Woo Seok menaruh perlahan tubuh Hye Yoon pada sofa empuk di ruang tamu apartemen milik Hye Yoon, karena Hye Yoon enggan di bawa ke klinik, ia merasa luka nya tidak begitu parah. Meski Woo Seok sempat memaksa tetapi ia tidak pernah bisa menang dari keras kepalanya Hye Yoon. Setelah tubuh Hye Yoon mendarat dengan sempurna, Woo Seok segera pergi ke dapur mengambil air hangat untuk mengompres kaki Hye Yoon. Untunglah kaki Hye Yoon memang tidak terkilir parah.
Woo Seok kembali dengan membawa satu baskom air dan handuk kecil, ia berlutut di depan Hye Yoon dan diraihnya kaki mungil Hye Yoon yang terluka tadi.
"Kau tak perlu repot-repot Seok-ah, ini tidak parah, nanti juga akan sembuh sendiri." Hye Yoon merasa tidak enak pada Woo Seok yang dengan telaten mengompres kakinya.
"Aku tak pernah merasa repot, hanya saja aku merasa kesal kau selalu saja bertingkah ceroboh-"
"Kau tau, aku sungguh khawatir ketika kau memutuskan untuk pindah, karena aku tau kau tidak pernah bisa melakukan suatu hal sendiri tanpa aku, lihat saja ini!" Woo Seok mengomel karena khawatir."Aku bisa sendiri tanpamu." Tiba-tiba Hye Yoon menarik kakinya kasar, ia bangkit dari duduknya dan mencoba berjalan menuju kamarnya.
"Apa maksudmu?" Woo Seok ikut berdiri dan menatap Hye Yoon yang perlahan menjauh dan berjalan sedikit pincang.
Woo Seok tak mengerti kenapa sahabatnya tiba-tiba merajuk seperti itu. Padahal yang dikatakan Woo Seok benar dan ia sangat khawatir.
"Aku bilang aku bisa sendiri, jadi jangan khawatir tentangku, jangan pedulikan aku, semakin kau selalu membantuku, semakin aku bergantung padamu." Hye Yoon masuk ke dalam kamarnya dan sedikit membanting pintunya sampai tertutup rapat.
"Apa ini alasan mu menjauhiku selama ini? Bahkan kau pindah hanya untuk menjauhiku?" Woo Seok sedikit berteriak, sungguh ia merasa akhir-akhir ini sahabatnya itu memang menjauhinya.
Woo Seok melangkahkan kakinya ke depan pintu kamar Hye Yoon, dan hendak membukanya tetapi pintu itu terkunci.
"Buka Hye Yoon, ada apa denganmu?" Woo Seok menggedor pintu dengan sedikit kasar.
Namun tak ada tanda-tanda Hye Yoon menyahut.
"TERSERAH SAJA, AKU AKAN KEMBALI BESOK, KAU SEPERTINYA BUTUH MENGISTIRAHATKAN KEPALAMU!" Woo Seok yang tidak tahu harus bagaimana akhirnya memilih berteriak di balik pintu. Ia yakin Hye Yoon pasti akan mendengarnya.
"DAN JANGAN LUPA MAKAN MALAMMU!" Woo Seok yang emosi memutuskan segera bergegas pergi dari apartemen Hye Yoon, dia benar-benar kesal dengan tingkah Hye Yoon tadi. Tidak seperti biasa, tetapi saat ini Woo Seok tak ingin memperpanjang perdebatannya dan memutuskan untuk memberi Hye Yoon waktu sendiri.
Sedangkan di dalam kamar Hye Yoon terlihat meringkuk, dari luar terdengar samar pintu tertutup pertanda Woo Seok sudah pergi. Air matanya mengalir, Hye Yoon terisak dalam tangisnya, sungguh saat ini dekat dengan Woo Seok hanya akan mempersulit hatinya.
Mungkin sedikit istirahat dan tidur akan membuat Hye Yoon merasa sedikit tenang dan meredam emosinya. Akhirnya ia pun terlelap ditengah-tengah tangisannya.
•••
Beberapa hari kemudian, semua kembali normal seperti biasanya, karena pertengkaran mereka tentu saja bukan hanya sekali dua kali dan akan mereda dengan sangat cepat. Hye Yoon meminta maaf karena sudah berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu. Woo Seok bisa memakluminya, mungkin sahabatnya kemarin sedang banyak pikiran sehingga mudah tersinggung dengan hal-hal kecil.
Saat ini Woo Seok sedang sibuk memilih boneka yang berjejer rapih di hadapannya, matanya memindai kesana kemari mencari boneka yang ia rasa cocok untuk kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy(Friend) - (Kim Hye Yoon x Byeon Woo Seok) [END]
FanficAku bersama perasaanku untuk sahabatku - Kim Hye Yoon