Di hari yang sangat larut saat jam menunjukkan pukul 10 malam, tetapi dua sahabat yang sedang menikmati waktu bersama terlihat masih setia di tempat meski semilir angin malam di pinggir sungai han menerpa mereka cukup kencang.
"Apa kau tau hal yang paling aku inginkan di dunia ini?" Woo Seok menatap lurus memandang pantulan cahaya lampu-lampu pada air sungai yang luas itu.
"Kau punya segalanya menurutku. Apalagi yang paling kau inginkan?" Hye Yoon membuka satu kaleng bir dan meneguknya sedikit.
"Menikah, aku ingin segera menikah dan punya anak." Woo Seok tersenyum, sepertinya ia sangat bahagia memikirkan itu.
"Kau bahkan belum lulus kuliah, sekarang sudah memikirkan menikah?" Hye Yoon kembali meneguk bir yang ada di tangannya.
"Setelah selesai semester ini, aku akan pergi ke Amerika untuk melanjutkan kuliahku, selesai kuliah aku akan bekerja dan segera menikahi Yoo Mi." Woo Seok menengok kearah Hye Yoon yang masih setia memandang pemandangan di depannya.
Sungguh Hye Yoon tak ingin mendengar cita-cita indah Woo Seok itu, tetapi Hye Yoon harus tahu batasan yang tak harus ia lewati. Woo Seok berhak bahagia bersama impiannya.
Namun meski di tahan begitu kuat, tak terasa tangan Hye Yoon mengepal kaleng bir itu dengan kuat dan melemparkannya jauh-jauh.
"Aku akan selalu berdo'a untuk kelancaran mu." Hye Yoon bangkit dari duduknya.
"Apa kau tidak sedih?" Tanya Woo Seok.
Sedih tentu saja, bahkan lebih dari kata sedih. Hye Yoon berbalik memunggungi Woo Seok ketika ia berusaha mati-matian menahan air matanya.
"Tentu saja sedih, kau akan benar-benar meninggalkanku sekarang." Hye Yoon mengaku karena Hye Yoon tidak akan bisa berbohong soal itu.
Tiba-tiba saja Woo Seok memeluk Hye Yoon dari belakang berniat untuk menenangkan sahabatnya itu.
"Hye Yoon-ah, aku tidak akan meninggalkanmu, aku akan berusaha menghubungimu dan akan menemui mu jika aku liburan ke Korea." Woo Seok sedikit mendunduk mensejajarkan kepalanya dengan kepala Hye Yoon.
"Tidak perlu, kau fokus saja pada cita-citamu, jangan khawatirkan aku." Hye Yoon tak bergerak sedikitpun.
"Mengapa kau selalu berbicara seperti itu?" Woo Seok menengok ke arah wajah Hye Yoon dan memandang wajah gadis itu.
"Perkataanku benar Seok-ah, kau akan punya kehidupan lain nanti dan aku juga sama. Kita tak bisa lagi seperti ini karena bisa-bisa ada yang salah mengartikan." Hye Yoon menepuk-nepuk kecil tangan Woo Seok yang melingkar pada perutnya.
"Tidak! Kita akan bersahabat selamanya dan seperti ini selamanya, kumohon jangan berkata seperti itu." Woo Seok sungguh tidak suka dengan perkataan Hye Yoon sekarang.
"Sadarlah Woo Seok, kamu sudah mempunyai Yoo Mi tak seharusnya kamu seperti ini, kau pasti sudah tau dan mengerti, kamu bukan anak kecil lagi." Jelas Hye Yoon.
"Aku tidak bisa memilihnya, aku mencintainya dan aku tidak mau kehilanganmu." Woo Seok menyandarkan dagunya pada pundak Hye Yoon.
"Perjuangkan cintamu Seok-ah, kau akan melupakanku segera, jadi jangan pernah khawatirkan aku lagi, jalani hidupmu yang baru.". Hye Yoon membalikan badannya dan menatap Woo Seok lekat-lekat.
Cup
Hye Yoon sedikit menjinjitkan kakinya dan mengecup singkat bibir Woo Seok.
"Aku mencintaimu."
Dan segera Hye Yoon berlari meninggalkan Woo Seok yang tengah terpatung setengah mati akibat apa yang telah dilakukan oleh sahabatnya itu.
Woo Seok menyentuh bibirnya, sungguh ia tidak menyangka apa yang di lakukan Hye Yoon, dan lagi-
Aku mencintaimu?
Kata itu terus mengiang di telinga Woo Seok.
Apa maksudnya? Mencintaiku? -Batin Woo Seok.
•••
Hari ini hari keberangkatan Woo Seok ke Amerika. Di airport Woo Seok terlihat gusar, ia beberapa kali mengecek HP nya. Namun yang ia tunggu tak muncul juga, bahkan dia mencoba beberapa kali memanggil nomornya, tetapi tak pernah aktif.
Semenjak kejadian itu, Hye Yoon sangat mati-matian menghindari Woo Seok, selalu saja ada alasan agar mereka tak bertemu, bahkan gadis itu tak pernah membalas pesan dan mengangkat panggilan Woo Seok.
Woo Seok merasa separuh jiwanya menghilang, tanpa Hye Yoon dia merasa tak sempurna, bahkan sekarang adalah kesempatan terakhir agar ia melihat wajah sahabatnya itu sebelum pergi meninggalkan negri gingseng ini. Namun harapan Woo Seok harus dibuang jauh-jauh, bahkan sahabatnya itu sama sekali tak memberi pesan perpisahan.
"Pesawat akan segera berangkat, kau cepatlah bergegas." Yoo Mi yang melihat kekasihnya tak lekas juga pergi segera memperingatinya.
Yoo Mi sudah biasa dengan sifat kekasihnya seperti ini, jujur Yoo Mi sangat tidak menyukai itu karena Woo Seok sering mengabaikan nya. Namun saat ini ia sedikit merasa senang karena sekarang Hye Yoon benar-benar menghilang. Yoo Mi bisa tersenyum lega.
Suara pemberi tahuan sudah terdengar,Woo Seok mau tidak mau harus segera pergi, ia berpamitan pada Yoo Mi dan mengecup bibir kekasihnya itu.
Mereka memberi pelukan hangat sebelum berpisah.
"Kau harus segera menyusul ku kesana Yoo Mi." Ucap Woo Seok disela-sela pelukannya.
"Pasti, aku akan sangat merindukanmu, tentu saja aku akan segera menyusul mu." Yoo Mi memeluk kekasihnya itu dengan erat.
"Aku pergi dulu." Woo Seok melepas pelukannya dan mengecup kembali bibir Yoo Mi, lalu segera lekas pergi.
Woo Seok meremat ponselnya dengan kuat, perlahan dia melangkah dan menyeret koper ditangannya, sesekali melihat ke belakang berharap Hye Yoon datang. Namun ia hanya melihat Yoo Mi yang setia melambai-lambaikan tangannya dari kejauhan, Woo Seok sungguh berharap Hye Yoon datang untuk kali ini saja. Tetapi harapan Woo Seok harus sirna begitu saja, Hye Yoon tidak pernah ada sampai dia benar-benar pergi menjauh dari tempat itu.
-Aku membencimu-
•••
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy(Friend) - (Kim Hye Yoon x Byeon Woo Seok) [END]
FanficAku bersama perasaanku untuk sahabatku - Kim Hye Yoon