Thornteeth I

174 85 1
                                    

Keesokan paginya, sinar matahari menembus jendela kecil mengenai wajah Aric, membangunkannya dari tidur lelap. Tubuhnya masih terasa lemah, tetapi luka-lukanya telah dirawat dengan baik berkat bantuan Lunar dan ibunya. Aric membuka matanya perlahan, mengedarkan pandangan ke sekitar ruangan dan melihat Lunar duduk di sudut kamar, menyiapkan beberapa ramuan.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Lunar dengan suara lembut saat melihat Aric bangun.

Aric mengangguk pelan, mencoba bangkit dari tempat tidur. "Aku merasa lebih baik. Terima kasih atas bantuanmu, Raia," katanya dengan suara serak. "Tapi aku harus cepat pergi dan mencari Thornteeth sebelum terlalu terlambat."

Lunar mengangguk, menyadari urgensi dalam suara Aric. "Aku mengerti. Terakhir kali aku melihat Thornteeth adalah di pasar kumuh beberapa hari yang lalu. Mungkin kau bisa mulai mencarinya di sana."

Aric mengangguk sekali lagi, segera bangkit dan mulai mengumpulkan barang-barangnya. Tanpa membuang waktu, dia bergegas keluar dari rumah, bertekad untuk melanjutkan misinya. Lunar mengikutinya ke pintu, memastikan dia bisa pergi dengan aman.

"Berhati-hatilah, Aric," kata Lunar sebelum Aric menghilang di balik tikungan jalan desa.

Setelah Aric pergi, Lunar kembali ke dalam rumah. Dia merapikan tempat yang telah digunakan oleh Aric, dan saat itulah dia melihat sebuah tas tertinggal di sudut kamar. Tas itu tampak berat dan penuh dengan barang-barang. Lunar membawanya ke meja dan membuka perlahan, penasaran dengan isinya.

Di dalam tas, Lunar menemukan beberapa benda penting seperti pisau, beberapa botol ramuan, dan selembar peta besar yang tergulung rapi. Dengan hati-hati, dia membuka peta tersebut di atas meja. Mata Lunar melebar saat dia melihat peta dunia yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Di peta, tertulis nama "Viamina."

"Viamina," gumam Lunar pada dirinya sendiri. "Jadi, ini nama planet ini."

Peta tersebut menggambarkan berbagai kerajaan dan kekaisaran, termasuk tiga kerajaan yang telah disebutkan sebelumnya: Dias, Ruby, dan Ronan, serta kekaisaran Crimson. Lunar mengamati lebih dekat wilayah tempat dia berada saat ini, di bawah yurisdiksi Kerajaan Dias yang terkenal dengan kota tentara bayaran.

 Lunar mengamati lebih dekat wilayah tempat dia berada saat ini, di bawah yurisdiksi Kerajaan Dias yang terkenal dengan kota tentara bayaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Peta itu juga menandai beberapa lokasi penting dan jalur perjalanan, memberikan gambaran yang lebih jelas tentang dunia baru ini. Lunar merasa sedikit lebih yakin dengan pengetahuannya yang baru tentang tempat ini.

Ketika Lunar mengamati peta lebih dalam, ibunya masuk ke dalam kamar. "Apa yang kau temukan, Raia?" tanya ibunya, melihat peta terbentang di atas meja.

Lunar menggulung peta itu dengan cepat dan menjawab sambil tersenyum, "Tidak ada, Ibu. Aku hanya melihat-lihat."

Ibunya mengangguk, terlihat puas dengan jawaban itu. "Baiklah. Pastikan kau siap membantu di kebun nanti."

Lunar mengangguk dan, dengan cepat dan hati-hati, menyembunyikan peta itu di dalam kamarnya. Dia tahu bahwa informasi dalam peta ini sangat berharga, dan dia ingin memastikan bahwa dia memiliki akses ke sana kapan pun dia membutuhkannya.

Hari itu, matahari bersinar terik di langit biru, memberikan cahaya dan kehangatan ke desa kecil tempat Lunar tinggal. Meski baru berusia sepuluh tahun, Lunar sudah menunjukkan ketekunan dan keuletan yang luar biasa. Dia membantu ibunya di kebun, membersihkan gulma, menyiram tanaman, dan memetik sayuran yang siap panen. Tangannya yang kecil dan lincah bekerja dengan rajin, tanpa mengeluh sedikit pun.

Waktu berlalu dengan cepat saat mereka bekerja bersama di bawah terik matahari. Meski tubuhnya kecil, semangat Lunar tidak pernah surut. Namun, di tengah-tengah kegiatannya, perasaan buruk mulai merayap dalam dirinya. Sensasi yang tidak asing mulai menyelimuti Lunar, membuatnya berhenti sejenak dan mengamati sekeliling dengan cemas.

Perasaan itu semakin kuat, seperti gelombang energi gelap yang mengalir melalui tubuhnya. Dia merasakan kehadiran yang jahat dan kuat, mirip dengan aura iblis yang pernah dia lawan di dunia lamanya. Lunar mencoba menenangkan dirinya, tetapi perasaan itu tidak bisa diabaikan.

"Raia, ada apa?" tanya ibunya, melihat putrinya yang tiba-tiba terdiam dan tampak gelisah.

Lunar menggigit bibirnya, berusaha menyembunyikan kekhawatirannya. "Tidak ada, Bu. Aku hanya merasa sedikit lelah."

Ibunya mengangguk, merasa khawatir tetapi tidak mendesak lebih jauh. "Kalau begitu, kita istirahat sejenak. Kita sudah bekerja cukup keras hari ini."

Namun, dalam hati Lunar tahu bahwa ini bukan hanya kelelahan. Energi iblis yang kuat itu semakin mendekat, dan dia merasa bahwa sumbernya ada di lokasi pasar yang didatangi Aric. Nalurinya memberitahukan bahwa ada sesuatu yang sangat salah, dan dia tidak bisa mengabaikan perasaan itu.

Saat mereka beristirahat di bawah naungan pohon, Lunar mencoba memusatkan pikirannya, merasakan lebih dalam sumber energi gelap itu. Dia ingat kata-kata Aric tentang Thornteeth dan ancaman yang dibawanya. Mungkinkah Thornteeth yang dia lihat di pasar adalah sumber dari energi gelap ini?

Lunar tahu bahwa dia harus melakukan sesuatu. Meski tubuhnya kecil dan usianya masih sangat muda, dia memiliki kekuatan dan pengalaman dari kehidupan sebelumnya. 

Langit biru yang cerah tiba-tiba diguncang oleh suara ledakan yang menggelegar, diikuti oleh getaran keras yang mengguncang tanah di bawah kaki mereka. Lunar dan ibunya terkejut, tangan mereka terhenti di tengah pekerjaan mereka di kebun. Mata mereka melebar ketakutan saat suara ledakan itu terdengar lagi, kali ini lebih dekat.

"Apa itu?" tanya ibunya dengan suara panik, memandang ke arah pasar yang tidak terlalu jauh dari desa mereka.

Lunar merasakan getaran melalui tanah, dan perasaan buruk yang menghantuinya sejak pagi semakin menguat. "Ibu, kita harus menjauh dari sini!" serunya sambil menarik tangan ibunya.

Tanpa berpikir dua kali, mereka berdua berlari menjauh dari kebun menuju hutan yang lebih aman. Suara ledakan terus terdengar, menggema di seluruh desa. Penduduk desa yang lain juga berhamburan keluar dari rumah mereka, berlari ke arah yang berlawanan dari pasar, mencoba menghindari bahaya yang tidak terlihat.

Lunar dan ibunya akhirnya tiba di tepi hutan. Mereka berhenti sejenak untuk mengatur napas, tetapi Lunar tidak bisa menghilangkan rasa cemas yang semakin membesar di dalam dirinya. Dia merasakan energi iblis yang sangat kuat datang dari arah pasar, dan itu membuatnya khawatir akan keselamatan semua orang di desa.

"Ibu, kita harus bersembunyi di sini untuk sementara," kata Lunar, memandang sekeliling dengan waspada. "Aku akan mencari tahu apa yang terjadi."

Ibunya menggenggam tangan Lunar dengan erat. "Tidak, Raia. Kau terlalu muda untuk menghadapi ini sendirian."

Lunar menggeleng, matanya penuh tekad. "Aku harus, Ibu. Aku bisa merasakan sesuatu yang sangat berbahaya. Aku tidak bisa membiarkan ini terus terjadi tanpa berbuat apa-apa."

Sebelum ibunya bisa menahan lebih lama, Lunar berlari kembali ke desa, menuju arah pasar. Hati ibunya berat melihat putrinya yang begitu kecil namun berani. Lunar tahu bahwa dia harus berhati-hati, tetapi dia juga tahu bahwa kekuatannya dan pengetahuannya dari kehidupan sebelumnya bisa membantu menyelamatkan desanya dari ancaman yang mendekat.

Saat mendekati pasar, Lunar bisa melihat asap tebal dan api yang berkobar dari beberapa bangunan. Penduduk desa berlarian panik, mencoba menyelamatkan diri dan barang-barang mereka yang berharga. Lunar menyelinap melalui kerumunan, mencari petunjuk tentang sumber ledakan tersebut.

Di tengah kekacauan, dia melihat beberapa mahkluk hitam dengan mata merah menyala, menyerang penduduk desa tanpa ampun. Lunar bisa merasakan energi iblis yang memancar dari mereka. Ini lebih buruk dari yang dia bayangkan.

Dengan hati-hati, Lunar mengamati para penyerang, mencari celah untuk mendekati mereka tanpa terlihat. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya untuk menggunakan kekuatan dan pengetahuannya dari kehidupan sebelumnya. Meski tubuhnya kecil dan usianya muda, Lunar adalah pejuang yang tangguh. Dan dia akan melakukan apa pun untuk melindungi desanya.

RAIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang