Chapter 11

1.1K 18 0
                                    


REZA POV

Kenapa tubuhku mau menuruti kata-kata Pak Ridwan sih? Kenapa juga aku harus berjemur di halamannya? Dari tadi kontolku tidak mau tenang dan tegang terus. Ditambah banyak ibu-ibu yang ikut ke sini. Apa mereka tidak punya kesibukan di rumah masing-masing selain menonton diriku? Aku mulai berjalan ke depan teras sambil membawa kursi dengan kedua tanganku. Otomatis kontolku bebas terlihat tanpa apa pun yang menutupinya. Ketika itu terjadi suara histeris terdengar dari ibu-ibu yang menonton di depan pagar. Ini kenapa ibu-ibu pada heboh banget sih? Apa mereka tidak pernah melihat kontol sebelumnya? Apa mereka tidak pernah melihat kontol suaminya? Kok heboh banget lihat punya aku? Walaupun begitu aku menyukai sensasi ini. Jiwa ekshibisionisku seperti sudah menguasaiku sehingga membuat diriku menuruti kata-kata Pak Ridwan. Tapi aku masih malu buat menatap langsung wajah orang-orang yang melihat diriku. Untung saja aku bisa pakai handuk buat menutup wajahku. Jujur ini pertama kalinya diriku berjemur di pagi hari sambil telanjang. Aku tidak menyangka rasanya begitu menyegarkan. Rasanya seperti energiku diisi kembali oleh sinar matahari. Tubuhku jadi kembali enak setelah kejadian semalam yang menyiksa diriku. Tanpa aku sadari kerumunan di depan rumah Pak Ridwan semakin banyak. Aku bisa mendengar suara shutter kamera yang mengambil foto diriku. Aku sudah tidak peduli dengan itu. Aku rasa aku sudah tidak punya privasi lagi di desa ini. Sudah banyak warga sini yang melihatku telanjang. Sepertinya warga di sini suka-suka saja melihatku telanjang. Tidak pernah terdengar keluhan dari warga atas kelakuanku. Mungkin karena aku yang good looking, maka semua kelakuanku akan dimaklumi.

Setelah beberapa menit berjemur aku mendengar suara Pak Faisal yang datang ke sini. Pak Faisal datang sambil membubarkan kerumunan yang melihatku. Akhirnya aku lega karena ibu-ibu di depan sudah pergi semua. Memang sih, aku sadar kalau aku suka 'dilihat' oleh orang lain. Akan tetapi aku lebih suka dilihat oleh laki-laki dari pada perempuan. Setelah Pak Faisal basa basi dengan Pak Ridwan aku ikut pulang bersama Pak Faisal. Aku memakai handuk yang tadi aku pakai buat menutupi wajah saat berjemur. Aku memperhatikan sekitar saat berjalan pulang bersama Pak Faisal. Jalanan terlihat sepi saat aku pulang. Aneh sekali, tidak rame seperti saat aku di rumah Pak Ridwan. Pak Faisal juga tidak berkata apa-apa saat berjalan. Matanya bahkan tidak melihatku dan hanya fokus ke jalan. Tatapan matanya terlihat tajam dan fokus. Aku mau berbicara mengenai kejadian kemarin malam, tapi tidak jadi. Entah kenapa aku merasa mulutku tidak mau membuka atau berucap. Saat sampai di rumah aku tidak melihat Bari dimana pun. Sepertinya dia sudah berangkat ke sekolahnya karena jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Melihat badanku yang masih kotor, Pak Faisal memerintahkan diriku untuk mandi pagi. Aku langsung segera mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi. Saat sampai di depan pintu kamar mandi, Pak Faisal menghampiri dan menyuruhku untuk tetap membuka pintu kamar mandi selama aku mandi. Akhirnya aku mandi seperti biasa tanpa menutup pintu kamar mandi. Tidak ada yang mengintip atau melihatku saat mandi. Masih ada rasa perih sedikit saat air mengenai pantatku. Selesai mandi aku langsung pergi ke kamarku untuk memakai baju dan celana. Kemudian aku disuruh sarapan oleh Pak Faisal. Pas sekali karena aku sudah lapar sekali. Aku makan sendirian di meja makan, sementara Pak Faisal di kamar tidurnya. Aku menikmati sarapan yang di masak Pak Faisal. Pak Faisal ternyata pandai juga dalam urusan dapur. Selesai makan aku pergi ke kamar Pak Faisal untuk izin tidur karena aku mengantuk. Untung saja Pak Faisal mengizinkanku tidur dan tidak berkata aneh-aneh. Tadi aku sedikit terkejut saat masuk ke kamar Pak Faisal. Pak Faisal duduk di kasurnya dan hanya mengenakan boxer sehingga tonjolan selangkangannya terlihat jelas oleh mataku. Aku menelan ludah karena tak menyangka punya Pak Faisal yang terlihat begitu besar. Aku jadi seakan mengerti bagaimana Bari bisa memiliki 'burung' yang besar di usianya yang masih remaja SMA. Rupanya memang sudah keturunan ayahnya, Hahahaha. Kemudian aku balik ke kamarku dan segera merebahkan diriku di atas kasur. Akhirnya aku bisa beristirahat dengan nyaman di kamar. Aku pun langsung tertidur dalam hitungan menit.

Pengalaman Baru RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang