21. Menghadap Kepala Desa

80 13 3
                                    

Sehari sebelum siklus Kenma benar-benar berakhir, Kuroo mendapati dirinya sekali lagi menghadap sang kepala desa. Atmosfer di ruangan itu tampak cukup tegang dan tak nyaman.

Kini yang ada di dalam ruangan itu adalah Kuroo, Lev, dan juga Yasufumi. Dengan Kuroo dan Lev yang duduk bersebelahan dan tengah membungkuk sebagai rasa hormat pada sang kepala desa.

Setelah di rasa cukup, Kuroo mengangkat kepalanya dan kembali duduk dengan tegap. Kedua tangannya di biarkan tergeletak di atas paha saat netra hitamnya memandang Yasufumi dengan tatapan datar.

Kuroo sudah menerka-nerka apa alasan Yasufumi mencegahnya untuk segera pergi setelah selesai melaporkan misi. Mungkin, ia ingin membahas tentang rubah berekor sembilan yang kini berada di sarangnya.

Dengan seulas senyum kecil yang tergambar di wajahnya, Yasufumi mulai membuka suara. "Sepasang omega dan alpha yang belum saling memiliki mate tetapi tinggal bersamaan, kita semua tahu seberapa bahayanya hal itu bagi satu sama lain."

Kuroo tak terganggu dengan apa yang Yasufumi katakan, lagi pula yang ia katakan adalah hal yang benar.

"Yaku memberitahu bahwa omega ini bernama Kozume, benar?"

Kuroo menganggukkan kepalanya sedikit mendengar pertanyaan itu, Kenma nampaknya masih menggunakan nama samarannya untuk memperkenalkan diri pada orang lain.

"Ya, itu benar."

Ekor kucing Yasufumi bergerak-gerak di balik punggungnya ketika mendengar Kuroo mengkonfirmasi perkataannya.

"Ini bukan sebuah kebetulan, aku yakin kau adalah dalang di balik semua ini, bukan begitu Tetsurou?" ini bukanlah sebuah pertanyaan, melainkan sebuah tuduhan.

"Hal apa yang sebenarnya sedang kita bahas ini, Yasufumi-sama." Kuroo mencoba untuk membuat Yasufumi mengucapkan secara langsung apa yang ingin ia ketahui.

Jauh di dalam diri Kuroo, dia tahu apa yang Yasufumi maksud. Pasti, ini mengarah pada kebakaran rumah bordil Lumariana. Kabar itu telah menyebar sangat cepat dan sialnya sampai pada telinga sang kepala desa.

Tawa lembut keluar dari bibir Yasufumi selama beberapa saat sebelum akhirnya terhenti, "Kau mengetahuinya, Tetsurou." dia melemparkan senyum kecil yang membuat matanya membentuk bulan sabit. "Ini tentang kebakaran yang terjadi di salah satu rumah bordil terkenal yang ada di distrik Yuukaku. Rumah bordil Lumariana."

Wajah Kuroo masih tak berekspresi ketika mendengar apa yang Yasufumi katakan sesuai dugaannya. Saat ini dia tengah merangkai beberapa kata dalam benaknya untuk memberikan jawaban yang tepat.

Ketika dirinya sedang berpikir, tiba-tiba saja suara polos dengan kalimat yang hanya memperburuk keadaan ikut masuk ke dalam pembicaraan yang tengah di lakukan.

"Ah, itu tempat Oiran cantik yang ada di rumah Kuroo berasal!!" kalimat yang Lev lontarkan berhasil membuat atensi Yasufumi teralih padanya, sementara Kuroo harus menahan diri untuk tidak memukul rekan kerjanya ini di hadapan kepala desa.

"Oh, kau mengetahuinya Lev?" Yasufumi bertanya dengan nada tenang dan lembutnya, bahkan senyum kecil tak kunjung pudar di wajahnya.

Lev menganggukkan kepalanya dengan ringan, "Ya, awalnya aku terkejut karena Oiran itu ada di rumah Kuroo. Tapi ketika Kuroo mengatakan Oiran adalah calon istrinya rasa terkejut ku akhirnya menghilang!" Lev memberitahukan dengan santai semuanya kepada kepala desa, bahkan omong kosong yang Kuroo lontarkan tentang dirinya dan Kenma yang akan segera menikah.

Mata Yasufumi sedikit menyipit mendengar semua perkataan Lev. Samar tampak ada kilatan tak senang yang di penuhi dengan rasa penasaran.

"Calon istri?" Yasufumi mengulangi dua kata itu dengan sedikit skeptis.

Lev menganggukkan kepalanya sekali lagi, kali ini sedikit lebih bersemangat. "Ya, Kuroo berkata dia akan segera menikah!! Dan Oiran itu adalah calonnya!!!" Lev tampak sangat senang ketika mengatakan kalimat yang tanpa ia sadari hanya menimbulkan bencana.

Kuroo melirik Lev dari ekor matanya. Anak itu tampak sangat polos dan tak bisa membaca suasana, ketika pertemuan ini berakhir Kuroo bersumpah akan memberinya pelajaran.

"Eh... Menikah, ya?" Yasufumi berkata pada dirinya sendiri, netranya melayang untuk menatap langit-langit ruangan seolah tengah memikirkan suatu hal.

Kuroo masih dapat mendengar apa yang Yasufumi katakan pada dirinya sendiri. Pembicaraan ini menjadi lebih rumit dari apa yang Kuroo kira.

"Itu agak terlalu sulit di lakukan," Yasufumi kembali berkata dengan lembut. Matanya kembali menatap Kuroo dengan tenang saat bibirnya kembali tergerak mengeluarkan beberapa patah kata. "Habisnya, aku takkan menyetujui apa yang akan kau lakukan."

Mata Kuroo menyipit mendengar kalimat yang Yasufumi lontarkan. Jauh di lubuk hatinya Kuroo mengetahui bahwa menjalin hubungan dengan rubah seperti Kenma adalah hal tabu yang tak seharusnya dia lakukan. Tetapi, mendengar Yasufumi menolak mentah-mentah omong kosong yang dilontarkan membuat rasa tak senang muncul di dalam dirinya.

Kuroo harus menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan untuk menenangkan emosinya. Bagaimana pun, dia sedang berada di hadapan kepala desa, pemegang kekuasaan tertinggi di tanah yang ia pijak. Dia tak boleh melakukan hal sembrono yang dapat memicu Yasufumi untuk menyebarkan keberadaan rubah yang ia bawa ke dalam sarang mereka.

"Yasufumi-sama," suara bariton milik Kuroo mulai menggema di ruangan itu, matanya berhenti menyipit dan malah memandang Yasufumi dengan datar.

Ah, sangat menyebalkan melihat senyum tipis dengan banyak arti yang kini terukir di wajah Yasufumi.

"Aku sangat berterimakasih karena kau sangat mengkhawatirkan ku seolah-olah aku adalah putramu sendiri." kedua tangannya yang sejak tadi bertumpu di paha dengan tenang, kini memberikan remasan lembut pada yukata yang melekat di tubuhnya. "Tapi Yasufumi-sama, kau tak perlu bertindak sejauh ini. Aku bisa memilih pasangan hidupku sendiri tanpa campur tanganmu."

Kuroo tak begitu mengerti apa yang dirinya katakan. Padahal dia tahu bahwa kalimat, "Menikahi Oiran," hanyalah omong kosong belaka yang ia lontarkan sejak awal.

Meskipun demikian, ada sedikit bagian di dalam dirinya yang tak bisa menerima 'omong kosong' itu di tolak secara mentah-mentah oleh sang kepala desa.

Kuroo membiarkan sudut bibirnya sedikit terangkat, menampilkan senyum kecil yang tak ada sedikit pun kehangatan di dalamnya.

"Aku tak memerlukan izin darimu untuk menikahi siluman rubah ini, Yasufumi-sama."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kirei Na Oiran • KurokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang