Ormon V

114 54 0
                                    

Pertarungan semakin memanas, tapi kali ini fokusnya berpindah sepenuhnya ke sang ksatria misterius dan Ormon. Kedua pejuang itu berdiri saling berhadapan di tengah area pertarungan, mata mereka terkunci satu sama lain, memancarkan tekad yang kuat.

Ormon menyeringai, mengangkat tangannya yang besar dan berlapis kulit tebal. "Siapa kau sebenarnya? Beraninya kau menantangku sendirian?" tanya Ormon, suaranya bergema dengan kekuatan yang menakutkan.

Ksatria itu tidak menjawab. Dengan satu gerakan cepat, dia mengayunkan pedangnya ke arah Ormon. Serangan itu begitu cepat hingga hampir tak terlihat. Ormon menangkis dengan cakar tajamnya, menciptakan percikan api saat kedua senjata bertemu.

Gelombang kejut dari benturan itu terasa hingga ke batas area pertarungan. Ksatria misterius itu mundur beberapa langkah, tapi dengan cepat mengembalikan keseimbangannya dan melanjutkan serangannya. Gerakannya begitu halus dan presisi, seolah-olah dia telah menghabiskan seumur hidupnya mengasah keterampilannya.

Ormon menggeram, melancarkan serangan balasan dengan cakar-cakarnya yang tajam. Setiap cakar yang diayunkan menghasilkan angin yang kuat, seolah-olah bisa memotong apa saja yang berada di jalurnya. Ksatria itu menghindar dengan kecepatan yang mengesankan, menari di antara serangan-serangan Ormon dengan kemahiran luar biasa.

Di satu momen, ksatria itu melompat ke udara, pedangnya berkilau dalam cahaya bulan yang redup. Dia turun dengan kecepatan tinggi, menyerang Ormon dari atas. Ormon mengangkat tangannya untuk menahan serangan itu, tetapi kekuatan serangan ksatria itu membuatnya terdorong ke belakang, kaki-kakinya menggali tanah saat dia mencoba menahan tekanan.

Ksatria itu tidak memberi Ormon kesempatan untuk pulih. Dia terus menyerang, setiap tebasannya mengincar titik lemah dalam pertahanan Ormon. Pedangnya menari dalam gerakan yang sulit diikuti, menciptakan bayangan yang menipu saat bergerak dengan kecepatan tinggi.

Ormon, meskipun terpojok, tidak menyerah begitu saja. Dia melancarkan serangan balik yang kuat, mencakar dengan kecepatan dan kekuatan yang mengesankan. Ksatria itu menangkis dan menghindar, terkadang menerima sedikit luka, tetapi tetap bertahan dengan keteguhan hati.

Mereka bertarung tanpa henti, setiap gerakan, setiap serangan, dan setiap pertahanan dipenuhi dengan intensitas yang mematikan. Mereka adalah dua pejuang dari dunia yang berbeda, masing-masing berusaha untuk memenangkan duel hidup dan mati ini.

Ormon melompat ke udara, mencoba menghancurkan ksatria itu dengan serangan dari atas. Ksatria itu menghindar ke samping dengan elegan, pedangnya bergerak dalam gerakan melingkar yang indah namun mematikan. Dia memanfaatkan momen itu untuk meluncurkan serangan balik, mengincar sisi Ormon yang terbuka.

Benturan pedang dan cakar terus berlanjut, menciptakan percikan dan gelombang energi yang terasa di udara. Ksatria itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, memanfaatkan setiap celah dalam pertahanan Ormon. Ormon, di sisi lain, menggunakan kekuatan kasarnya untuk mencoba menghancurkan ksatria itu.

Pertarungan berlangsung dalam keheningan yang tegang, hanya suara benturan senjata dan napas berat kedua pejuang yang terdengar. Mereka terus bertarung, tanpa gangguan dari yang lain, dalam duel yang tampaknya tak berujung.

Ormon, sang iblis, sudah lelah bermain-main. Matanya menyala dengan kemarahan yang terpendam. "Cukup!" raungnya, suaranya menggema di seluruh medan pertempuran.

Ormon mulai mengeluarkan aura kegelapan yang pekat, kekuatan besar yang sebelumnya dia sembunyikan. Tanah di bawahnya retak dan udara di sekelilingnya bergetar. Ksatria itu merasakan perubahan yang drastis dalam medan pertempuran. Kekuatan Ormon tampaknya meningkat berkali-kali lipat, membuat atmosfer di sekitar mereka menjadi berat dan menekan.

Dengan kecepatan yang tak terbayangkan, Ormon melancarkan serangan mendadak. Ksatria itu hampir tidak punya waktu untuk bereaksi saat cakar-cakar Ormon menghantamnya dengan kekuatan dahsyat. Dia terlempar ke belakang, menabrak pohon dengan keras. Tubuhnya kini penuh dengan luka-luka, darah mengalir dari luka-luka itu. Dia berusaha bangkit, tetapi setiap gerakan membuatnya meringis kesakitan.

Ksatria itu menarik napas dalam-dalam, berusaha memfokuskan dirinya kembali. Dia tahu bahwa ini adalah momen yang menentukan. Dia harus memberikan segalanya jika ingin mengalahkan Ormon.

Ormon tidak memberi ksatria itu waktu untuk beristirahat. Dia melancarkan serangan bertubi-tubi, cakar-cakarnya menciptakan gelombang energi gelap yang menghancurkan apa saja yang disentuhnya. Ksatria itu menangkis dan menghindar sebaik mungkin, tetapi serangan-serangan itu terlalu kuat dan cepat. Setiap kali dia menangkis serangan, tubuhnya semakin terluka, dan kekuatannya semakin berkurang. Luka-luka di tubuhnya semakin banyak, dan darah mengalir deras, membuatnya semakin terpojokkan.

Dengan segenap kekuatannya yang tersisa, ksatria itu melancarkan serangan balik. Dia memusatkan mana dan auranya, menyatukan mereka dalam satu serangan terakhir yang penuh dengan kekuatan dan tekad. Pedangnya bersinar dengan cahaya yang begitu terang, seolah-olah menantang kegelapan yang dibawa Ormon.

Serangan mereka bertemu di tengah-tengah, menciptakan ledakan besar yang mengguncang tanah. Cahaya dan kegelapan saling bertabrakan, memancarkan energi yang luar biasa. Dunia di sekitar mereka tampak terbelah, tetapi kali ini, tidak ada yang bisa menghindar dari benturan dahsyat itu.

Ksatria itu terpojokkan, terdorong mundur oleh kekuatan Ormon yang luar biasa. Dengan setiap serangan, tubuhnya semakin melemah, tetapi matanya tetap memancarkan tekad yang tak tergoyahkan. Dia tahu bahwa ini adalah momen yang menentukan, dan dia tidak akan menyerah.

Pertarungan ini mencapai puncaknya, dan nasib kedua pejuang itu bergantung pada momen ini. Dengan segala kekuatan dan keterampilan mereka, mereka berjuang untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemenang dalam duel mematikan ini.

RAIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang