Work in group

453 48 25
                                    

Jam pelajaran kembali, guru yang dikenal ramah itu membuka buku sebuah nofel fantasi yang terkenal. Guru itu membacakanya dengan teliti dan jelas memastikan semua para siswa mendengarnya dan memperhatikanya.

Setelah guru itu selesai membaca buku nofel tersebut, dia menutupnya dan memeluk buku itu di depan dada. Matanya fokus pada semua siswa di kelas saat guru itu hendak angkat suara.

"Baiklah semuanya, dari cerita nofel fantasi yang saya baca. Adakah salah satu dari kalian ingin merekomendasikan contoh cerita fantasi yang terkait?" Kata guru.

Semua siswa terdiam tidak ada yang menjawab sebelum Jeno berdiri dari bangku dengan percaya dirinya.

"Dark gooddess karya chadda. Nofel ini menceritakan tentang manusia yang bernaluri seperti binatang. Pengakuan Pierre de Gevaudan, dia mengatakan bahwa seorang putri dari anak petani yang berambut ikat berwarna coklat, dia menyantapnya gadingnya sungguh lezat."

Renjun menelan ludah dengan kasar mendengar penjelasan Jeno, pikiranya melayang ke berbagai arah di saat itu. Teringat ucapan Jeno waktu lalu yang seolah mengancam nya, tangan Renjun benar-benar tegang dan gemetar.

Sedangkan Jaemin yang duduk di sampingnya hanya bisa mendengus kesal karena pemahaman jeno tentang beberapa cerita nofel fantasi yang cukup terkenal.

"Silahkan duduk kembali."

Jeno pun duduk kembali sambil menoleh kearah Jaemin dan mengangkat alis mengejeknya. "Sejak kapan kau suka cerita nofel berdarah seperti itu? Jangan-jangan kau manusia..." Jaemin menatap horor kearah Jeno dengan main-main.

"Aku pemangsa dan kau mangsaku." Balas Jeno tak acuh sambil bersandar pada kursi dan membuka bukunya kembali di atas meja.

Yang di acuhkan hanya bisa menatap kearahnya kesal dan malas. Namun Jaemin penuh tekad untuk memahami apa yang di katakan Jeno. "Maksudmu? Kau juga punya naluri binatang?" Tanyanya penasaran.

Jeno menoleh dengan seringai tipis sebelum pura-pura berpikir dan menjawabnya dengan santai. "Ya, tapi aku tidak memakan daging manusia seperti Pierre de Gevaudan. Aku hanya punya pemikiran yang cukup tersesat dan gelap."

Jaemin menelan ludah sambil membuang wajah untuk menatap buku di meja. "Entah aku kurang paham tapi aku tahu maksudnya."

Guru itu menaruh buku di atas meja sebelum memberikan satu lembar kertas setiap siswa dari meja paling depan. "Tulis nama kelompok kalian, satu kelompok berisi 5 orang yang akan membuat drama cerita fantasi karya kalian."

Haechan yang duduk paling depan langsung menoleh ke belakang di saat Jaemin dan pun menatapnya dengan seringai licik. Diam-dian Jaemin menunjuk kearah Renjun yang akan menjadi korban beban mereka.

Lu Yang pun menoleh kearah Jaemin dan memberi isyarat. Sedangkan Jeno tak acuh menatap buku tak berminat untuk menawarkan diri, namun Jaemin tampak ber antusias menambahkan nama Jeno dan teman-temannya yang lain termasuk Renjun.

"Pssst, Renjun kau ikut dalam kelompok kami." Bisik Haechan dari bangkunya.

Renjun menoleh dan hanya bisa menghela nafas malas sebelum mengangguk tak acuh. "Terserah, mungkin aku memang ditakdirkan menjadi orang yang tabah karena kalian."

...

Sore hari tiba seperti biasanya. Kini mereka berlima tampak berjalan bersama sambil mendorong sepeda mereka, namun berbeda dengan jeno yang mendorong sepeda dengan Jaemin yang naik di kursi belakang membuat beban untuknya.

Namun Jeno tetap tenang menghadap kearah depan atau sesekali mengobrol dengan lainya. "Ngomong-ngomong untuk kerja kelompok drama fantasy, kita akan mendiskusikan di mana?" Haechan angkat bicara.

Fate | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang