"KENAPA LO NGGAK BILANG DARI AWAL SIH, JEHA??" pekik Adora setelah selesai mendengarkan penjelasan singkat Jeha mengenai "hubungannya" dengan Esa Julian.
Jeha refleks menutup kedua telinganya dengan telapak tangan. Dia jadi teringat tentang kata-kata Esa tempo lalu yang menyuruhnya untuk lebih memelankan suaranya karena terlalu bising di telinga lawan bicaranya. Jeha baru sadar kalau ternyata memang tidak enak jadi pendengar orang yang suaranya menggelengar seperti dia dan Adora.
"Gue udah bilang ya, tapi lo aja yang nggak percaya."
"Lo harusnya bilang dari awal, dari pertama kali lo ketemu Esa, jadi gue bisa lebih percaya lagi," gerutu Adora. "Kalau lo tiba-tiba bilang dikasih tiket gratis sama Esa kayak tadi mah mana ada orang yang mau percaya."
Jeha terkekeh. Andai saja orang yang ditemuinya adalah Genta, mungkin Jeha akan heboh menceritakannya kepada Adora, tapi karena yang tak sengaja ditemuinya adalah Esa Julian, apalagi Jeha sempat sebal sekali dengan cowok itu, ia rasa momen ini tidak terlalu spesial untuk dipamerkan.
"Tapi waktu lo ditawarin tiket VIP gratis yang pertama kalinya sama Esa dulu, kenapa nggak diambil? Harusnya langsung lo ambil aja, jadinya kan lo nggak perlu susah-susah war, Je. Buset dah, lo nggak memanfaatkan kesempatan dengan baik."
Jeha terkikik geli dalam hati. Andai saja Adora tahu bahwa selembar tiket VIP itu sudah ditukar dengan sesuatu yang jauh lebih berharga lagi, yaitu tiket untuk bisa bertemu dengan Genta di backstage. Dan seperti memperoleh keberuntungan dobel, kini Jeha bahkan kembali diberi oleh Esa tiket VIP konser itu secara gratis. What a beautiful life!
"Kan yang penting gue tetep dapet tiketnya sekarang."
"Berarti lo deket dong sama Esa?"
Jeha refleks mendelik. "Enggak."
"Enggak deket tapi sampai nge-follow IG lo ya, Je. Mana following doi cuma 47 termasuk lo. Sus banget," ejeknya.
Itu dia. Sejujurnya Jeha juga kaget karena Esa tiba-tiba saja mengikuti akun sosial medianya. Tapi dia harus tetap bersikap sok cool di depan Adora, biar tidak terlalu kentara noraknya.
"By the way, Esa aslinya kayak gimana, Je?"
Seolah sudah lupa dengan ucapannya dan wajah kesalnya yang menggebu-gebu, kini Adora tengah menunggu jawaban dari Jeha dengan senyum yang terukir lebar dan matanya yang berbinar-binar.
Jeha hanya mengangkat bahunya dengan santai, sambil berucap, "Biasa aja."
Hal itu sukses membuat Adora kembali kesal dan tidak terima. "Seorang Esa Julian lo bilang biasa aja???"
"Yaa... maksud gue, dia cuma kayak laki-laki biasa aja, Ra. Ganteng sih iya, suaranya juga bagus. Ya... kayak artis-artis pada umumnya gitu. Menurut gue emang nggak ada istimewa-istimewanya sama sekali," jelasnya. Kecuali tatapannya dan sikapnya ke gue waktu di studionya dulu, lanjutnya dalam hati.
"Wah, nggak beres mata lo, Je."
"Udah ah, nggak usah ngomongin Esa lagi. Gue mau pulang, mau ke kafe. Bye!" ucap Jeha sambil berdiri dari tempat duduk. Adora buru-buru membereskan barang-barangnya lalu mengikuti langkah Jeha.
"Kira-kira Esa bakal mampir ke kafe lagi nggak, Je?" ucapnya setelah berhasil mensejajari langkah kaki temannya itu.
"Mana gue tahu." Jeha mengangkat bahunya. "Tapi kata gue enggak sih. Artis kayak dia ngapain balik ke sana lagi coba? Paling-paling yang kemarin cuma nyasar doang."
"Sampai tiga kali ke sana masa nyasar? Sengaja itu mah," timpal Adora. Jeha tetap mengendikkan bahunya.
Adora langsung menepuk lengan kanan Jeha dengan semangat, membuat gadis itu mengelus dada karena kaget. "Gue mau ikut ke kafe, siapa tahu hari ini Esa ke sana lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Come Around Me
RomanceJeha hanyalah gadis biasa seperti pada umumnya, yang juga suka menghayal memiliki pasangan hampir sempurna seperti idolanya. Namun, bukannya bertemu dengan sosok sang idola Gentala Haidar seperti yang ada dalam khayalannya, ia malah terjerat dalam k...