In The Middle of The City

11 2 0
                                    

Aku pernah punya bayangan soal bahagianya memiliki kisah romansa yang indah. Ada seorang lelaki yang selalu kubayangkan sebagai sosok yang kuidam-idamkan. Kami bertemu empat tahun yang lalu. Dia adalah salah satu kakak kelas yang ikut dalam kegiatan pramuka sekolahku.

Aku tidak bisa mendeskripsikan dia secara tepat, setidaknya untuk menjadikannya indah di mata kalian. Bagaimanapun, menurutku sudah sempurna. Dia manis, punya senyum yang hangat, selalu berjalan dengan penuh kebanggaan, dan luwes berbicara kepada siapapun. Semua guru pun suka padanya. Aku juga. Banyak cewek pun juga. Itu sebabnya, aku berusaha menahan diri supaya tidak mengungkapkan perasaanku. Voila, aku bisa memendamnya untuk tiga tahun. Dan di tahun itu, aku memutuskan untuk mengungkapkannya karena sudah tidak tahan lagi. Setelah masuk ke dunia perkuliahan, aku selalu merasa dadaku sesak. Setiap kali seseorang membahas soal cinta, pikiranku langsung tertuju pada orang itu. Semakin hari, sesaknya bertambah.

Di suatu hari, ketika jam istirahat pertama hampir habis, aku memutuskan untuk membuka kontaknya. Terakhir kali kami berbalas pesan adalah enam bulan lalu. Dia menawariku untuk bergabung ke dalam organisasi sosial yang diikutinya. Dan setelah itu, aku tak berani mengirimkan pesan apapun padanya. Akhirnya kuberanikan diri untuk mengungkapkannya. Aku tidak berharap lebih. Sesuai dugaanku, dia hanya menjawab:

"Terima kasih, semangat ya."

Jujur saja aku tak paham arti kata semangat itu.

Tidak apa. Toh, aku juga tak merasakan sesuatu yang menyesakkan seperti saat cinta ditolak. Aku biasa saja. Hari itu aku masih bisa tertawa, memikirkan program kerja, dan berdiskusi dalam kelompok. Hanya saja, aku selalu terbayang-bayang dengan kata semangat yang ia lontarkan.

Ah, mungkin saja tak tahu harus membalas apa makanya mengirimkan itu. Atau... semangat melupakan dia?

Namun ya sudahlah, memang bukan maksudku untuk ke ranah menjalin hubungan. Terus menerus aku menjaga perasaan itu tetap hidup di dalam hatiku—sesesak apapun isinya, pasti akan selalu ada namanya. Setiap karya yang aku ciptakan, selalu diisi dengan dia. Baik tentang tokoh, kisah, atau perasaan menggebu-gebu yang kerap kali muncul tak kenal waktu.

Aku masih sering menyelipkan dia dalam karyaku sampai saat ini. Meskipun sulit untuk sampai di tangannya, aku hanya ingin semua orang tahu bahwa karyaku diwarnai dengan cinta dan perasaan. Tak pernah sekalipun kutorehkan kekosongan di atasnya. Sekalipun untuk saat ini tak semua orang di dunia tahu, aku masih percaya ia akan menjadi orang pertama yang menorehkan tangis di atas karyaku.

Sepoi-sepoi angin membawaku kembali kepada realita. Tak banyak yang berlalu lalang hari ini. Kota sedang sepi. Dari keheningan yang berusaha mendekapku malam ini, aku merasakan getaran notifikasi dari ponselku. Layar ponselku menyala. Sejujurnya aku tak ingin mencari tahu notifikasi yang masuk baru saja. Namun pandanganku tak sengaja membaca namanya, mengirimkan pesan kepadaku, dan diikuti dengan dua pesan bertulis:

"Happy birthday, sehat selalu ya!"
"Bagaimana kabarmu sekarang?"

Cinta Tak Selamanya AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang