Oiran adalah pelacur kelas atas yang memiliki beberapa hak khusus berbeda dari para pelacur pada umumnya.
Parasnya yang cantik dan menyenangkan untuk di lihat membuatnya memiliki harga yang sangat tinggi. Bahkan hanya masyarakat dari kalangan atas saja yang sanggup untuk menyewanya.
Awalnya, yang diizinkan menjadi Oiran hanyalah wanita berstatus omega. Namun seiring berjalannya waktu, syarat tersebut mulai di lupakan hingga kini siapa pun bisa menjadi Oiran. Hanya saja, mereka harus lah seorang omega atau beta.
Kuroo yakin, siluman rubah berekor sembilan yang dilihatnya tadi adalah seorang Oiran. Dia salah satu yang menduduki puncak tertinggi prostitusi yang ada di distrik ini.
Ciri-ciri Oiran itu masih sangat melekat di benak Kuroo, dia mengenakan uchikake dengan warna emas bercampur dengan sedikit warna merah. Rambutnya yang bewarna hitam-pirang dia biarkan tergerai, menggantung di bahunya. Di puncak kepalanya terdapat sepasang telinga rubah dengan warna emas yang tampak sangat lembut dan nyaman untuk di sentuh. Netra emas dengan iris oval yang tajam membuat penampilannya semakin anggun dan memikat siapa pun yang melihat. Tak lupa sembilan ekor emasnya yang terus menerus berkibas dengan pelan di belakang punggungnya. Oiran itu tahu cara memamerkan daya tariknya dengan baik.
Kuroo meletakkan gelas yang dia genggam dengan kasar, fakta bahwa dia mengingat figur Oiran itu dengan baik sangat mengganggunya. Dan fakta bahwa ras suci itu berada di tempat seperti ini juga mengganggunya.
"Yah Oiran tadi sangat cantik, bukan?"
Kuroo spontan menyipitkan matanya ketika Lev melontarkan pertanyaan itu. Ugh, Kuroo sangat benci mengakui ini. Tapi memang benar yang Lev katakan, Oiran itu sangat cantik. Bahkan kata cantik saja tak cukup untuk menggambarkannya.
"Mungkin," Kuroo menjawabnya dengan pelan, dia tak ingin mengakuinya secara terang-terangan.
"Eh... Jawabanmu tak menyenangkan, Kuroo." Lev mencemoohnya saat dia meneguk segelas sake yang ada di tangannya. "Jelas dia sangat cantik. Bahkan tampak seperti Dewi!"
Lev berkata bersamaan dengan kepalanya yang ia letakkan di atas meja. Ugh, anak itu sudah mabuk hanya dengan menegak tiga gelas kecil yang berisikan sake.
"Tak ada Dewi yang berkelamin laki-laki, idiot." Kuroo meresponnya dengan tajam saat menyaksikan alkohol mulai berpengaruh pada Lev.
Perlahan Kuroo menggerakkan tangannya untuk meraih gelas yang masih berada dalam genggaman tangan Lev. Dengan kasar dia meletakkan gelas itu di atas meja.
"Ugh siapa yang peduli dengan itu, lagi pula aku berani bertaruh bahwa dia adalah omega!" Lev berkata dengan penuh percaya diri saat dia kembali berjuang untuk kembali duduk dengan tegap. Namun perjuangannya sia-sia, dia tak sanggup menahan kepalanya yang terasa berat.
"Apapun itu, aku tak peduli." Kuroo berkata dengan tenang saat dia membiarkan punggungnya bersandar pada kursi yang ia duduki.
Matanya mengedar menatap sekeliling bar yang di penuhi dengan berbagai jenis ras manusia setengah hewan. Sebagian dari diri mereka sudah kehilangan kesadaran, dan sebagian lainnya mencoba untuk kehilangan kesadaran dan bersenang-senang dengan alkohol dan juga pelacur yang ada di sana.
Menyaksikan mereka bersenang-senang bersama para pelacur kelas bawah membuat ingatan Kuroo kembali pada sosok Oiran yang dilihatnya tadi.
Ini membuatnya mendesis, Kuroo benar-benar membenci cara kerja otaknya saat ini.
"Aku merasa sangat beruntung karena melihat wajah Kozume secara langsung seperti itu."
"Kau benar... Dia tampak sangat cantik di dalam balutan uchikake miliknya, ekornya tampak sangat lembut. Aku sangat ingin menyentuhnya."
Telinga Kuroo meninggi ketika mendengar percakapan kedua lelaki yang mengambil meja tepat di belakangya. Kuroo melirik kedua pria itu dari ekor matanya, mengawasi mereka dalam diam.
"Dari pada ekornya, aku lebih ingin menggerayanginya..." telinga Kuroo sedikit bergerak-gerak saat mendengarkan kata-kata kotor yang mulai keluar dari bibir pria asing itu. Dia tampak tak bisa menahan diri untuk menyuarakan pikiran kotornya. "Membayangkan wajah cantik Kozume berada di bawahku sangat membangkitkan gairah."
Kozume, ya? Kuroo menyebut ulang namanya dalam hati. Menanamkan baik-baik di otaknya nama Oiran cantik itu.
"Sial, kau benar. Ku rasa aku harus pergi ke rumah bordil Lumariana untuk melihatnya."
"Itu takkan berguna jika kau tak bisa menyewanya, idiot."
Gelak tawa mulai terdengar dari belakang punggungnya ketika percakapan itu berakhir. Kuroo membiarkan punggungnya menjauh dari kursi saat dia memandang Lev yang masih meletakkan kepalanya diatas meja dalam keadaan mabuk. Bibirnya yang tak henti-henti menceloteh membuat Kuroo merasa kesal dengan kelakuannya.
"Kuroo, aku sangat khawatir jika kau sudah menjadi kepala desa kau takkan mau lagi mengerjakan misi bersamaku..." Lev mulai berbicara dengan nada ogah-ogahannya. "Yah aku sangat berharap bahwa apa yang dikatakan kepala desa hanyalah sebuah lelucon."
"Bukankah kau berharap begitu juga-" Lev menahan perkataannya saat dia tak mendapati Kuroo di sampingnya.
Lev kebingungan dengan hal itu, dia segera mengangkat kepalanya dan menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari kehadiran rekannya. "Eh, Kuroo?" Lev memanggil namanya dengan keheranan ketika tak mendapati Kuroo disekitarnya.
Kucing hitam itu memiliki pergerakan yang sangat cepat, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kirei Na Oiran • Kuroken
FanfictionJika ada kata selain cantik untuk menggambarkan Kenma, maka itu adalah sempurna.