Ormon I

113 53 1
                                    

Malam hari tiba. Raia, Elric, Lysandra, dan Alden bersembunyi di bayang-bayang, menunggu momen yang tepat untuk bergerak. Mereka menunggu dengan cermat hingga semua pelayan di kediaman Baron Azalea tertidur. Saat itulah energi tak menyenangkan mulai terasa lebih jelas di sekitar wilayah rumah wali kota.

"Ini saatnya," bisik Elric, memberi isyarat kepada yang lain untuk bergerak.

Dengan hati-hati, mereka menegaskan memasuki wilayah rumah wali kota. Wilayah rumahnya cukup luas, dan mereka harus bergerak dengan sangat hati-hati agar tidak menarik perhatian. Energi gelap yang mereka rasakan semakin kuat saat mereka mendekati gudang di bagian belakang rumah, jauh dari lokasi rumah utama.

"Energi ini...sangat kuat," bisik Raia, merasakan getaran energi iblis yang semakin jelas.

Mereka berhati-hati menuju gudang tersebut, berusaha untuk tidak menyadarinya. Setiap langkah diambil dengan penuh kewaspadaan, menjaga suara seminimal mungkin. Sesampainya di gudang, mereka mengintip melalui jendela yang kecil dan kotor. Di dalam, mereka melihat pemandangan yang mengejutkan.

Ada empat orang di dalam gudang tersebut. Baron Azalea berdiri dengan wajah tegang, sementara putri Azalea terbaring di tanah dengan lingkaran aneh di sekelilingnya. Dua orang hitam menutupi wajah mereka berdiri di dekat putri Azalea, menghadap ke lingkaran tersebut.

"Apa yang mereka lakukan?" bisik Lysandra, matanya membelalak melihat pemandangan itu.

Raia memperhatikan dengan cermat, berusaha memahami apa yang sedang terjadi. "Itu pasti semacam ritual," katanya pelan. "Energi gelap ini... sepertinya mereka menggunakan iblis untuk tujuan tertentu."

Elric mengangguk, wajahnya serius. "Kita harus bertindak sekarang. Kita tidak bisa membiarkan mereka melanjutkan ritual ini."

Alden, yang biasanya tenang, tampak gelisah. "Tapi kita tahu bagaimana kita bisa menghentikan mereka tanpa?"

Raia mengerutkan kening, berpikir cepat. "Kita harus memecah perhatian mereka. Lysandra, gunakan sihirmu untuk menciptakan gangguan di sisi gudang lain. Elric dan aku akan masuk dan mencoba menghentikan ritual. Alden, kamu siapkan penyembuhan jika ada yang terluka."

Semua orang mengangguk, siap mengikuti rencana Raia. Lysandra mengangkat tongkatnya, mulai merapalkan mantra pelan-pelan. Sesaat kemudian, sebuah suara terdengar di sisi gudang lain, membuat semua orang di dalam gudang terkejut dan terkejut.

Ini saatnya, bisik Elric.

Dengan cepat, Raia dan Elric masuk melalui pintu gudang yang sedikit terbuka. Mereka bergerak cepat menuju baron dan dua orang yang diselimuti hitam. Baron Azalea berteriak kaget saat melihat mereka, tapi sebelum dia bisa bertindak, Elric sudah menghunus pedangnya, siap untuk bertarung.

"Berhenti sekarang!" teriak Elric, mengarahkan pedangnya ke arah baron.

Orang-orang yang berjubah hitam itu segera bereaksi, mencoba melindungi baron. Raia berlari ke arah putri Azalea, berusaha memeriksa kondisinya. Saat ia mendekat, ia merasakan aura iblis yang sangat kuat dari lingkaran di sekitar putri Azalea.

Raia mengangkat pedangnya, menatap langsung ke arah Baron Azalea. "Baron, kenapa kau melakukan ini pada putrimu sendiri?" tanyanya dengan nada tegas.

Baron Azalea melihat ke arah Raia, matanya penuh dengan keputusasaan. "Kau tidak akan paham," katanya lirih. "Semua ini kulakukan agar putriku bangun dari tidurnya."

Raia mendengar penjelasan itu dan menenangkan kepalanya. "Kau salah, Baron. Tidak ada hal baik yang akan terjadi bila mengandalkan para iblis. Kau hanya akan mengizinkan keadaan."

Baron tampak tertekan dan bertanya, "Lalu apa yang harus kulakukan? Puluhan pendeta telah datang dan mencoba, namun mereka semua gagal."

Sebelum Raia bisa menjawab, salah satu orang hitam berbicara dengan suara dingin, "Cukup, jangan berani mengganggu kami." Ucapannya dengan tajam.

Raia mengangkat pedangnya dan menatap langsung ke arah orang tersebut. "Siapa kamu?" tanyanya. Namun, orang yang memegangnya tidak menjawab.

Merasa tidak mendapatkan jawaban, Raia menegaskan, "Hentikan ritual ini, dan tidak akan ada yang tersakiti."

Orang yang melihatnya hanya tersenyum dingin. "Kau terlambat," katanya dengan nada mengejek. Dengan ucapannya tersebut, energi iblis di dalam gudang melonjak tajam.

Raia, yang merasakan energi iblis itu, berteriak kepada Elric, "Apa ini?"

Elric menjawab dengan cepat, "Itu panggilan! Tapi ada yang aneh. Seharusnya panggilan memerlukan mantra yang panjang, tapi ini berbeda. Mereka tidak mengucapkan apa-apa."

Dengan kebingungan dan kecemasan yang semakin meningkat, Raia dan Elric bersiap menghadapi ancaman yang semakin dekat. Mereka tahu bahwa mencari tahu lebih lanjut akan sia-sia ketika bahaya sudah begitu dekat. Mereka memutuskan untuk mengambil tindakan cepat.

Raia mengarahkan pedangnya ke lingkaran di sekitar putri Azalea, berusaha memutus aliran energi iblis. Sementara itu, Elric melangkah maju, berusaha menghalangi orang-orang hitam.

"Aku tidak akan membiarkan kalian melanjutkan ini," kata Elric dengan tekad yang kuat.

Orang yang memandang hitam tertawa kecil. "Kau pikir bisa menghentikan kami? Kekuatan kami melampaui apa yang bisa kau bayangkan."

Sebuah ledakan energi iblis tiba-tiba meledak dari lingkaran, membuat semua orang terpental ke belakang. Raia bangkit dengan susah payah, merasakan aura gelap yang semakin kuat di sekelilingnya.

"Kita harus menghentikan mereka sekarang!" teriak Raia, sambil memfokuskan auranya ke pedangnya.

Elric mengangguk, bersiap untuk menyerang. "Lysandra, Alden, kita perlu bantuan kalian!" teriaknya, memanggil teman-temannya yang berada di luar gudang.

Lysandra dan Alden segera berlari masuk, melihat kekacauan yang terjadi. Lysandra mulai merapal mantra pelindung, sementara Alden bersiap memberikan dukungan penyembuhan.

Raia menegangkan otot-ototnya, bersiap menghadapi serangan. Orang-orang berjubah hitam mengeluarkan senjata dari balik jubah mereka, mata mereka berkilat dengan cahaya iblis yang menakutkan. Elric dan Lysandra langsung maju, pedang mereka bersilangan dengan senjata para musuh, menciptakan percikan api yang terang di tengah kegelapan gudang.

"Jangan biarkan mereka menyelesaikan ritualnya!" teriakan Elric, mencoba menembus pertahanan lawan.

Raia berlari ke arah lingkaran sihir di sekeliling putri Azalea. Dengan pedangnya, dia mencoba memutuskan garis yang bersinar di lantai, berharap bisa menghentikan aliran energi gelap yang semakin kuat. Namun, setiap kali pedangnya menyentuh lingkaran, percikan energi memantul ke belakang, mendorong Raia mundur.

"Ini tidak mudah," gumam Raia sambil berusaha bangkit kembali.

Di sisi lain, Lysandra melepaskan mantra pelindung untuk melindungi teman-temannya dari serangan balik musuh. Cahaya biru di sekeliling mereka, memberikan perlindungan sementara. Alden, sang penyembuh, bergerak cepat di antara mereka, memberikan dukungan penyembuhan pada Elric yang berulang kali terkena serangan.

"Fokus pada lingkaran sihir!" teriak Elric, sambil menangkis serangan dari salah satu orang yang diselimuti hitam.

Raia mengangguk dan kembali berusaha menghancurkan lingkaran itu. Dengan segenap kekuatan auranya, dia menyerang lagi dan lagi, namun energi iblis di lingkaran itu terlalu kuat. Setiap serangan hanya memantul kembali, dan garis sihir tetap utuh.

"Ini tidak mungkin!" Raia merasakan kekecewaan pada dirinya. "Kenapa lingkaran ini tidak bisa dihancurkan?"

Sementara itu, Lysandra berusaha mengendalikan situasi dengan mantranya, namun musuhnya terlalu tangguh. Salah satu orang berkulit hitam berhasil menembus pertahanan Lysandra dan menyerangnya. Lysandra terjatuh, tapi Alden segera datang untuk menyembuhkannya.

"Kita tidak bisa bertahan lebih lama!" teriak Alden, napasnya terengah-engah.

Raia tidak menyerah. Dengan teriakan penuh kemarahan, dia kembali menyerang lingkaran sihir itu. Namun, usahanya lagi-lagi gagal. Energi iblis yang keluar dari lingkaran itu semakin kuat, menolak semua serangannya.

"Elric, kita butuh rencana lain!" Raia berteriak putus asa.

RAIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang