22. Lapar

66 12 0
                                    

Kuroo mendapati dirinya terlarut dengan pikirannya sendiri. Percakapan yang dia lakukan dengan Yasufumi tempo hari masih terus melekat di benaknya.

Hasil akhir percakapan itu cukup baik. Untungnya Yasufumi tak begitu memusingkan Kuroo yang begitu kurang ajar dalam perkataannya. Dan Yasufumi tak menarik apa yang dia katakan, perihal dirinya yang tak menyetujui Kuroo untuk menikah dengan sang Oiran.

Untuk saat ini, Kuroo sangat bersyukur karena Yasufumi tak mengambil tindakan lebih lanjut tentang Kenma. Padahal, bisa saja Yasufumi langsung memburunya dan memberikan hukuman berat pada Kuroo. Tapi dia tak melakukan itu.

Kuroo menebak, Yasufumi tak melakukan hal itu karena dirinya tak ingin kehilangan Kuroo.

Kehilangan yang di maksud di sini, adalah jasa dan kesetiaan yang telah Kuroo persembahkan kepada Yasufumi selama ini.

Kuroo adalah salah satu orang yang memiliki kemampuan bertarung yang sangat bagus di desa Eastern, kemampuan bela diri dan penggunaan sihirnya yang seimbang membuat Yasufumi tanpa sadar memberikan perhatian khusus padanya. Dia akan mengirim Kuroo untuk mengerjakan misi-misi sulit dengan bayaran besar supaya pelanggan yang menyewa jasanya merasa puas dan akan kembali lagi.

Sudah menjadi rahasia umum jika Yasufumi selalu melontarkan lelucon yang di bumbui oleh sedikit keseriusan tentang dirinya yang akan mengangkat Kuroo sebagai kepala desa selanjutnya. Ini salah satu alasan mengapa Kuroo cukup di segani di desa Eastern.

Label anak emas Yasufumi memang cocok di berikan kepada Kuroo saat ini.

"Bakaneko, apakah kau ingin membuatku mati kelaparan?"

Suara dengan nada sinis milik Kenma yang tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam telinganya berhasil membuat Kuroo kembali ke dunia nyata. Dia memerlukan waktu untuk menetralkan ekspresinya kembali saat mata hitamnya beralih memandang Kenma.

"Aku tak sejahat itu padamu," suara Kuroo di akhir kalimat menjadi jauh lebih pelan ketika matanya menangkap Kenma yang berdiri di pintu yang menghubungkan antara ruang tamu dan dapur.

Kuroo menangkap sosok mungil siluman rubah ekor sembilan yang kini telah mengenakan pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Yukata bewarna hitam dengan corak abstrak yang hampir membentuk seperti bunga matahari berukuran sedang. Telinga dan ekor rubah miliknya yang terus menerus bergerak hanya membuatnya tampak menggemaskan.

"Ku pikir kau hanya ingin mengenakan uchikake." Kuroo berkomentar dengan tenang saat matanya bertemu dengan manik emas milik Kenma.

Mata Kenma sedikit menyipit mendengar komentar yang nyaris seperti sebuah ejekan yang Kuroo berikan padanya. Namun, dirinya mencoba untuk tak terpengaruh oleh lelaki lancang ini.

"Aku sedang tak berada di rumah bordil, itu tak di perlukan." Kenma memberikan jawaban tenangnya sembari melangkahkan kaki menuju Kuroo yang tengah duduk di sofa yang ada di sana.

"Kau benar, lagi pula kau sudah tak perlu memikat para pelanggan lagi karena aku sudah membelimu." Kuroo tak repot-repot menyembunyikan nada sombong dalam suaranya.

Balasan sombong yang Kuroo berikan membuat Kenma mengangkat salah satu alisnya. Ugh, ekspresi dan kalimat Kuroo benar-benar menjengkelkan.

"Itu tak bisa di sebut membeli karena kau belum membayar lunas diriku," Kenma memberikan sanggahan tegasnya. Kini terpancar sedikit rasa jijik di mata emasnya, terlihat jelas dirinya sangat enggan dengan fakta bahwa Kuroo telah membelinya.

Kaki Kenma berhenti saat berjarak lima langkah lagi dari Kuroo. Ekor rubahnya sedikit berkibas saat matanya memandang Kuroo dengan tatapan jijik seolah-olah Kuroo adalah sesuatu yang sangat kotor.

"Mari kita kembali ke topik awal," Kenma berkata dengan intonasi tenang, berbanding terbalik dengan tatapan yang ia berikan. "Aku memerlukan sesuatu untuk mengisi kembali energiku."

Kuroo tak keberatan jika dirinya harus di pandang seperti itu oleh Kenma, tak ada sedikit pun rasa tak senang di dalam dirinya. Hanya sedikit rasa geli.

Beberapa kata terakhir yang Kenma lontarkan membuat Kuroo bisa memahami niatnya, dia lapar dan memerlukan sesuatu untuk di makan. Kuroo takkan menentang keinginannya karena dirinya juga sadar bahwa Kenma harus mengisi kembali nutrisinya.

"Baiklah, mari kita mencari sesuatu untuk mengisi perut kita." Kuroo berkata dengan senyum kecil di wajahnya, dia bangkit dari posisinya dan mengambil langkah mendekat pada Kenma. "Aku yakin kau sangat bosan karena terus menerus mengonsumsi ikan, bukan?"

"Aku sangat bersyukur karena kau memahami ku." Kenma merespon dengan sedikit nada sinis di dalamnya.

Kuroo berhenti melangkah saat dirinya tepat berada di hadapan Kenma. Dengan santai dia mengulurkan tangan kanannya pada Kenma. "Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk selalu bisa memahami mu," Kuroo mengeluarkan kata-kata manisnya hanya untuk menggoda Kenma.

"Jadi, mari kita mengunjungi desa tetangga. Ku harap makanan di sana dapat menghilangkan rasa bosanmu."

Pupil mata Kenma sedikit mengecil saat melihat Kuroo mengulurkan tangan padanya, manik emasnya terus menatap telapak tangan lebar milik Kuroo. Membiarkan otaknya mencerna kata-kata manis yang Kuroo lontarkan padanya.

"Ku pikir kau harus menjalankan misi bersama siluman kucing bersurai silver itu."

Kenma tak memberikan jawaban apakah dia menyetujui atau bahkan menolak tawaran Kuroo. Dia malah melontarkan sebuah kalimat seolah mengingatkan Kuroo bahwa dirinya harus bekerja hari ini.

Kuroo terkekeh geli mendengar apa yang Kenma katakan, "Karena satu dan berbagai hal, untuk sementara waktu aku takkan menjalankan misi terlebih dahulu." Kuroo menjawab dengan jujur.

Meskipun Kuroo adalah anak emas Yasufumi, itu tak mengubah fakta bahwa dirinya juga harus mendapatkan hukuman atas tindakannya. Meskipun ini hanya hukuman ringan yang menyatakan bahwa Kuroo takkan menjalankan misi apapun selama satu bulan ke depan. Kuroo tak memberikan protes sekecil apapun ketika hukuman itu di berikan. Dia menerimanya dengan lapang dada, bahkan jauh di dalam lubuk hatinya dia merasa harus berterimakasih pada Yasufumi.

Jika saja yang melakukan hal tabu ini adalah orang lain, mungkin orang itu telah di jatuhi hukuman berat. Puncaknya adalah hukuman mati.

Salah satu alis Kenma sedikit terangkat mendengar jawaban yang di berikan, dia bisa merasakan rasa penasaran mulai menggerogoti dirinya. Meskipun demikian, dia tetap membungkam dirinya dan tak bertanya lebih jauh tentang 'berbagai hal' yang Kuroo maksud.

Mata emas miliknya beralih memandang wajah Kuroo selama beberapa saat. Mencoba mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi, meskipun dia tak menemukan jawaban apapun di sana.

Perlahan Kenma menggerakkan kakinya untuk melangkah melewati Kuroo, mengabaikan tangan Kuroo yang senantiasa terulur padanya beberapa saat lalu.

Kuroo membiarkan tangannya terjatuh di sisi tubuhnya, alih-alih kesal atau bahkan marah dia malah menyeringai saat matanya mengikuti pergerakan Kenma tanpa menolehkan kepala.

"Begitu bersemangat untuk menyantap hidangan lain, huh?"

"Begitu bersemangat untuk menyantap hidangan lain, huh?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kirei Na Oiran • KurokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang