"Kamu TikTokers Damian Setiaji itu, kan?" ulangnya dengan mata yang berbinar-binar.
Kalau tidak salah Jeha memang sering sekali melihat laki-laki di depannya ini muncul di beranda TikTok-nya. Dan dia benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan Damian di sini, padahal biasanya hanya bisa melihatnya di ponsel saja. Maka tidak heran kalau saat ini Jeha heboh sendiri melihat Damian tengah berdiri di ambang pintu dengan wajah kebingungannya. Mungkin dia lupa kalau sejak tadi memang sedang berada di gudangnya para selebriti terkenal. Jadi seharusnya wajar-wajar saja kalau dia bisa bertemu dengan Damian di sini.
Damian tersenyum dan mengangguk dengan sopan sebagai jawaban. Matanya melirik kepada Esa seperti hendak bertanya, "Dia siapa sih?"
Esa tersenyum singkat, lalu ikut berdiri. "Kenalin Dam, ini Jeha. Zoya Jihan Sarala."
Demi mendengar nama "sakral" itu, Damian langsung membulatkan mulutnya, mengangguk-angguk sok tahu sambil berusaha menahan senyumnya. Sedetik kemudian Esa dan Damian sudah heboh saling melemparkan kode rahasia lewat tatapan mata. Seolah-olah Damian berkata, "Ini ya cewek yang lo ceritain waktu itu?" lalu Esa menjawabnya dengan seruan bersemangat, "Iya!"
"Kenalin, gue Damian Setiaji."
Meskipun dia tahu bahwa Jeha sudah mengenalnya, tapi pria ini tetap mengulurkan tangan kanannya dengan sopan kepada Jeha. Anggap saja ini perkenalan mereka secara resmi. Ragu-ragu Jeha pun membalas uluran tangan selebriti itu. Mimpi apa dia semalam sampai bisa berjabat tangan dan berkenalan dengan Damian Setiaji?
"Jeha," balasnya sumringah. Damian terkekeh melihat eskpresi bahagia dari wajah gadis itu.
Esa langsung meliriknya dengan tatapan iri. "Kamu bisa kenal Genta sama Damian, tapi kok nggak kenal sama saya, sih? Kamu juga nggak pernah tuh natap saya excited banget kayak lagi natap Damian gini."
"Lo siapa?" ujar Jeha sinis.
Damian langsung tertawa. Satu, untuk cara bicara Esa yang entah kenapa tiba-tiba berubah lembut dan jadi terdengar menggelikan di telinganya. Dan dua, untuk Esa yang benar-benar tidak ada harga dirinya sebagai seorang artis di depan gadis ini.
"Oh iya, gue ke sini tuh mau nunjukin ini," ujar Damian memutuskan perdebatan Esa dan Jeha. Dia segera mengambil ponselnya dari saku, tangannya gesit mengetikkan sesuatu di atas layar. "Lo udah tahu belum kalau nama lo trending di Twitter, Sa? Katanya lo bawa kabur perempuan di mall. Heboh banget ini."
Esa segera meraih ponsel itu dari tangan temannya. Setelah menelepon Mas Alvin saat di taksi tadi, dia sama sekali belum membuka ponsel ataupun sosial medianya lagi. Maka matanya langsung membaca dengan cepat cuitan-cuitan yang dikirimkan oleh para netizen. Sebagian besar mempertanyakan siapakah wanita itu sampai-sampai Esa membawanya pergi dari kerumunan.
"Itu beneran?"
Esa yang masih fokus membaca cuitan warga Twitter pun langsung menghela napas. Jeha yang sempat mengintip sedikit juga ikut terkejut saat melihat satu video yang menampakkan dirinya ditarik Esa menjauh dari kerumunan penggemarnya di mal tadi.
"Bener. Nih, orangnya," jawabnya santai sambil menunjuk Jeha dengan dagunya.
"Hah?"
Damian langsung mengambil alih ponselnya guna memastikan apakah benar gadis itu adalah Jeha. Nyatanya, pakaian gadis di video yang tidak begitu terlihat jelas wajahnya itu memang sama dengan pakaian yang saat ini digunakan oleh Jeha. Setelan kaos putih polos berbalut cardigan cokelat dengan celana jinsnya itu memang terlihat sama persis.
"Lo ngapain sampai narik-narik Jeha begini, Sa?"
"Keadaannya chaos banget tadi. Jeha aja sampai kejedot tembok mall. Liat tuh jidatnya," kata Esa sambil menoleh kepada Jeha. Sedang yang ditunjuk refleks mengelus benjolan di dahi kanannya yang kini sudah sedikit membaik. "Kalau nggak buru-buru gue tarik menjauh, keadaannya bisa aja malah makin kacau," lanjut Esa.
Damian menggangguk-angguk tanda setuju. Sebagai seorang publik figur, mereka sudah terlatih dan sangat terbiasa menghadapi kehebohan fans seperti ini. Dan solusi terbaiknya adalah buru-buru kabur dan menjauh dari kerumunan sebelum keadaan jadi lebih kacau lagi.
"Tapi lo nggak pa-pa kan, Je?" tanya Damian dengan ekspresi yang agak ngeri ketika melihat benjol di dahi kanan Jeha.
Jeha mengangguk. "Udah jauh lebih baik kok."
Kali ini Jeha sudah tidak seheboh tadi di depan Damian. Mulai sekarang sepertinya dia memang harus membiasakan diri karena bisa saja secara tiba-tiba dia akan bertemu dengan artis-artis lainnya di gedung ini. Dan dia sangat berharap kalau salah satu artis itu adalah Gentala Haidar.
"Syukur lah," katanya. "Lagian ngeri banget fans lo, Sa."
"Emang." Bukan Esa yang menyahut, tapi Jeha. Sepertinya gadis itu masih kesal lantaran fans Esa lah yang menyebabkan dahinya bisa sampai benjol seperti ini.
Esa dan Damian hanya tertawa melihat reaksi sebalnya Jeha. Sekarang Damian jadi tahu kenapa Esa bisa naksir dengan perempuan ini. Jeha benar-benar perempuan yang unik dan menarik. Dan pertemuan singkat ini langsung mengubah penilaian buruknya tentang Jeha dalam sekejap.
"Eh, tapi ini jadi rame banget kayak gini, nanti jadi masalah nggak?" ujar Jeha khawatir. Dia benar-benar tidak mau terlibat skandal atau hal apa pun yang tidak mengenakan dengan selebriti ini.
"Santai. Besok-lusa juga pasti udah reda gosipnya."
Jeha menghembuskan napas lega. "Syukur deh. Untung muka gue nggak keliatan di video itu."
"Tapi gue jadi kepo, kalau dilihat-lihat lo pasti bukan penggemarnya Esa. Terus ngapain lo ikut ngerumunin Esa di mall tadi?"
Damian tak mungkin berkata kalau dia sudah tahu Jeha adalah cewek gila yang pernah menuduh Esa sebagai pembunuh dan penguntit, jadi dia berusaha menyusun kalimatnya sehati-hati mungkin agar perempuan itu tidak curiga.
Jeha sebenarnya malas untuk menjelaskannya, tapi demi nama baiknya, maka dia rela mengulang kembali detail kejadian menyebalkan pagi tadi.
"Gue tadi kan habis beli buku—ASTAGA BUKU-BUKU GUE DI MANA, ESA???"
Belum sempat menyelesaikan penjelasannya, tiba-tiba Jeha teringat dengan buku-bukunya yang tadi masih berserakan di lantai mal dan belum sempat dibereskan karena sudah buru-buru ditarik oleh Esa. Sedangkan Esa yang sama sekali tidak tahu-menahu soal buku yang dimaksud Jeha, hanya menggeleng kebingungan.
"Buku apa?"
"Gue tadi kan habis beli buku sebelum ketemu lo, sebelum disenggol fans lo itu. Banyak banget, Esa. Ada dua kantong besar. Di mana buku-buku gue?"
Esa langsung teringat dengan kantong-kantong yang tadi dibawa oleh Jeha, dan baru tahu kalau itu berisi buku. Kejadian tadi terjadi begitu cepat sampai Esa tidak menyadari bahwa barang yang dibawa gadis itu jatuh berserakan dan lupa diamankan. Damian hanya memperhatikan keduanya dengan tatapan kebingungan karena dia sama sekali tidak tahu menahu soal buku-buku itu dan cerita lengkap di mal tadi selain tragedi Jeha kejedot tembok.
"Kayaknya masih di sana deh. Tadi kan belum sempet diberesin, tapi lo udah narik gue pergi," lanjut Jeha. "Gue nggak mau tahu ya, lo harus tanggung jawab, lo harus nyari tuh buku-buku gue."
Kali ini Esa ikut merasa panik. "Kita beli lagi aja, ya? Karena kalau masih berserakan di lantai, kemungkinan udah diambil sama orang-orang di sana tadi."
"Nggak. Gue mau buku-buku gue yang tadi. Buku itu gue beli pakai uang yang seharusnya dipakai buat beli tiketnya Genta. Gue bahkan belinya sampai berjam-jam," ujarnya keukeuh.
Esa mengehela napas. Seharusnya dia tahu betapa ribet dan keras kepalanya gadis baristanya ini.
***
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Come Around Me
RomanceJeha hanyalah gadis biasa seperti pada umumnya, yang juga suka menghayal memiliki pasangan hampir sempurna seperti idolanya. Namun, bukannya bertemu dengan sosok sang idola Gentala Haidar seperti yang ada dalam khayalannya, ia malah terjerat dalam k...