Tiga hari sebelum ujian, para siswa sering berkunjung di perpustakaan sekolah. Beberapa siswa berambisi untuk meningkatkan nilai lebih baik dan mendapatkan beberapa poin penting dari masa ujian untuk masuk ke Universitas terbaik.
Ramainya perpustakaan kini menjadi ruangan yang paling sering di kunjungi, terutama Jeno. Jeno selalu mengunjungi perpustakaan bersama teman lainya termasuk Renjun.
Si kutu buku itu selalu fokus pada tumpukan buku yang kini berada di atas mejanya, beberapa kali Renjun memperbaiki kaca mata di pangkal hidungnya yang terasa buram.
Jeno mempelajari buku bahasa dan matematika sedangkan di sampingnya ada Jaemin yang tampak tidur dan bersantai. Meski begitu Jaemin sudah menyelesaikan membaca buku lima materi sebelumnya, nyatanya pria itu sama ambisinya dari yang lain.
Haechan dan Lu Yang pun sama, mereka membaca buku, buku komik yang terkenal di kota mereka. Entah kenapa mereka berdua cukup santai meski ujian akan datang untuk memutuskan pendidikan selanjutnya.
Jeno menyelesaikan buku bahasanya dan mulai menutupnya. Dia melirik kearah Jaemin yang masih terlelap dengan bibir yang sedikit terbuka, kesan pertama yang dia lihat adalah menggemaskan dan damai.
Meski tampilan luarnya kasar dan liar, tapi jeno menatap Jaemin dengan tatapan lembut. Dia tak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah nya yang damai, kelopak mata yang tertutup di hiasi bulu mata yang panjang.
Jari telunjuknya terulur untuk menyentuh satu helai poni di keningnya yang menutup matanya yang terpejam, sudut bibirnya bergerak-gerak karena geli dan juga perasaan yang menggelegar di hatinya.
Jaemin mengkerutkan alisnya merasakan sentuhan halus di keningnya, dia membuka mata perlahan masih belum pulih dari tidurnya. "Um?" Dia berguman sambil menatap Jeno yang kini memandangnya.
Jeno terkekeh pelan bergemuruh di dadanya melihat reaksi polosnya. "Cepat cuci muka, sebentar lagi kelas akan di mulai." Katanya.
Dia hanya mengangguk sambil berdiri, hendak jalan tiba-tiba kakinya tersandung oleh kaki Haechan karena dia masih benar-benar mengantuk.
Haechan menoleh kearahnya dengan mata menyipit, lantaran Haechan membenahi kakinya agar Jaemin dapat melewatinya, "Be careful."
Lantas Jaemin pun hanya bisa berdehem sebagai jawaban dan menggosok matanya sambil menguap kecil. Dia pun keluar dari perpustakaan dengan langkah malasnya.
Matanya masih berat untuk terbuka, kepalanya pusing karena posisi tidur yang salah. Belum ada beberapa langkah meninggalkan ruangan perpustakaan Jaemin tidak sengaja menabrak siswa di depanya, karena tidak memperhatikan jalan.
Bug
Jaemin tersandung ke belakang, tubuhnya limbung tapi untung siswa itu dengan cepat menangkap lengan Jaemin agar dia tak terjatuh.
Saat itu pun Jaemin tersentak dan tersadar dari linglungnya, dia menatap kearah siswa yang dia tabrak sebelumnya.
Lee Damon, Damon memiringkan kepala melihat Jaemin terdiam menatapnya bahkan dia tak bereaksi apapun saat Damon masih menegangi lenganya. "Lain kali kalau jalan, berhati-hati lah." Katanya dengan suara dalam dan serak.
Jaemin terdiam tak menjawab atau menarik diri, dia tetap pada posisi hampir jatuh dengan lengan di tangan Damon yang masih memeganginya.
Dia melihat mata Jaemin sebelum melepaskan lenganya membuat Jaemin terjatuh ke lantai dengan bunyi gedebug keras, lantas Jaemin mendesis kecil. "Hey! Aku bukan barang yang bisa kau jatuhkan dengan santainya." Protesnya.
Terkekeh pelan sambil menyilangkan tangan di depan dada. "Apa kau bau saja sadar dari mimpi indahmu? Kau seperti orang bodoh dan membingungkan." Damon mencondongkan tubuh ke bawah saat pandangan mereka bertemu. "Kelinci jelek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate | Nomin
Romancebagaimana jika dia jatuh cinta dengan pemuda yang baru pertama kali dia temui dan apa itu yang di namaku takdir cinta? inilah kisah seorang laki-laki yang bernama Lee jeno mengejar cinta pertamanya dengan pemuda periang dan humoris seperti jaemin. a...