About Love?

400 39 11
                                    

Jeno memasuki kelas berjalan dengan santai saat ketiga temanya menatap kearah Jeno dengan curiga. Pria itu tampak masuk sendirian dan menduduki bangku begitu saja.

Wajah lebam Jeno membuat atensi seluruh kelas tertuju padanya termasuk ketiga temanya. Lu Yang yang duduk di sebelah bangkunya menoleh dengan penasaran, "Ada apa dengan wajahmu, kau berkelahi?" Tanyanya.

Jeno bersandar pada kursi dan meyangga belakang kepalanya dengan kedua lenganya sendiri sebelum menoleh kearah Lu Yang, "Memberantas kejahatan."

Yang mendengar itu hanya mendengus karena jawabanya, lantas Lu Yang menggeser kursinya mendekat dan menatap Jeno dengan bingung. "Dimana Jaemin?"

"Dia sedang tidur di klinik sekolah, kelelahan." Jawabnya tak acuh.

Si kulit tan melebarkan telinga sebelum bangkit dari kursi dan berjalan mendekat kearah Jeno. "Kalian berdua tidak mengikuti jam pelajaran pertama sampai ketiga?"

"Tidak, aku dan Jaemin kesiangan tapi untungnya tadi pagi tidak ada hukuman karena aku sedang terluka."

Haechan menyipitkan mata curiga kearahnya, tanganya dilipat di dada karena menginterupsinya. "Ngomong-ngomong aku memperhatikan wajah mu dan Jisung sama-sama terluka, apa kalian berkelahi?"

Jeno menggelengkan kepala. "Tidak sudi menyentuhnya." Katanya bohong, menatap punggung Jisung dari belakang saja membuat Jeno mual.

Tiba-tiba ponsel Haechan berdering, ada pesan masuk dari Jaemin dan membuat Haechan sedikit terbahak-bahak karena kalimat yang dia kirimkan.

"Jaemin mengirim pesan." Haechan berkata sebelum membacakan kalimat yang di tulis Jaemin di dalam pesanya. "Di klinik sekolah tidak menyediakaan obat pantat, sialan." Pesanya.

"Pantat? Sebenarnya siapa yang di sini terluka? Jeno atau Jaemin?" Lu Yang berkata dengan nada kesal dan frustasi secara bersamaan.

Haechan menyenggol bahu Lu Yang dengan main main dan menggoda. "Mereka berdua tapi bedanya, Jaemin mengalami gangguan kecil di lubangnya..."

Plak

"Akk! Sial...J-Jeno...aku salah bicara..." Haechan meringis sakit karena kepalanya di tempis oleh tangan otot Jeno membuatnya sedikit ada tanda merah di keningnya.

Tiba-tiba di sebrang meja Jisung tampak berdiri dari bangku dengan gerakan tegas dan kasar mengakibatkan kursi di bawahnya berderit membuat atensi seluruh kelas tertuju padanya.

Tangan Jisung mengepal di meja sebelum memutuskan untuk beranjak meninggalkan kelas.

...

Jisung mengerang frustasi. Kini dia sedang duduk di bangku taman sekolah dengan sikut di lutut dan telapak tangan menyangga keningnya sendiri saat Jisung menatap tanah di bawahnya.

Mendengar ucapan teman-teman Jaemin hanya membuat api di dalamnya menyala, rasa posesif dan cemburunya. Tahu itu tak pantas, tapi Jisung sudah menaruh harapan lebih terhadapnya.

Mengingat malam itu saat dia berkelahi dengan Jeno, pria pirang itu terus mengatakan ucapan kotor mengenai Jaemin dan Jisung tidak ingin Jeno hanya memanfaatkan kerentanan Jaemin.

Setiap tindakan Jeno terhadap Jaemin membuat Jisung menilainya hanya memanipulatif saja. Dia tak yakin Jeno benar-benar menginginkan Jaemin lebih dari sekedar tubuh, dia beramsumsi Jeno memang memanfaatkannya.

..

Satu pukulan mengenai sudut mulutnya membuatnya tersandung ke belakang dengan darah yang mencuat keluar dari mulutnya, dadanya naik turun karena serangan kembali darinya.

Fate | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang