09. Pergi Dari Yuukaku

99 16 2
                                    

Malaikat selalu diibaratkan mengenakan pakaian putih dan memiliki sayap bewarna putih. Mereka di percaya selalu melakukan hal kebajikan yang sangat jauh dari hal-hal bejat dan maksiat.

Namun, lelaki yang saat ini ada di hadapannya tak bewarna putih. Baik itu pakaian, sayap, dan hal-hal yang dia lakukan semuanya bewarna hitam pekat.

Iblis yang sedang menyamar, Kozume rasa kalimat itu cocok untuk menggambarkan Kuroo saat ini.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Kozume bertanya dengan tenang, mencoba untuk tidak begitu terpengaruh dengan kehadiran tiba-tiba lelaki itu.

Dengan tenang, Kuroo berhenti berjongkok. Kini ia berdiri tegak di hadapan Kozume. Seringai puas yang tadi menghiasi wajahnya kini menghilang, hanya ada wajah tenang tanpa ekspresi di sana.

"Aku baru saja ingin bernegosiasi denganmu," Kuroo menjawab sambil menatap sekelilingnya yang mulai di telan oleh api. "Tapi sepertinya itu tak bisa di lakukan, ya?"

Kozume menyipitkan matanya, sembilan ekornya berkibas dengan tenang di belakang punggungnya. "Ku kira negosiasi kita telah berakhir." ada nada tak senang yang tersirat jelas di dalamnya.

"Aku tak ingat kita pernah menyetujui hal itu."

Mata Kuroo sedikit menyipit saat ia menyadari ada sebongkah kayu berukuran besar yang perlahan bergerak turun tepat di atas kepala Kozume.

Dengan satu gerakan cepat, Kuroo menarik pergelangan tangannya. Membuat posisi Kozume menjadi bersandar pada jendela yang terbuka lebar sementara Kuroo melindunginya dengan tubuh kekar miliknya.

Netra hitam kucing itu memperhatikan kayu yang jatuh dengan kencang dan membuat api semakin menyala. Sesaat setelahnya dia melepaskan cengkeraman tangannya dari Kozume, memberikan sedikit jarak di antara mereka.

Kozume tak merespon apapun, masih sedikit terkejut karena peristiwa yang terjadi dengan cepat. Namun tangannya memegang tempat di mana Kuroo mencengkeramnya.

"3500," perkataan Kuroo yang tiba-tiba berhasil membuat Kenma menatapnya. Dapat di lihat olehnya, Kuroo mengeluarkan sebuah kantung berukuran besar dari yukata yang ia kenakan. "Aku akan melunasinya saat ini juga."

Dengan senyum kecil yang ada di wajahnya, ia menaruh kantung uang itu tepat di telapak tangan Kozume.

Hanya dengan memegangnya, Kozume tahu bahwa isi kantung tersebut adalah uang. Bahkan ia juga tahu apa maksud dari 'melunasi' yang Kuroo katakan.

"3500 adalah harga beberapa hari-"

"Karena uang itu ada di tanganmu, itu artinya kau menerimanya." Kuroo menyela kalimatnya dengan tenang saat dia mengambil satu langkah untuk mendekat pada Kozume.

Mata emas milik Kozume membulat mendengar keputusan sepihak yang Kuroo lontarkan. Ketika Kuroo mendekat, secara spontan dia menggerakkan kakinya ke belakang, tampak mencoba menjauh darinya saat dia menyadari bahwa punggungnya bersandar pada kusen jendela. Membuatnya tak memungkinkan untuk menjauh dari Kuroo.

Kuroo harus menahan dirinya untuk tidak menyeringai saat melihat Kozume yang berusaha menjauh darinya. Dengan satu gerakan halus dia segera mengangkat Kozume ke dalam gendongannya, menggendongnya ala bridal style dan melompat tinggi untuk keluar dari rumah bordil yang sebentar lagi akan menjadi abu.

Gerakan tiba-tiba itu membuat Kozume tersentak kaget, secara praktis dia menarik yukata yang Kuroo kenakan untuk mengantisipasi jika dirinya terjatuh.

"Aho no Bakeneko!!" Kozume mengeluarkan makian itu dengan cukup kuat di hadapan Kuroo yang saat ini tengah menggendongnya dan menyelamatkan nyawanya dari insiden yang baru saja terjadi.

Kirei Na Oiran • KurokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang