Hari libur memang hari yang menyenangkan apalagi buat kaum rebahan, enaknya setengah persen yang setengahnya lagi buat nonton drakor semalaman, tidurnya siang kaya kelelawar.
Yah seperti Jaemin, di hari minggu, dia hanya terbaring lesu di atas kasurnya yang bisa di bilang, berantakan. Laptop di samping kepalanya, snack pun berceceran di sprei.
Pria itu benar-benar malas dengan hari libur, tidak ada kegiatan dan ibunya pun tidak berhenti mengonelinya. Memang dasarnya lelaki pemalas, tak ada kegiatan tidur pun jadi sarapan.
"Jaemin, ada temanmu di depan. Cepat bangun!" Luna sudah benar-benar kewalahan menghadapi perilaku sang putra tunggalnya.
Sejak jam enam pagi sampai pukul satu siang, jaemin tidak kunjung keluar kamar. Dengan malas Jaemin menduduki dirinya di kasur, "Siapa, siang-siang bolong seperti ini, apa dia tidak punya kerjaan?"
"Same, damn."
"Siapa? Bu?" Ujar Jaemin lagi, kali ini Luna tidak menjawab membuatnya menghela nafas panjang sebelum turun dari kasurnya. Rambutnya masih berantakan dan wajahnya benar-benar kusam.
Dia membuka knop pintu sambil melirik kearah lantai bawah dari pembatas kaca. Matanya menyipit ketika dia melihat sosok tak asing di matanya, "Kenapa Bajingan itu di rumahku?" Katanya.
Luna menoleh kearah lantai atas dan melambaikan tangan kearah Jaemin tanda "kemari" Dengan senyum cerah dan kegirangan, tentu saja Jaemin masih ingat tempo lalu saat Luna mengagumi keponakan paman Jihoo sltersebut.
Jaemin dengan enggan emnuruni tangga, masih memakai baju sisa semalam, celana pendek dan baju yang longgar. Dia berjalan mendekat, wajah kantuknya masih terlihat jelas tapi hanya menambah kesan menggemaskan untuknya.
Jeno melirik kearah tampilan Jaemin, dadanya bergemuruh geli.
Luna dengan senang hati meraih lengan Jaemin dan memeluknya dari samping, "Jaemin memang anaknya agak sulit di mengerti," kata Luna sambil menyisir rambut berantakan putranya.
Dia hanya bisa mendengus melihat kelakuan ibunya, "Kenapa kau kesini?" Jaemin menatap Jeno dengan alis bertaut bingung dan penasaran.
Jeno terkekeh pelan sambil menggaruk belakang lehernya dengan canggung, Luna masih menatapnya berbinar membuat jeno sedikit tidak nyaman.
Melihat itu, Jaemin melirik ke Luna sebelum dia mendorong sisi tubuh wanita itu untuk pergi, "Bu, kau benar-benar menjengkelkan..." usia Jaemin.
Luna hanya bisa tersenyum manis kearah Jeno sambil berjalan pergi, tapi kepalanya selalu mengarah kearah jeno sebelum menghilang di balik ruangan.
Jeno hanya bisa tersenyum kecil, tapi senyum itu pudar ketika dia melihat wajah bingung Jaemin, "Ini hari libur, aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama."
Bukanya semangat, Jaemin malah mendengus lesu, "Kau tidak lihat cuaca? Ini panas sekali. Aku malas keluar." Ujar Jaemin.
Jeno menyeringai mendengarnya, lantas dia menarik leher nya dengan lenganya, marangkulnya mendekat, "Kau tahu, aku tidak menerima penolakan," katanya membawa Jaemin begitu saja keluar rumah.
Dia tergesa-gesa memakai alas kakinya, "Hey, aku belum mandi!!"
"Kau tidak mandi pun sudah terlihat manis."
...
Jaemin rasanya ingin mengunpati Jeno pada saat itu, dia sekarang berdiri di tengah keramaian pasar yang di adakan siang hari dan panas terik matahari rasanya membakar kulitnya.
Tapi lebih kesal ketika melihat apa yang Jeno bawa, kertas berisi tentang nota barang yang akan di beli untuk kedai Paman Jihoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate | Nomin
Romancebagaimana jika dia jatuh cinta dengan pemuda yang baru pertama kali dia temui dan apa itu yang di namaku takdir cinta? inilah kisah seorang laki-laki yang bernama Lee jeno mengejar cinta pertamanya dengan pemuda periang dan humoris seperti jaemin. a...