Confused 🔞

718 55 29
                                    

Pagi hari tiba Jaemin sudah rapi mengenakan seragam sekolahnya, dia sudah bersiap akan berangkat dan tak lupa untuk berpamitan dengan kedua orang tuanya yang baru saja pulang dari hawai.

Tak seperti biasanya, hari ini Jaemin tak menaiki sepedanya lantaran semalam rantainya rusak dan harus di benahi. Mau tak mau dia berjalan kaki menelusuri gang dan dengan hangat menyapa tetangganya.

Kali ini Jaemin memutuskan ke kedai Jihoo untuk membeli sandwich nya yang tak pernah lupa, dan sekalian untuk menjemput si bajinganya yang seperti masih tertidur.

Jaemin masuk kedalam kedai. Pamdanganya mengedar mencari sosok Jeno yang ta kunjung ada. Lalu jaemin menoleh kearah Jihoo yang sedang menghitung tagihan bulanan. "Jeno belum bangun?" Tanya Jaemin.

Jihoo mendongak dari buku tagihan dan menunjuk kearah pintu. "Jeno di dalam, semalam wajah nya lebam." Katanya dan memutuskan kontak dan kembali menghitung tagihanya.

Alis Jaemin bertaut karena ucapan Jihoo. Karena penasaran, Jaemin akhirnya masuk kedalam rumah di belakang kedai tersebut. Langkah kakinya terendam oleh matras di bawahnya saat dia berjalan kearah kamar Jeno yang berada di sudut ruangan.

Awalnya Jaemin mengetuk pintunya perlahan, namun tidak ada jawaban dan memutuskan untuk memutar knop pintunya.

Dia masuk kedalam dengan langkah perlahan memastikan tidak ada yang mendengar sebelum melihat Jeno masih terbaring di atas ranjang dengan dada telanjang dan wajah penuh lebam.

"Dia berkelahi?" Jaemin berguman, dia mendekat dan berdiri di samping ranjang jeno yang tengah tertidur damai.

Jaemin mengulurkan tangan untuk menyentuh lebam di sudut bibirnya, sedikit meringis karena warnanya begitu merah gelap dan sedikit goresan kecil di sana.

Tanpa peringatan, tiba-tiba tangan Jeno mencengkeram pergelangan tangan Jaemin. Menariknya mendekat hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa senti.

Jelas Jaemin tersentak karena gerakan tiba-tiba itu, dia langsung menarik diri, namun pria itu meraih pinggangnya dan menariknya kebawah sementara Jeno berganti posisi menjadi di atas Jaemin saat itu.

Dada telanjangnya terlihat, tubuhnya yang lebih kekar menjepit Jaemin di atas ranjang. "K-Kau!" Jaemin memprotes tapi nyatanya pemuda itu tak memberontak seperti hari lalu.

Jeno menyeringai sambil memcondongkan tubuhnya kearah Jaemin, nafas jeno menerpa wajahnya. "Sudah berani menyelinap ke kamar orang tanpa permisi, ya?" Katanya dengan suara dalam dan serak.

Jaemin menelan ludah dengan kasar, kini tubuhnya terjepit di atas kasur dengan tubuh Jeno yang melayang di atasnya. Jaeminya menyeringai canggung kearahnya. "Lain kali aku akan mengetuk pintu lebih keras lagi." Katanya.

"Is that so?" Jeno menyeringai saat dua mencondongkan tubuh, membenamkan kepala di leher jaemin saat dia ingin mencium lehernya dan menghisapnya pelan, meninggalkan tanda hickey.

Dia tersentak dan merigis kecil karena gerakan jeno yang tiba-tiba. "Akh...Jeno..." sialnya semua itu hanya mengingatkan Jaemin tentang hubungan mereka berdua beberapa hari lalu, disaat jeno membawanya dengan mata gelapnya.

"Sepertinya aku tidak perlu mencari jawaban darimu." Ujar jeno, lantas dia naik dan mengangkangi pinggul Jaemin, kedua tanganya mencengkeram pergelangan Jaemin di atas sprei.

Fate | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang