Frustasi sekali Diego, Tsanna benar-benar tidak bisa ia paksa. Siapa yang harus disalahkan? Ayahnya hanya ingin berpamitan di tengah kegiatan panas mereka yang jauh dari kata selesai. Tentu saja setelah kejadian di Gloss Studio Tattoo, bukan hanya Diego, namun Tsanna pun sama gilanya.
Keduanya sama-sama memuja tubuh satu sama lain. Tidak ingin berhenti, selalu meminta lagi dan lagi. Seperti tadi, Tsanna berbisik bahwa gadis itu tengah merindukannya, maka Diego tidak heran mengapa Tsanna memilih merajuk seperti ini.
Seminggu berlalu setelah hari itu, Tsanna dan Diego belum juga berbaikan. Ia memilih menghindari Diego yang juga takut untuk menegurnya, sebab ia takut Tsanna akan pergi dari apartement.
Hanya saja Diego terus mengikuti Tsanna ketika pergi atau pulang dari studio. Seperti hari ini Tsanna sibuk membawa banyak stock baru yang akan ia bawa ke studionya, biasanya ia akan menumpang pada mobil Diego, namun hari ini ia lebih memilih untuk membawanya menggunakan motor Nmax merah miliknya.
Tsanna mengetahui Diego ada di dalam Lamborghininya. Sementara Nmaxnya yang terparkir tepat di hadapan mobil Diego, di barisan parkiran motor.
Terlihat sesekali Tsanna melirik ke arah Diego yang masih diam, dengan bibir yang mengerucut, dan pipi tembam yang terhimpit helm Bogo. Diego tergelak melihat lucunya Tsanna yang sibuk dengan barang-barang bawaannya, dan berusaha menunjukkan bahwa—ia—bisa—sendirian.
Namun agaknya Tsanna gugup karena mata Diego tak lepas memandangi kegiatannya sejak awal, hingga saat ia memutar motor besarnya—
Brakkk!!!
"Monyet... nasib amat pinggang gue di novel ini," ringis Tsanna.
Tawa Diego pecah melihat Tsanna yang terbanting, namun dengan segera ia keluar untuk menolong Tsanna.
"Nggak perlu!" ucap Tsanna menolak bantuan Diego.
Namun Diego hanya tersenyum, lalu memarkirkan kembali motor Tsanna pada tempatnya. Ia memasukkan box box milik Tsanna ke dalam mobilnya, lalu menggendong Tsanna untuk kembali ke unit apartement mereka.
"Gue bilang gue nggak mau!" Sergah Tsanna.
"Kalo orang nggak mau itu berontak, bukan malah meluk leher gue," ucap Diego terkekeh, lalu mengecup pipi Tsanna dengan gemas.
"Gue masih marah..." isak Tsanna.
"Gue yang salah, gue tau."
Tsanna semakin mengeratkan pelukannya pada leher Diego, "nggak suka, sebel..." ucap Tsanna masih terisak.
"Iya gue tau, yaudah gue kan udah minta maaf? Next nggak bakalan gitu lagi, I swear," ucap Diego berjanji.
"Nggak ada next time next time. Gue nggak mau lagi, gue trauma."
"Nggak usah hypersex—"
"—hiperbola ya monyet," potong Tsanna masih terisak, namun kali ini dibarengi kekehan dengan wajahnya yang semakin ia tenggelamkan di ceruk leher Diego.
Diego tergelak, dan semakin mengeratkan pelukannya pada Tsanna, "lagian lo masa nggak mau ada next time sih? padahal enak loh, apalagi ini musim ujan. Udin petot," ucap Diego santai.
"Apa anjing?"
"Udara dingin pengen..." Diego menjeda ucapannya.
"Ngentot?"
"Melotot anjing, cabul lo. Dasar ulet bulu!" Ledek Diego.
Tsanna menggigit pundak Diego hingga lelaki itu mengaduh sakit. Mereka sampai di apartement, memilih beristirahat di depan televisi, kemudian Diego memijat tubuh Tsanna karena takut gadis itu terkilir. Namun benar seperti tebakan Diego, musim hujan saat itu membuat angin yang masuk dari balkon yang terbuka membuat si selatan tegak tanpa permisi.
Jemari Diego mulai nakal menggerayangi Tsanna, namun Tsanna menepis tangan Diego yang membuat lelaki itu terkejut.
"Kenapa sih?" Tanya Diego bingung.
"Udin petot ya?" Tanya Tsanna.
"Iya sayang, ayo bentar aja. Gue yang gerak—"
"—yaudah pake mata lo. Pelototin tuh si selatan. Pengen melotot kan lo?" ujar Tsanna, kemudian masuk kedalam kamarnya, dan menguncinya.
"Sial banget monyettt..." ringis Diego, frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello! Badboy [✔️]
Romance21+ || Explicit '𝘞𝘩𝘢𝘵 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘦𝘯' 𝘪𝘯 𝘓𝘦𝘹𝘶𝘴, 𝘴𝘵𝘢𝘺𝘴 𝘪𝘯 𝘓𝘦𝘹𝘶𝘴' Apakah benar malam itu adalah pertemuan pertama dan terakhir mereka? Lalu bagaimana jika mereka bertemu lagi, sekali lagi, bahkan tinggal dalam satu atap yang sama...