11. Pagi Harinya

99 15 0
                                    

Kuroo terbangun lebih dulu ketika matahari baru saja menunjukkan sinarnya, tanpa mengganggu Kozume yang tengah tertidur Kuroo berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Kenyataan bahwa dirinya di selimuti aroma minyak dan juga asap sungguh mengganggunya. Seharusnya dia melawan rasa malasnya dan mandi semalam. Bukannya malah langsung tertidur.

Kuroo menutup pintu kamar mandi, tak lupa untuk menguncinya. Dengan tenang dia melepaskan yukata yang terpasang rapih di tubuhnya lalu berjalan menuju shower yang terpasang rapih di salah satu sisi dinding kamar mandi.

Dia membiarkan air mengguyur tubuh telanjangnya, merasakan suhu dingin rintikan air tersebut ketika bertemu dengan kulitnya.

Kuroo memejamkan matanya menikmati sensasi air tersebut. Saat itu pikirannya melayang pada Kozume yang masih tertidur di kamarnya.

Sejujurnya, Kuroo tak tahu alasan jelas mengapa dia membawa Kozume kemari. Bahkan setelah ia pikir-pikir lagi membakar rumah bordil dan menculiknya adalah tindakan yang aneh dan di luar batas wajar.

"Aku tak ingin melepaskannya... Tapi aku tak tahu apa yang harus kulakukan dengannya." Kuroo berkata sambil mengusap wajahnya yang telah di basahi oleh air.

Dia kembali membuka matanya dan menatap dinding yang ada di hadapannya. Jika di lihat dari reaksinya semalam, ketika Kozume membungkus lehernya dengan ekor rubah miliknya. Kuroo dapat menarik kesimpulan bahwa dia adalah seorang omega, tepat seperti yang Lev katakan.

Meniduri sekaligus menandai Kozume sebagai miliknya adalah hal yang mudah bagi Kuroo. Jika Kuroo menginginkannya, dia bisa melakukan itu semalam.

Tapi yang menjadi masalah adalah, Kozume tak menginginkannya.

Meskipun dia bersikap memaksa Kuroo untuk melakukannya, tetapi Kuroo tahu bahwa itu bukanlah keinginannya. Dan Kuroo tak ingin melakukan hubungan intim secara sebelah pihak.

Dia membutuhkan sebuah respon yang dapat merangsang gairahnya, namun Kozume tak memberikan hal itu semalam.

"Aku mulai bertanya-tanya berapa banyak orang yang sudah menidurinya." Kuroo berkata pada dirinya sendiri ketika rasa penasarannya bergejolak.

Meskipun seperti itu, dia tampak memiliki pengalaman yang minim ketika di ranjang.

Haruskah Kuroo mengajarinya terlebih dahulu sebelum mereka melakukannya? Kuroo rasa tidak, yang ada harga diri Oiran cantik itu akan terluka akibat ulahnya.

Jadi, apa yang harus Kuroo lakukan?

"Aku ingin menidurinya, hanya saja aku tak ingin melakukannya ketika dia tak menginginkannya." Kuroo berkata sambil meraih sebotol sabun dan mulai mengoleskan sabun tersebut ke seluruh tubuhnya. "Kurasa aku harus berusaha lebih keras hingga dia menginginkannya."

Kuroo sedikit menyeringai saat itu sebelum akhirnya mengingat satu hal. "Oh ya," dia mendongak untuk membiarkan wajahnya terkena air secara langsung. "Dia sangat pandai menahan feromonnya."

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

Geraman tak senang yang penuh kekesalan menggema di kamar tidur dengan nuansa gelap yang saat ini Kozume tempati.

Hari masih sangat pagi, bahkan matahari baru memunculkan dirinya. Jendela yang masih tertutup membuat penerangan di ruangan tersebut sangat minim, hanya ada sinar matahari yang masuk melewati celah-celah ventilasi udara.

Kozume baru saja bangun, harus dia akui bahwa kasur ini sangat tidak nyaman untuk di buat tidur. Tetapi ada satu hal yang membuatnya kesal.

Ketika ia bangun, ia tak mendapati Kuroo di mana pun. Padahal perkiraannya adalah dirinya akan langsung mendapati Kuroo yang tertidur di sebelahnya. Dia masih memegang teguh harapan—kemungkinan yang terlintas di benaknya, Kuroo akan melakukan sesuatu ketika Kozume tertidur.

Kemungkinan itu tak terjadi.

Kozume sangat yakin akan hal itu. Kemungkinan yang terlintas di benaknya sama sekali tak terjadi. Hal ini di dukung oleh kenyataan bahwa uchikake yang ia kenakan masih terpasang rapih di tubuhnya. Bahkan bokong Kozume tak merasakan sakit sedikit pun. Oh jangan lupakan seprai yang masih bersih tanpa adanya jejak nektar manis yang seharusnya mereka hasilkan.

Garis bawahi, seharusnya.

Kesembilan ekor rubah miliknya berkibas dengan cepat dan kuat di belakang punggungnya, hampir menciptakan angin yang besar jika saja Kozume tak menenangkan dirinya.

Dia menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan, melakukan itu selama berulang kali hingga suasana hatinya jauh lebih baik.

"Bakaneko itu... Kenapa dia tak menggunakan ku?!"

Kozume, sebaiknya kau menahan perkataanmu. Kau malah terlihat seperti omega mesum yang sangat ingin di gunakan oleh lelaki yang kau panggil Bakaneko, lho.

Di saat dirinya tengah berpikir keras, suara ketukan pintu yang terdengar dari pintu utama rumah tersebut menggema di gendang telinganya.

Kozume tersentak dengan telinga rubah yang meninggi, ada sedikit kerutan yang penuh rasa keheranan di dahinya saat dirinya perlahan turun dari kasur dan menuju ke sumber suara.

Semakin dirinya mendekat, semakin dia bisa mendengar jelas suara ketukan pintu yang sangat tidak sabar itu. Tak lupa dengan suara lelaki asing yang berbicara tanpa henti.

"Kuroo buka pintunya! Kita harus kembali melaksanakan misi!"

Kozume sedikit menyipitkan matanya mendengar kalimat itu, ini bukanlah suara Kuroo. Fakta bahwa dia malah memanggil Kuroo membuat Kozume yakin bahwa dia adalah salah satu kenalan atau rekan Kuroo.

Dengan hati-hati Kozume meraih gagang pintu itu, perlahan dia memutar kunci yang tergantung cantik di sana sebelum akhirnya membuka pintu sedikit demi sedikit.

"Akhirnya kau membukanya, kau sangat lama sekali-"

Yang sejak tadi berbicara dan mengetuk pintu itu adalah Lev, salah satu rekan sesama siluman kucing seperti Kuroo yang sudah muncul pada chapter sebelumnya cerita ini.

Lev tak menyelesaikan kalimatnya ketika dia mendapati yang membukakan pintu untuknya bukanlah Kuroo, melainkan sesosok siluman rubah berekor sembilan bertubuh mungil.

Lev harus menundukkan kepalanya untuk melihat lebih jelas siapa sosok tersebut. Sosok yang tampak tak asing di matanya... Siluman rubah berekor sembilan... Ekor dan telinga rubah yang bewarna emas... Rambut sebahu yang sedikit berantakan... Lev seperti pernah melihatnya di suatu tempat.

"Ada yang bisa di bantu?"

Mata Lev membulat ketika dia menemukan jawaban atas semua rasa penasarannya.

"Ah! Oiran yang berada di distrik Yuukaku!!" Lev berkata dengan lantang, tak lupa tangannya yang menunjuk kearah Kozume seolah-olah dia baru saja menemukan sebuah benda antik yang sangat jarang di temui orang.

Ugh, kenapa para kucing ini sangat menyebalkan dan lancang?!

Ugh, kenapa para kucing ini sangat menyebalkan dan lancang?!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kirei Na Oiran • KurokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang