Roots VIII

116 56 2
                                    

Elric serta rekan-rekannya bertemu dengan Raia di gang tersembunyi sesuai kesepakatan mereka. Mereka memilih tempat yang jauh dari pandangan orang banyak, memastikan pembicaraan mereka tidak akan didengar oleh siapa pun.

"Baiklah, inilah rencana kita," kata Elric sambil melirik rekan-rekannya. "Raia, kau akan berpura-pura menjadi penjahit baju pelayan dan memasuki kediaman Baron Azalea. Dengan begitu, kau bisa mengamati keadaan dari dalam."

Raia mengernyitkan alisnya. "Penyamaran itu terlalu berisiko. Jika ada yang mencurigai atau mengenaliku, misinya akan gagal dan nyawaku terancam."

Elric menatapnya tajam. "Apakah kau punya rencana yang lebih baik?"

Raia terdiam. Memang, ia tidak memiliki rencana alternatif yang lebih aman dan efektif. Namun, menyusup ke kediaman baron dengan risiko tinggi membuatnya sangat tidak nyaman. Ia tahu Elric benar, tetapi menerima rencana tersebut berarti memasuki sarang musuh dengan kemungkinan tertangkap.

Akhirnya, dengan berat hati, Raia menghela napas panjang. "Baiklah," katanya pelan. "Namun bayarannya harus setimpal."

Elric mengangguk dengan penuh keyakinan. "Kami akan memastikan kau mendapatkan imbalan yang layak. Kami butuh informasi dari dalam, dan hanya kau yang bisa melakukannya. Kami akan mendukungmu sepenuhnya dari luar."

Lysandra, penyihir kelompok itu, menambahkan, "Kami akan memastikan keselamatanmu. Aku bisa menyihir jubah pelayanmu dengan sedikit perlindungan sihir, setidaknya untuk menahan serangan pertama jika terjadi sesuatu."

Garen, pejuang tangguh yang selalu tampak tenang, ikut menyatakan dukungannya. "Kami akan berada di dekat kediaman baron, siap bertindak jika kau membutuhkan bantuan. Ini memang berisiko, tetapi kita tidak punya banyak pilihan."

Raia merasa sedikit lebih tenang mendengar dukungan dari mereka. Meski masih ada keraguan, ia tahu bahwa informasi dari dalam kediaman baron sangat penting untuk mengungkap kebenaran di balik energi aneh dan penyakit putri baron yang tiba-tiba sembuh.

Dengan perasaan campur aduk, Raia setuju untuk menjalankan rencana tersebut. Mereka sepakat untuk melaksanakan penyamaran keesokan harinya. Sementara itu, Raia harus mempersiapkan dirinya secara mental dan fisik untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

Malam itu, Raia kembali ke kamar di kedai tempat ia bekerja. Keesokan harinya, Raia bangun dengan tekad bulat. Ia tahu apa yang harus dilakukan dan tidak ada ruang untuk keraguan. Dengan langkah pasti, ia mendatangi pemilik kedai tempatnya bekerja selama ini.

"Aku ingin mengajukan pengunduran diri," katanya tegas.

Pemilik kedai, seorang pria paruh baya dengan senyum ramah, terkejut mendengar hal itu. "Raia, kau yakin? Kau adalah salah satu pelayan terbaik kami."

Raia mengangguk. "Terima kasih atas segala kebaikanmu. Namun, aku harus melanjutkan perjalanan dan mencari jalan hidupku sendiri."

Pemilik kedai menghela napas, lalu mengangguk dengan berat hati. "Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Semoga kau mendapatkan keberuntungan di luar sana."

Raia mengemasi barang-barangnya yang sedikit, memastikan tidak ada yang tertinggal. Dengan uang yang telah ia kumpulkan, Raia menyewa sebuah penginapan yang lokasinya agak jauh dari pusat kota dan lebih dekat dengan tembok kota. Tempat itu tidak mewah, namun cukup aman dan memberikan privasi yang ia butuhkan.

Setelah memindahkan barang-barangnya ke penginapan baru, Raia menyempatkan diri untuk mengatur pikirannya. Ia merenung sejenak, mengumpulkan keberanian untuk langkah berikutnya. Raia tahu bahwa tugas yang akan diemban sangat berbahaya, tetapi ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan jawaban yang ia cari.

RAIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang