He's dark eyes

401 47 27
                                    

Jaemin menghela nafas saat menduduki kursi meja belajarnya, Jaemin memandangi buku dengan tatapan kosong dan pikiran yang penuh dengan rangkaian kata-kata yang rumit.

Langit malam sudah begitu gelap sejak itu. Anehnya Jaemin masih merasa ada sesuatu yang menjanggal di benaknya, sesuatu yang sulit untuk di jelaskan saat di mana dia bertemu Jeno.

Pikiran nya melayang di berbagai arah dan tersesat di dalam. Entah, Jaemin tidak bisa mengartikan setiap tindakan Jeno. Jaemin merasa ada sesuatu yang salah terkait kejadian hari ini.

Tak mau memikirkan tentang banyak kata-kata yang begitu rumit di pikiranya. Jaemin memutuskan untuk menyalakan komputernya dan menelusuri di situs terkini tentang masalahnya.

Lebih tepatnya, cinta.

Apa arti cinta? Apa begitu mustahil jika seseorang tiba-tiba menyatakan cinta? Kenapa pandangan seseorang yang mencintai orang lain akan terasa tajam dan gelap? Apa orang yang menyukai kita akan terasa membuat bulu kuduk merinding?

"Sepertinya Jeno benar-benar berbeda dengan yang lain" gumanya di sela-sela jari-jarinya yang melayang di atas papan ketik.

Jaemin menghela nafas sekali lagi dan bersandar pada kursinya sambil memejamkan mata, meletakan tanganya di belakang leher saat Jaemin membuka mata dan menatap kearah dinding.

Jaemin mengusak rambutnya sendiri karena frustasi dengan jalan pikiranya. "Kenapa aku harus memikirkanya? Sebenarnya apa yang ada di dalam otak kepala batu itu?"

"Sialan, aku benar-benar tidak bisa tertidur" uampatnya sambil berdiri di tempat duduk dan berjalan kearah kasur.

Dia menghempaskan tubuhnya sendiri di atas kasur hingga memantul kecil. Perutnya bersandar pada kasur dan pipi yang menempel pada bantal dengan nyamanya.

Matanya masih terbuka, pikiranya melayang di berbagai arah. "Ada berbagai kemungkinan, Jeno menyatakan perasaan hanya penasaran padaku dan juga ada sesuatu lain di dalam mata gelapnya. Aku yakin dia berbeda, kenapa dia begitu sembrono dan blak-blakan?"

...

Pagi hari tiba, Jaemin sudah bersiap-siap dan berpamitan dengan kedua orangtuanya. Seperti biasah Jaemin akan melewati gang-gang dan beberapa orang-orang di sana dengan kecepatan tinggi sepedanya.

Tapi kali ini Jaemin mengambil jalur yang berbeda, dia sengaja melewati kedai paman Jihoo untuk menghindari Jeno, mengingat bahwa pria itu mengatakan akan berangkat bersama denganya.

Tak peduli dengan belokan yang cukup tajam, Jaemin mengendarainya tanpa mengurangi kecepatan hingga dia mendapati jalan tikungan yang lebih tajam dari sebelumnya.

Di sana dia terkejut melihat punggung seseorang yang jakung dan rambut pirangnya serta tas slempang berwarna hitam, pemuda itu tengah berdiri di sana.

Dengan cepat Jaemin mengerem mendadak membuat ban sepedanya bergesekan dengan aspal membuat tanda di sana. Jaemin terengah-engah memandang punggung pemuda itu, saat pemuda itu berbalik menghadap kearahnya Jaemin hanya bisa membulatkan mata.

"Jeno?" Ujar Jaemin.

Yang di panggil tersenyum, tanpa sepatah katapun Jeno langsung naik ke kursi belakang sepeda Jaemin dan memegangi tas Jaemin sebagai penyangga. "Suara gesekan sepedamu memudahkan ku untuk menemukanmu. Cepat jalan, kita akan terlambat" ujar jeno dengan santai.

Tangan Jaemin mengepal di sisi pegangan sepeda, dengan dengusan kecil Jaemin pun memutuskan untuk memggoeskan sepedanya kembali untuk menuju ke sekolah.

Fate | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang