Jeha tidak menyukai fakta bahwa dia harus ikut masuk ke gedung di mana Esa Julian biasa menghabiskan waktunya sehari-hari. Gadis itu berkali-kali harus mengumpat dalam hati karena lagi-lagi harus berurusan dengan cowok menyebalkan ini. Namun, saat dia baru saja menginjakkan kaki di gedung agensi yang menaungi Esa Julian, saat dirinya melihat wajah tak asing di layar proyektor besar di depan sana, hatinya langsung menjerit heboh. Sejak tadi dia hanya sibuk merutuki kesialannya karena lagi-lagi harus berurusan dengan Esa, tapi melupakan satu fakta bahwa Esa Julian dan Gentala Haidar berada dalam satu naungan agensi yang sama.
Jeha menghentikan langkahnya. Matanya berbinar saat menatap wajah tampan Gentala Haidar di layar proyektor besar. Menyadari gadis baristanya tak kunjung mengikuti langkahnya, Esa pun menoleh. Dia tersenyum dan rela mundur beberapa langkah lagi, tepat di mana gadis itu kini berdiri.
"Kamu ngapain? Ayo ikut saya. Kita obati dulu luka kamu."
"Genta ada di sini nggak?" Jeha mengabaikan ucapan Esa. Matanya berbinar saat menanyakan sang idola kepada laki-laki di depannya ini. Kadang-kadang, Jeha memang suka lupa kalau Esa juga artis yang sama populernya seperti Genta.
"Kan saya udah bilang kalau Genta ada di manajemen yang sama dengan saya."
"Bukan. Kalau itu mah gue udah tahu," katanya. "Maksud gue, hari ini Genta ada di sini nggak? Di agensi?" bisiknya sambil melirik ke kiri dan kanan.
Keadaan saat ini memang sedang tidak ramai, tapi Jeha takut kalau disebut sebagai penguntitnya Genta atau semacamnya. Apalagi dia bukanlah seorang artis, staff, atau orang lain yang punya kepentingan khusus untuk masuk ke gedung ini.
Esa mengangkat bahunya dengan santai. "Saya nggak tahu."
"Ih, nggak asik lo mah!" Gadis itu mencebik sebal.
"Ayo, kita obati dulu dahi kamu. Nanti tambah besar loh benjolnya," ucap Esa sambil tertawa.
Jeha melotot sebal. "Diem." Tapi tak urung juga berjalan mengikuti langkah laki-laki jangkung itu.
Sebenarnya ini pengalaman pertama sekaligus luar biasa karena akhirnya Jeha bisa masuk ke gedung mewah ini. Dulu dia hanya bisa lewat atau berhenti di depan gedungnya saja sambil berharap kalau bisa melihat Genta keluar gedung secara tidak sengaja. Karena layaknya gedung-gedung penting lainnya, gedung ini pun tidak sembarang orang boleh memasukinya. Bahkan para artisnya pun memiliki kartu tersendiri yang digunakan sebagai akses untuk masuk. Itulah yang dilihatnya saat Esa sedang memindai ID Card-nya sebagai akses masuk tadi. Dan 'tiket masuk' Jeha ke gedung ini adalah selebriti di depannya ini.
Esa terus berjalan, dan Jeha terus membuntuti. Esa masuk lift menuju ke lantai empat, Jeha tetap membuntuti. Sampai akhirnya mereka tiba di ujung lorong lantai ini, tepat di depan sebuah ruangan kecil yang diperkirakan Jeha sebagai studio musik milik Esa.
Setelah menekan beberapa nomor untuk membuka akses pintu, Esa pun mempersilakan Jeha untuk masuk. Ada perasaan ragu dan was-was saat Jeha mulai menginjakkan kaki di ruangan bernuansa vintage tersebut. Di luar dugaan, studio musik milik laki-laki ini justru jauh dari kata berantakan. Seluruh barang-barangnya tertata dengan rapi. Ruangan ini memang tidak begitu luas, mungkin sekitar dua kali ukuran kamar kos Jeha, tapi karena penataannya yang sangat rapi, rasanya ruangan ini jadi terlihat lebih luas dari ukuran seharusnya.
Saat memasuki ruangan, di dinding sisi kanan, tergantung sebuah lukisan bunga yang terlihat sangat cantik. Di bawahnya bersandar sebuah gitar dan satu set keyboard lengkap dengan segala perintilan yang biasanya diperlukan komposer untuk membuat lagu. Jeha sendiri pun kurang tahu apa saja nama benda-benda tersebut, kecuali sebuah komputer yang teronggok bisu di atas meja. Lalu di tengah ruangan terdapat sofa kecil yang kira-kira hanya muat untuk diduduki oleh dua orang dewasa saja, beserta dengan sebuah meja kaca di depannya. Di dinding belakang, juga digantung beberapa lukisan sederhana. Jeha cukup mengagumi bagaimana laki-laki ini menata ruangannya sehingga bisa terlihat sangat aesthetic.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Come Around Me
RomanceJeha hanyalah gadis biasa seperti pada umumnya, yang juga suka menghayal memiliki pasangan hampir sempurna seperti idolanya. Namun, bukannya bertemu dengan sosok sang idola Gentala Haidar seperti yang ada dalam khayalannya, ia malah terjerat dalam k...