Our Bedroom

1.9K 76 7
                                    

A month later

"Gue tuh masih sering keingetan Ego, temen one night stand gue di Lexus, Ris. Anjir, dia orang Jakarta bukan sih? Pengen deh gue nyari, tapi kayanya dia cassanova deh. Soalnya mainnya liar banget, kaya orang udah pengalaman," ucap Tsanna terkikik geli pada Carissa yang sedang ia telepon.

"Gue jadi pengen ketemu orangnya deh," ucap Carissa. "Cowo mana sih yang bisa bikin lo move on dari Brandon?"

Tsanna tersenyum kecil mendengar Carissa menyebut nama sang mantan, "pokonya rambutnya ginger, senyumnya manis banget. Gue ga bisa deskripsiin, karena head to toe, plus cara dia treat gue, it almost perfect buat gue. Gue nggak bisa compare karna sebelum ini gue belom pernah sama siapa-siapa, but if he want me to repeat, gue mau banget... Maybe for second time?"

"Gatel amay Tsania Tsanna," ledek Carissa. "By the way, lo jadi tinggal di Skyhouse kan? Jadi lo bareng mantannya si Fara?"

"He'eh, gue nempatin kamar sebelahnya. Tapi meski badboy, dia tuh—"

Ceklek!

"Ris, gue telepon lagi nanti ya. Doi dah balik," pamit Tsanna.

"Ohiya, gue lupa. Kayanya gue bakal sedikit lebih lama baliknya Sa, lo oke kan kalo gue jauh sementara? Ada apa-apa call gue ya."

Tsanna merengut sedih, "it's oke. Sibuk banget ya?"

"Ya lo kan tau usaha gue juga baru buka, manatau klien gue juga bisa sebanyak lo di XX nailbar," ucap Carissa terkekeh.

"Gue harap lebih besar. See you Ris, gue matiin ya," pamit Tsanna, kemudian mematikan panggilannya lalu bangkit dari sofa balkon.

"Udah makan?" Tanya Tsanna menyambut Diego yang terlihat sedikit bingung, saat melihat mesin jahit yang kemarin diletakkan Tsanna pada sudut kamarnya, kini telah terlipat dalam boxnya di dekat sofa.

"Kenapa di pack mesin jahitnya? Nggak dipake lagi?" Tanya Diego.

Tsanna tertawa pelan, "gue mau hapus impian gue yang satu itu. Kayanya gue terlalu muluk-muluk deh, pengen ini dan itu. Ditambah lagi duit gue ilang, kayanya emang nggak diizinin aja buat jadi designer."

Tsanna memang menceritakan perihal impiannya pada Diego saat mereka membereskan kamar gudang. Too much information yang diberikan Tsanna, ternyata menyangkut juga di otak kecil Diego.

Diego meletakkan paperbag yang ia bawa, kemudian membuka kembali mesin jahit milik Tsanna, dan merakitnya ulang. Tsanna menatapnya dengan heran, lalu bertanya— "kenapa dipasang lagi?"

Diego tidak menjawabnya, hanya merakitnya kembali tanpa menghiraukan pertanyaan Tsanna. Sementara Tsanna tampak membiarkan Diego melakukan apa yang ia inginkan, dan memilih untuk membuatkan Diego minuman hangat untuk ia minum.

Selesai merakit mesin jahit itu, Diego mendorongnya dan memasukkannya ke kamar gudang, lalu kembali ke ruang tamu dan memberikan paperbag itu pada Tsanna.

"Panasin di microwave, abis itu makan bareng. Gue mandi dulu," ucap Diego tanpa menoleh pada Tsanna, kemudian berjalan memasuki kamarnya.

Tsanna mendengus kesal, namun ia tetap melakukan apa yang diperintah oleh Diego. Dua rice bowl itu ia panaskan, berisi nasi dengan beberapa lauk rumahan di dalamnya. Tsanna tersenyum kecil, ternyata Diego menyukai masakan rumahan juga?

Tidak terlalu lama menunggu, tepat saat microwave berdenting, Diego keluar dari kamar seraya menyugar surainya yang setengah basah. Tsanna berdeham pelan, sebab ia semakin terpesona karena ketampanan Diego yang begitu effortless. Ia tampan dengan begitu mudah, tanpa memaksa, tanpa berusaha sedikitpun.

Hello! Badboy [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang