Jam terakhir untuk seluruh pelajaran di lingkup SMA Adifenharf Namun kelas Seilyn masih dalam jam kosong dari pelajaran begitu pun dengan Arga dan ke empat sahabatnya yang masih setia berada dalam kelas itu. Arga yang bertukar cerita dengan Seilyn sama seperti Delan dan Kuinzah sedangkan Samudra dan Macloh terus menggarap lebih dalam kehidupan Mevisha.
Pintu terbuka dengan siswa yang menampilkan nafas yang memburu dan juga ada beberapa bagian wajahnya yang lebam.
"Bang, anak STM berombongan sudah ada di dijalanan 600 meter." Kata siswa itu seraya mengatur nafasnya.
Jalanan 600 meter yang dia maksud adalah jalanan penghubung antara jalan poros dan SEKOLAH SMADIF.
"Bukannya..?" Arjuna menggantungkan pertanyaan menatap Arga.
"Sepertinya mereka mau ikut campur." Kata Arga menyela pertanyaan Arjuna.
"Kenapa lo bisa tau?" Tanya Macloh.
"Gue dan satu teman gue niat mau bolos dan pulang lebih cepat, tapi anak STM1804 memberhentikan kami." Kata siswa itu yang bersender dan masih berusaha menetralkan nafasnya. "Dan sekarang satu temen gue tidak sadarkan diri di U—."
Gebrakan pintu dari luar memotong pembicaraan siswa, ya orang itu adalah Edfen, tanpa basa basi Edfen menuju ke Samudra dan berusaha mengeluarkan suatu benda pada saku celana Samudra.
"Berikan Knuckle gue yang lo curi tadi di Gudang." Kata Edfen menatap tajam Samudra.
Samudra melihat wajah serius Edfen langsung berusaha memberikan ruang untuk tangan Edfen mengambil knucklenya.
Tanpa banyak bicara Edfen kembali berbalik di berhenti di depan siswa yang berwajah lebam itu.
"Lo ke UKS." Titah Edfen.
Siswa itu mengangguk tersenyum. "Makasih bang."
Edfen berdehem seraya melangkah kembali kakinya untuk keluar dari ruangan itu.
"Edfen berhenti!" Seru Arga yang melihat emosi Edfen.
Arga sedikit berjalan cepat dan memegang pundak Edfen akan tetapi Edfen langsung mendorong dada Arga dan menyandarkan Arga ke dinding.
"Dia..." Edfen dengan nada tercekat.
"Kita bisa bicarain baik baik, dia bukan musuh kita." Arga seraya memegang tangan Edfen yang sudah ada di Kerahnya.
Itulah mengapa Arga yang menjadi Ketua dari Voynence selain mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi dia juga memiliki sikap dewasa.
"Arga benar Ed." Sahut Delan.
Semua siswa yang berada di dalam kelas itu terlihat kedinginan melihat perseteruan Edfen dan Juga Arga.
"Ed tidak semuanya harus menggunakan o—"
"Dia sudah membunuh siswa sekolah ini." Edfen dengan nada dingin.
Semua orang terkesiap setelah mendengar perkataan Edfen Hening seketika tercipta dia ruangan itu.
"Gue tidak mau diam." Kata Edfen menepuk nepuk bahu dari Arga seraya berjalan keluar.
"Edfen." Serempak keempat inti daru Voynence namun Edfen sudah tertelan oleh Pintu.
"Shit, anak itu ceroboh sekali." Kata Arga dan juga ikut keluar. Begitupun dengan keempat inti Voynence lainnya.
Sedangkan disisi lain nampak Seilyn gelisah, dia terus memanjatkan doa untuk seseorang.
*****
Sekarang Edfen sudah tepat berada di depan kumpulan STM1804 disusul bunyi motor yang begitu riuh dari belakang Edfen dan bahkan ada yang bukan dari anggota dari Voynence ikut turun.
Semuanya terlepas dari Keamanan Sekolaha itu karna kecerdikan dari Arjuna.
"Edfen sebentar!" Arga dengan cepat turun dari motornya.
Edfen tetap menatap segorombolan siswa yang tidak bermoral didepan matanya dengan tatapan tajam.
"Apa maksud dan tujuan kalian. Kita tidak pernah berurusan dengan kalian." Teriak Arga.
Namun tidak ada balasan satu orang pun di dalam segerombolan STM1804 itu yang ada malah teriakan yang besar.
"Serangggg!!!..."
Suara sirine polisi dari belakang segorombolan STM membubarkan semuanya baik dari kubu SMADIF terlebih STM1804
"Polisi, cabut Ed." Kata Arga berusaha menarik Edfen.
Namun Edfen tetap berdiam diri, sedangkan Macloh sudah gelisah.
Semua orang sudah berhamburan akan tetapi keenam inti dari Voynence tetap disana karna Edfen yang tidak bergerak sedikitpun.
"Tolong ikut kami ke kantor polisi untuk keterangan lebih lanjut." Kata polisi itu kepada ke
Macloh menggaruk
tengkuknya."Ih Masha Allah bapak berwibawa sekali, Kabur sekarang boleh gak pak?" Kata Macloh dengan senyum pepsodentnya.
Polisi itu tersenyum, sedangkan Arjuna memijit alisnya.
*****
"Namanya Edfen Ndan." Kata polisi itu kepada seseorang di telpo genggamnya.
"...."
"Iya Ndan."
"...."
"Siap, siap Ndan." Kata polisi itu memutus sambungan telpon.
"Kalian sudah bisa pergi dari sini." Kata polisi itu.
Edfen memutar bola matanya.
"Pak anda tadi menyuruh kami kesini untuk di mintai keterangan oke kami menurut, belum ada satu kata keterangan anda menyuruh kami untuk pergi, kalau begitu minimal di sambut pak dengan secangkir teh dan kue gitu, jelas jelas kami tidak ber—.Smemwphtt."
"Permisi pak, terimakasih atas waktunya." Arjuna memotong perkataan Macloh dengan membungkam mulut cerewet itu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
EDFEN NYA
Teen FictionWARNING 21+ MENGANDUNG UNSUR KATA KATA KASAR DAN PERBUATAN. "Atau... lo suka sama gue yang berstatus sabagai istri sahmu?" Bisik Seilyn. "Menurut lo, bagaimana hm?" Edfen ikut menggoda kekasih sahabatnya itu dengan suara seraknya. Edfen Van Derven o...