Chapter 7

214 14 0
                                    

"Geminiiiii" Teriak Front di depan pintu kelas Gemini. Mendengar teriakan itu seketika Gemini yang sedang menulis langsung berhenti dan menatap malas kepada sosok manis yang saat ini sedang berjalan mendekatinya.

"Gemini rindu aku tidak? Maaf ya beberapa hari ini aku ada masalah jadi tidak kesini" Front berkata seolah-olah Gemini peduli dengan keberadaannya.

"Gemini sudah makan belum? Ayo kita ke kantin bersama" Gemini masih sibuk dengan catatannya tanpa kepedulian ucapan Front.

"Gemini tau tidak, nanti kakakku akan datang loh. Dia selama ini ada di Singapura. Kami berencana akan masuk universitas yang sama" Front bercerita panjang lebar namun tidak mendapat respon apapun dari orang di depannya.

"Huuh masih saja dingin, kukira akan berubah" Gumam Front.

Tak lama Mark dan Winny datang membawa makan siang yang mereka beli di kantin. Mereka kaget melihat keberadaan Front yang saat ini sedang menatap Gemini. Kenapa justru mereka yang merindukan Front, sedangkan Gemini biasa saja.

"Front. Kukira kau diculik alien" Ucap Winny sambil berjalan mendekati Front.

Front yang mendengar hal itu hanya cengengesan. "Aku ada beberapa masalah kemaren jadi tidak sempat kemari"

"Harusnya kau tidak perlu kemari lagi. Beberapa hari ini aku merasa hidup ku damai tanpa gangguan" Ucapan Gemini membuat Mark dan Winny merasa tidak enak. Kenapa sahabatnya itu bisa sekejam itu.

"E eh Front jangan didengarkan. Dia memang menyebalkan. Mungkin saja efek rindu karena beberapa hari tidak melihat mu" Ucap Mark berusaha menghibur Front.

"Siapa bilang aku rindu. Jika boleh aku berkata jujur, aku sangat terganggu dengan kehadiran mu. 3 tahun masa sekolah ku menjadi tidak tenang karena selalu kau ikuti. Bisakah kau berhenti sekarang? Aku ingin hidup normal" Ucapan pedas Gemini membuat mereka terdiam.

Front merasa hatinya tercabik. Apakah ini akhirnya? Dia harus berhenti sekarang? Namun Front masih tersenyum menatap tepat ke mata pemuda yang sangat ia cintai. Ia bisa melihat mata itu tampak dingin, tidak ada cinta, yang ada tatapan benci.

Mark dan Winny bingung harus berbuat apa. Sungguh mereka tidak menyukai situasi ini. Bahkan untuk bernapas saja rasanya sulit.

"Baiklah, mungkin kau sedang lelah. Aku akan kembali ke kelas" Ucap Front masih dengan senyum di wajahnya. Mark dan Winny tak habis pikir, bagaimana bisa Front tetap tenang dan tersenyum seperti itu.

"Bye Gemini. Bye Mark. Bye Winny" Ucap Front sambil berjalan keluar kelas.

"Mana makanan ku?" Tanya Gemini pada kedua sahabatnya ketika Front sudah tidak terlihat lagi. Mark dan Winny sampai tak bisa berkata-kata. Bagaimana bisa Gemini merasa tak bersalah seperti itu setelah mengucapkan kata-kata yang menyakiti orang lain.

🦁🦁🦁

Setelah meninggalkan kelas Gemini, Front menuju ke rooftop sekolah untuk menenangkan diri. Perkataan Gemini membuat hatinya hancur.

"Apa aku setidak layak itu untuknya? Bagaimana bisa perjuangan ku selama ini tidak berarti apa-apa di matanya" Gumamnya.

Front melewatkan mata pelajaran karena ia masih ingin menenangkan diri. Ia membaringkan tubuhnya di kursi panjang yang tersedia di rooftop sambil menatap awan yang bergerak.

Cklekkk

"Ehhh"

Front yang mendengar pintu rooftop terbuka langsung bangkit dari posisi rebahannya.

"Ee em ma maaf. Kukira ti tidak ada orang" Ucap pemuda manis itu.

Front tersenyum dan menepuk kursi di sebelahnya.

"Tak masalah. Kau bisa duduk disini juga"

Pemuda itu tampak ragu. Namun Front mengangguk untuk meyakinkannya. Akhirnya ia mendekat dan duduk disebelah Front dengan wajah menunduk.

"Kau membolos juga?" Tanya Front.

"Emmm ak aku tadi terlambat, jadi tidak boleh masuk oleh guru" Ucapnya sambil meremas ujung celananya.

"Kenapa kau bisa terlambat?" Tanya Front penasaran.

"Ta tadi aku terkunci di kamar mandi" Ucapnya. Front mengangkat alisnya mendengar ucapan pemuda di hadapannya ini. Cerita yang membuat ia kembali mengingat masa lalu.

"Kau di bully?" Tanya Front to the point. Pemuda itu tampak gelisah dan tak berani menatap Front.

"Heii tidak perlu takut, ceritakan saja padaku" Ucapnya lembut. Namun tetap tidak ada jawaban dari lawan bicaranya itu.

"Jadi kau benar-benar di bully?"Pemuda itu menganggukan kepalanya pelan.

Front menghela napas, kenapa ia selalu menemukan hal seperti ini.

"Namamu Mick kan? " Tanya Front lembut.

"I iya. Bagaimana kau tau? " Jawab Mick pelan. Ia terkejut, bagaimana bisa Front tahu namanya.

"Tentu saja aku tahu. Kita kan teman seangkatan, meski kita tidak pernah bertegur sapa. Atau jangan-jangan kau tidak tahu siapa namaku ya" Ucap Front sambil menyipitkan matanya. Mick langsung menggeleng ribut, siapa pula yang tak mengenal Front. Anak dari pengusaha sukses dan salah satu donatur di sekolah ini. Makanya tadi Mick sempat ragu untuk duduk di kursi yang sama dengan Front. Ia merasa tidak pantas.

"Jadi kenapa mereka membully mu?" Mick tampak ragu saat akan menjawab. Namun Front meremas tangannya pelan seolah memberi Mick kekuatan.

"Ka karena ak aku.. Karena aku siswa yang masuk lewat jalur beasiswa" Mick menjawab sambil masih menundukkan kepalanya. Ia takut setelah mendengar hal itu Front juga ikut mengejeknya, karena siswa yang mendapatkan beasiswa adalah anak-anak yang kurang mampu.

"Cihhh alasan macam apa itu. Justru mereka harusnya belajar pada mu. Kau pasti sangat pintar makanya bisa dapat beasiswa, tidak seperti mereka yang hanya mengandalkan uang orang tuanya. Kau harus bangga karena tidak semua orang memiliki otak cerdas seperti mu. Aku saja iri" Ucap Front dengan menggebu.

Mick yang mendengar hal itu sedikit terkejut. Baru kali ini ia mendapat dukungan, biasanya ia akan selalu dihina karena ia hanya orang miskin. Bahkan yang memberinya pujian itu adalah anak orang berpengaruh di negeri ini.

"Mulai hari ini kau adalah teman ku ya. Jika ada yang membullymu katakan saja padaku. Akan ku tendang bokong mereka"

Mereka akhirnya menghabiskan waktu di rooftop bersama, saling berbagi cerita. Bahkan tanpa sadar, Front melupakan masalah patah hatinya tadi.

.
.
.

TBC

Selamat hari raya idul adha gaes 🙏
Dapat daging berapa kg hari ini?

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang