first time while they fuck, or while they kissing at the dance floor?
🦩🦩🦩🦩🦩
Diego bangun dari tidurnya, dengan kepala pusing bukan main. Dahinya mengernyit, lalu matanya mengerjap mengedar keseluruh ruangan. Tidak ada siapa-siapa disana, kecuali sepasang high heels hitam, dengan panty merah yang menggantung di ujung heels tersebut.
Diego terkekeh, mengingat apa yang gadis itu katakan tadi malam."Jangan dirobek, panty ini cuma ada satu sedunia," ucap Tsanna.
"Kenapa gitu?"
"Karena—ugh babe..."
"So wet..." bisik Diego lalu mengecupnya.
Tsanna sudah menarik atensi Diego sejak pertama kali memasuki club, sebab gerakan sensualnya di tengah lantai dansa. Ia pikir gadis itu sama seperti gadis-gadis yang ia tiduri sebelumnya, namun bercak darah di atas bed cover ranjang tersebut menandakan bahwa Diegolah yang pertama.
Diego mengambil sepasang sepatu dan panty merah itu, kemudian menghirup kembali aroma dari benda merah tersebut. Benda yang menguarkan, aroma candu baru yang begitu Diego sukai.
Sayangnya, wajah gadis itu terlalu samar. Namun ia memanggil dirinya—Sasa? Lagi, terngiang suara gadis itu yang memanggilnya dengan panggilan yang begitu lucu. Ego?
Diego terkekeh geli, Sasa? Dimana ia harus mencari Sasa? Apakah ia harus bertanya pada pemilik pabrik micin untuk menemukan—gadis yang ia sukai dalam sentuhan pertama?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello! Badboy [✔️]
Romance21+ || Explicit '𝘞𝘩𝘢𝘵 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘦𝘯' 𝘪𝘯 𝘓𝘦𝘹𝘶𝘴, 𝘴𝘵𝘢𝘺𝘴 𝘪𝘯 𝘓𝘦𝘹𝘶𝘴' Apakah benar malam itu adalah pertemuan pertama dan terakhir mereka? Lalu bagaimana jika mereka bertemu lagi, sekali lagi, bahkan tinggal dalam satu atap yang sama...