Chapter 6 🥀

161 5 0
                                    

Sekeras apapun kamu berdoa jika yang dia mau bukan kamu, kamu bisa apa? ✨

✨ Sekeras apapun kamu berdoa jika yang dia mau bukan kamu, kamu bisa apa? ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 🥀


"Siapa yang mengatakan jika mbak Asha adalah santri baru?" Tanya Sarah dengan nada kesal karena bisa-bisanya mbaknya ini di sebut santri baru.

"Kata saya Ning, soalnya mukanya aja saya baru lihat." Jawab Amira dengan rasa tidak bersalah.

"SIAPA YANG BERANI-BERANINYA MENAMPAR ANAK SAYA?!" Terdengar teriak seseorang laki-laki yang sedang marah.

"Ayah sabar dulu, selesaikan dengan cara tenang jangan marah-marah gini." Ucap seorang perempuan paruh baya menenangkan suaminya yang ada di sebelahnya.

"Tapi Bun, Abang juga nggak akan sabar soalnya ini menyangkut tentang keluarga apalagi shila tiba-tiba di tampar." Ucap seseorang di samping orang tuanya.

"Ning Sarah, mereka siapa ya?" Tanya Amira pada Sarah yang masih memeluk Asha.

"Mereka orang tua dari mbak Asha." Jawab Sarah dengan tegas.

"OH JADI ANDA YANG BERANI-BERANINYA MENAMPAR ANAK SAYA?!" Ucap seorang laki-laki yaitu ayah dari Asha.

"Maaf pak ini anaknya?" Tanya Amira dengan muka pura-pura polosnya.

"YA INI ANAK SAYA." Jawab ayah Asha.

"Anak bapak melanggar peraturan pesantren ini pak dan saya memberikan tamparan itu hal yang setimpal." Ucap Amira menjelaskan kenapa ia menampar wajah Asha.

"Kamu tau? Anak saya bukanlah santriwati di sini! Anak saya sedang menjenguk adiknya dan pemilik pesantren ini adalah teman dekat masa sekolah saya dan istri saya." Ucapan ayah Asha membuat Amira kaget.

"Dan anda siapa berani-beraninya menampar anak saya dan membentak nya karena seumur hidup saya tidak pernah menampar atau membentak anak-anak saya, dan saya bisa saja mengeluarkan anda." Lanjut perkataan ayah Asha yang membuat Amira ketakutan.

"S-saya hanya seorang ustadzah yang di takuti oleh santri di sini dan tolong pak jangan mengeluarkan saya karena ini pekerjaan yang sangat saya sukai." Jawab Amira sembari menundukkan kepalanya ada rasa kesal takut dan rasa ingin balas dendam menjadi satu.

Dan kata kata terakhir tidak mau kehilangan pekerjaan itu hanya alibi sebenarnya dia hanya takut tidak bisa bertemu dengan Gus nya lagi yang tak lain tak bukan adalah Al-zaidan Arayyan brian Al-hasan karena dia sudah terobsesi.

"SEMUANYA BUBAR!" Instruksi dari seorang pria pada santrinya. Pria yang mata nya sudah merah karena sudah terlalu marah.

Semuanya pun bubar dan kembali ke tempat hafalan masing-masing dengan ustadz/ustadzahnya.

"Sarah bawa Asha ke rumah dan tenangkan dia dan ustadzah Amira ikut ke ruangan saya, Edgar kamu ikut dengan saya dan Nathan juga." Ucap laki-laki itu yang membuat orang yang di suruhnya melakukan tugasnya.

My Dosen My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang