"CAKRA TUNGGUUU!" teriaknya heboh sambil berlarian mengejar cowok itu. Yang dipanggil langsung menoleh dan kaget saat tiba-tiba mendengar suara Jeha yang menggelegar di sepanjang koridor jurusan.
"Kenapa sih harus lari-larian? Kayak anak kecil aja."
Jeha mendengus. "Iya deh, si paling dewasa."
Cakra melengos saja. "Lo kemarin ketemu Esa?" todongnya dengan nada bicara yang cukup mengintimidasi.
"Kok... lo tahu? Padahal gue belum ngomong."
Cakra memutar kedua bola matanya dengan sebal. "Lo dibawa ke mana sama dia?"
Cakra bukan tipe yang update tentang berita-berita soal selebriti. Namun, saat pagi tadi Mada mengirimkan link video dari Twitter, beserta keterangan singkat yang berbunyi, "Ini Jeha bukan sih, Cak? Soalnya dari outfit-nya kayak Jeha banget" matanya yang awalnya masih setengah mengantuk langsung terbuka lebar, sekadar untuk memastikan kebenaran berita tersebut.
"Dibawa ke studionya," balasnya sambil menyengir lebar. Melihat Cakra hanya mengernyitkan kening tanda meminta penjelasan lebih lanjut, Jeha buru-buru menambahi, "Panjang ceritanya tuh. Intinya, karena gue kejedot tembok mall gara-gara ke dorong fans-nya—"
"Hah? Lo kejedot tembok? Mana yang sakit? Ada yang luka nggak?"
Belum selesai Jeha bercerita, Cakra langsung menyahut dengan panik. Bahkan laki-laki itu langsung menghentikan langkahnya, lalu buru-buru menangkup wajah gadis itu dengan kedua telapak tangannya guna memastikan bagian mana dari kepalanya yang terluka.
"Nggak pa-pa, Cakra. Cuma benjol dikit aja. Nih, di sini," ucap Jeha sambil menyibak poni tipisnya untuk menunjukkan benjolan yang sudah lebih mengecil dari kemarin.
"Udah diobatin belum?"
"Udah, kok. Kemarin gue dibawa ke studionya Esa buat diobatin—err... diolesin salep doang maksudnya. Terus lo tahu nggak? Di sana gue ketemu sama Damian Setiaji, Cak!"
"Masih sakit?" tanya Cakra khawatir. Dia tidak peduli soal ucapan gadis ini yang bilang telah bertemu dengan Damian atau siapalah itu. Yang terpenting saat ini adalah memastikan bahwa keadaan Jeha benar-benar baik-baik saja.
"Dibilang udah enggak. Tinggal nunggu kempes aja benjolnya. Udah nggak sakit. Nih, lihat," katanya sambil menekan pelan benjolan di dahinya guna meyakinkan Cakra.
"Jangan diteken-teken kayak gitu, Jeha."
"Udah nggak sakit tahu, Cak. Beneran," katanya sambil mengangkat jari telunjuk dan tengah hingga membentuk huruf 'V'.
"Terserah."
"Yeu... ngambekan kayak cewek," cibir Jeha.
Entah hanya perasaan Jeha saja atau memang akhir-akhir ini Cakra jadi lebih sensi. Meskipun aslinya Cakra itu memang sensian, tapi akhir-akhir ini dia terlihat jauh lebih sensi dari biasanya.
"Eh, tapi kok lo bisa tahu sih kalau gue pergi sama Esa?" tanya Jeha saat keduanya sudah melanjutkan langkah.
"Kayaknya satu Indonesia juga tahu kalau kemarin pagi Esa Julian BAWA KABUR CEWEK di tengah kerumunan fans-nya," jawabnya sinis.
Kan, Cakra sensi lagi, batin Jeha.
Cakra sengaja menekankan tiga kalimat itu supaya Jeha paham betapa kesalnya ia saat melihat sahabatnya sampai dibawa ke studio milik selebriti yang baru dikenalnya tak kurang dari sepekan itu. Tapi bukannya sadar dengan hal itu, Jeha malah nyengir bodoh sebagai jawaban.
Dibalik cengiran bodohnya, Jeha tidak pernah tahu bahwa sejak pertama kali Cakra melihatnya mengucapkan nama selebriti itu dengan tatapan mata yang berbeda dari biasanya, dengan tatapan yang jauh lebih bersahabat, sejak itu pula Cakra langsung disergap oleh rasa khawatir. Khawatir kehilangan sesuatu yang tak pernah benar-benar menjadi miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Come Around Me
RomanceJeha hanyalah gadis biasa seperti pada umumnya, yang juga suka menghayal memiliki pasangan hampir sempurna seperti idolanya. Namun, bukannya bertemu dengan sosok sang idola Gentala Haidar seperti yang ada dalam khayalannya, ia malah terjerat dalam k...