Diego membiarkan Tsanna memuaskan tangisnya, hingga sepuluh menit berlalu. Dan memang pada dasarnya Tsanna seseorang yang tidak pernah terlalu lama larut dalam rasa sedih, ia mengusap air mata dengan bajunya, kemudian menahan dirinya agar tidak lagi menangis.
"S–sorry," ucapnya sedikit sesegukan. "G–gue titip barang-barang gue, besok—gue ambil lagi."
"Ini udah jam 12, lo mau kemana?"
Hello? Mana badboy yang tidak berperasaan? Bahkan Neptunus Pun bingung mengapa pertanyaan itu keluar dari bibir seorang, Diego Putera Dewa.
"Gue mau balik ke studio gue, sorry gue udah sembarangan masuk."
"Tidur disini malam ini, lo bisa tidur di sofa depan kalo lo mau. Besok terserah lo atur aja mau kemana lo pergi," ucap Diego malas.
Yak, Diego kembali pada sifat aslinya. Tidak berperasaan.
"Okay," jawab Tsanna lemas.
Jujur saja ia sudah tidak tau harus bereaksi seperti apalagi. Uang tabungannya lenyap sebesar 550 juta dengan sia-sia, dan hanya tersisa lima juta saja di rekening tempat ia menabung uangnya.
Tsanna turun dari ranjang milik Diego, merapikannya sekilas, kemudian beranjak keluar dari kamar dengan pandangan yang kosong. Kepalanya kini terasa panas dan begitu penuh, ia mengambil shoulder bagnya, mengambil pods dan liquid miliknya, kemudian berjalan menuju balkon yang terbuka.
Ia tidak menyadari, sejak tadi Diego memperhatikannya. Bagaimana frustasi sosok Tsanna yang kini hanya duduk diam di sofa balkon, memandang kosong entah kemana, sambil menyesap pods di tangannya. Terlihat beberapa kali ia melihat ponsel, seolah sedang berkirim pesan kepada seseorang, dan tak berapa lama ponselnya berdering, lalu ia pun mengangkatnya.
Diego terduduk di sofa, mendengarkan apa yang gadis itu bicarakan dengan seseorang di ujung telepon. Terdengar isakan kecil dari Tsanna, suara gadis itu bergetar sambil bercerita dengan pelan, seolah tidak ingin mengganggu Diego yang ia kira sudah tidur di dalam kamarnya.
"Lo tau kan, duit sisa warisan nyokap bokap gue, 400 juta ada di Treasure Bank. Sisanya hasil gue home service dari jaman kuliah, terus gimana? Gue harus nabung berapa lama lagi biar bisa buka galeri? Jangankan buka galeri, beli materialnya aja gue nggak mungkin sanggup, Ris..." ucapnya terisak begitu pelan.
Entah apa yang dijawab seseorang di ujung telepon, Tsanna terlihat mengusap air matanya, kemudian menyesap podsnya lagi, dan membuang asapnya ke arah samping.
"Sementara gue tinggal di studio dulu kali ya? Duit gue di BCA sisa 70 juta, lo pikir aja gue hidup dari mana kalo duit gue abisin buat nyewa apart lagi?" kekeh Tsanna miris.
"Oke, cepet balik ya, Ris. Gue butuh lo banget, pengen nangis..." ucapnya sedih.
Diego memijat keningnya pusing, apa lagi kelakuan dari si toxic Faradina? Perempuan yang ia pacari selama dua bulan, itu pun bertahan karena perempuan itu begitu kekeuh untuk bertahan disaat berkali-kali Diego memutuskannya.
Kejadian hari ini benar-benar tidak pernah terbesit di benak Diego. Dari mana perempuan gila itu ide untuk menyewakan apartementnya? Ah, ia harus mengganti kartu akses apartementnya secepatnya. Sepertinya Fara mencurinya dari kamar Diego.
Tidak terdengar lagi suara dari Tsanna, gadis itu terlihat melamun sambil menikmati pods yang ia hisap, sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa.
"Keliatannya aja nerd, rupanya ngepods. Selain ngepods apaan lagi, jual diri?"
Tsanna spontan terduduk saat Diego menyusulnya untuk bergabung duduk di balkon, kemudian terkekeh sinis dan membenarkan letak kacamatanya, "lo ngelabelin gue nerd karna gue pake kacamata tebel?" Tebal Tsanna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello! Badboy [✔️]
Romance21+ || Explicit '𝘞𝘩𝘢𝘵 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘦𝘯' 𝘪𝘯 𝘓𝘦𝘹𝘶𝘴, 𝘴𝘵𝘢𝘺𝘴 𝘪𝘯 𝘓𝘦𝘹𝘶𝘴' Apakah benar malam itu adalah pertemuan pertama dan terakhir mereka? Lalu bagaimana jika mereka bertemu lagi, sekali lagi, bahkan tinggal dalam satu atap yang sama...