17. P3Y

95 15 0
                                    

Suara pintu yang di buka dengan kasar dan tergesa-gesa membuat seisi siluman kucing yang ada di sana menoleh ke sumber suara.

Tatapan heran sekaligus bertanya-tanya mereka berikan pada Kuroo yang tengah berdiri di ambang pintu rumah kepala desa dengan nafas yang tak beraturan.

"Yaku! Di mana Yaku berada!"

Suara paraunya menggema di setiap sudut ruangan, dengan mengabaikan pandangan heran yang tertuju padanya Kuroo mengambil langkah lebar-lebar untuk menyusuri kediaman kepala desa.

Tanpa tahu malu, Kuroo membuka pintu yang ada di setiap rumah kepala desa dengan kasar. Mengecek dengan cepat di mana keberadaan orang yang sejak tadi namanya ia sebut dengan lantang, Yaku.

"Ada apa denganmu, kenapa kau membuat ribut pagi-pagi buta seperti ini?"

Telinga Kuroo sedikit bergerak-gerak ketika mendengar suara lembut yang di bumbui sedikit nada kesal. Dengan satu gerakan cepat, Kuroo membalikkan badannya dan di dapatinya sosok siluman kucing dengan surai coklat muda yang jauh lebih pendek darinya, tak lain dan tak bukan adalah orang yang ia sebut-sebut sedari tadi, Yaku.

Menyaksikan Yaku yang berjarak kurang lebih dua meter darinya, Kuroo pun segera melangkahkan kakinya lebar-lebar agar dirinya segera mencapai Yaku.

Sang empu yang di dekati dengan cepat dan agresif tentu saja merasa terkejut. Salah satu alisnya terangkat dengan heran ketika satu kakinya ia gerakan ke belakang sebagai bentuk antisipasi atas tindakan yang akan terjadi.

"Hey ada apa de-"

"Pergilah ke rumah ku!" Kuroo menyela perkataan Yaku saat dia telah berdiri tegap di hadapannya.

Tubuh Kuroo yang menjulang tinggi di hadapan Yaku hanya membuat perbedaan mereka semakin jelas. Tangan kekar milik Kuro, kini berada di pundak Yaku. Mencengkeramnya dengan kuat dan menahan Yaku untuk menjauh darinya.

Permintaan tiba-tiba yang di berikan oleh Kuroo membuat raut heran semakin terlihat jelas di wajah Yaku.

"Hah?! Ada apa denganmu! Berhentilah meminta hal tak berguna seperti itu!" Yaku menolak permintaan tak masuk akal itu tanpa pikir panjang.

Tangannya ia gerakan untuk menyingkirkan tangan Kuroo yang senantiasa di bahunya. Namun, alih-alih dapat menyingkirkannya, ia malah merasakan Kuroo mempererat cengkeramannya. Seperti berniat untuk menghancurkan bahu Yaku.

Rintihan kecil keluar dari bibirnya ketika dirinya merasakan Kuroo mempererat cengkeramannya. Dengan kesal, dia mendongak untuk menatap Kuroo. Siap untuk melayangkan protes dan memakinya.

Tapi, niat Yaku menghilang ketika dia menyaksikan ekspresi bingung dan khawatir tergambar jelas di wajah Kuroo. Netra hitamnya yang tajam kini tampak kesulitan untuk menahan keinginannya sendiri.

"Datang saja ke rumah ku!" Kuroo kembali berkata dengan nada yang jauh lebih tak sabar dari sebelumnya.

Yaku sedikit tak nyaman dengan perilaku Kuroo saat ini. "Baik baik, aku akan datang ke rumah mu!" Yaku mengatakannya dengan cepat. Menolak apa yang Kuroo inginkan saat ini tak menyelesaikan masalah.

Lagi pula Yaku yakin, dia akan terus memaksanya.

Setelah Yaku mengiyakan apa yang Kuroo inginkan, tangan Kuroo perlahan lepas dan terkepal kuat di sisi tubuhnya. Namun tak ada sedikit pun ekspresi kelegaan di sana.

"Tapi beritahu aku alasan kenapa aku harus ke rumah mu!"

Kuroo menggemeletuk 'kan giginya ketika Yaku kembali melontarkan kalimat yang menurutnya merepotkan. Dengan ekor yang semakin cepat berkibas dengan tak sabar di belakang punggungnya Kuroo menjawab.

"Ada seorang omega di rumahku!" mata Yaku sedikit membulat mendengar kalimat yang Kuroo lontarkan. "Dan dia sedang heat." kini, mata Yaku membola sempurna mendengar Kuroo menyelesaikan perkataannya.

"BODOH KENAPA BISA ADA SEORANG OMEGA DI RUMAH MU?!"

Yaku berteriak tepat di hadapan wajah Kuroo, matanya yang membelalak kini memancarkan rasa tak percaya sebelum dengan cepat dia pergi dari rumah kepala desa, berniat untuk segera menuju rumah Kuroo untuk menangani omega tersebut.

Kuroo tak merespon apapun saat dirinya diteriaki sedemikian rupa oleh Yaku, dia hanya memandang punggung Yaku yang mulai menghilang dari penglihatannya sebelum akhirnya teringat satu hal.

"JANGAN MENYENTUHNYA SEDIKIT PUN!!!" dia berteriak dengan kuat dengan harapan Yaku mendengar baik-baik peringatannya.

Kuroo mencoba menetralkan nafasnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri dan menghapus aroma milik Kenma yang masih melekat di indra penciumannya. Ekspresi Kenma, suara Kenma, bahu mulus Kenma—ugh...

"Tetsurou,"

Pikiran kotor Kuroo seketika tersapu bersih ketika mendengar suara kepala desa tepat di belakang punggungnya. Dengan sigap, dia memutar tubuhnya dan sedikit membungkuk untuk memberikan rasa hormatnya.

Kepala desa tersenyum menyaksikan tingkah Kuroo, tangannya menepuk bahu Kuroo dengan lembut ketika dia berkata.

"Kau berhutang cerita padaku untuk hal ini."

Kuroo berhenti membungkuk, dia kembali berdiri tegak sehingga membuat tangan kepala desa terjatuh bebas di sisi tubuhnya. Tanpa ragu, Kuroo menganggukkan kepalanya.

"Aku akan menceritakan keseluruhannya tepat ketika aku menyelesaikan misi, Yasufumi-sama."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kirei Na Oiran • KurokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang